Menentukan Prioritas Dalam Hidup

Khotbah Minggu

Lukas 10:38-42

Menentukan Prioritas Dalam Hidup

 

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Hari ini kita akan berbicara lagi mengenai kisah Maria dan Marta. Kita tentu sudah berulangkali mendengar cerita ini. Ini adalah kisah waktu Tuhan Yesus mendatangi rumah Maria dan Marta. Tahun lalu saya pernah membawakan Firman mengenai kisah kebangkitan Lazarus yang adalah saudara dari Maria dan Marta dalam Yohanes 11:17-32. Saya akan mengulang kisah saya sedikit mengenai kepribadian kedua orang ini, Maria dan Marta, dalam cerita tersebut.

Marta bersifat tenang, bisa mengontrol emosinya, dan cenderung menggunakan logika. Kita bisa melihat sifat ini ketika Marta berdialog dengan Tuhan Yesus mengenai kematian Lazarus. Meskipun dia mengakui Yesus adalah Tuhan, Marta mencegah Yesus membuka pintu kuburan Lazarus karena dia tidak percaya Lazarus bisa bangkit kembali.

 

Maria, bersifat heboh (penuh semangat), impulsif, ceria, bisa mempengaruhi emosi orang dengan moodnya. Ketika menghadapi masalah Maria cenderung dipenuhi perasaannya sehingga dia tidak bisa mendengar berita kedatangan Yesus. Ketika Tuhan Yesus datang, Maria langsung percaya dan menyerahkan semua tangisannya kepadaNya.

 

Intinya adalah kedua perempuan ini memiliki sisi positif dan negatif. Hari ini kita akan melihat cerita yang mengingatkan kita untuk mengambil prioritas yang baik dalam hidup kita.

 

Kita bisa membayangkan bahwa Tuhan Yesus mampir di tengah perjalanannya ke rumah Marta dan Maria. Sama seperti kita ketika menyambut tamu penting, maka mereka mempersiapkan segala sesuatu bagi Yesus, dan kemungkinan juga para murid yang bersama Tuhan Yesus. Kecil kemungkinan bahwa Yesus mendatangi rumah tersebut seorang diri karena para murid yang selalu bersamaNya hampir setiap saat. Jadi seseorang harus mempersiapkan penyambutan para tamu ini.

 

Kita tidak tahu apa yang dibicarakan Yesus, tetapi bisa jadi dia masih bercerita dan mengajar mengenai apa yang baru saja dia katakan kepada para pimpinan agama Yahudi mengenai mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Yesus juga baru saja menggunakan cerita orang Samaria yang baik hati untuk menunjukkan bagaimana seseorang bisa mengasihi sesamanya manusia.

 

Dalam rumah Marta, Yesus dan para murid duduk melepas lelah sejenak. Maria dan Marta sangat gembira dalam menyambut Yesus. Kita bisa bayangkan bagaimana kita menyambut orang penting dalam rumah kita, begitulah kira-kira yang dilakukan Marta. Kalau kita bayangkan dalam masa ini, Marta akan segera menawarkan kopi atau teh, atau minuman segar kepada Yesus dan rombongannya. Mungkin Marta akan segera menyiapkan juga snack buat mereka, menaruh chips di piring, atau kacang pedes, kerupuk, kue lapis, atau juga membuka diepvris dan melihat bahan makanan apa saja yang bisa disajikan dengan cepat.

 

Sementara dia bekerja mempersiapkan makanan, teman rumahnya dan saudarinya Maria hanya duduk dan mendengarkan apa yang Tuhan Yesus katakan.

 

Sebagai catatan, adalah hal yang normal bagi perempuan untuk berada di dapur ketika seseorang datang ke rumah pada masa itu. Sikap Maria untuk duduk mendengarkan di dekat kaki Tuhan Yesus adalah hal yang istimewa, tidak banyak perempuan yang duduk ketika seorang tamu datang ke rumahnya.

 

Karena kesalnya Marta menegur Maria di depan Yesus dan para tamu yang lain dengan harapan bahwa Yesus akan menyuruh Maria untuk membantunya di dapur, seperti kebiasaan orang Yahudi pada umumnya. Marta berkata, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

 

Yang menjadi pertanyaan saya mengapa Marta harus meminta Tuhan Yesus menegur Maria di depan umum? Sebenarnya Marta bisa saja membisikkan sesuatu kepada Maria agar dia beranjak dan membantunya mempersiapkan segala sesuatu. Ada sebuah sikap yang meminta pembenaran dari tindakan Marta. Marta ingin Yesus membelanya dan mengatakan bahwa dialah yang benar dengan sibuk bekerja untuk melayani; Maria adalah salah karena hanya duduk dan tidak membantu.

 

Saya rasa, seandainya Marta tidak meminta Yesus menegur Maria, maka Tuhan Yesus juga tidak akan menegur Marta dan berkata, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Teguran Tuhan Yesus ini mengandung unsur kasih karena tidak ada perkataan yang keras dalam ucapan ini.

 

Saya melihat bahwa perkataan Yesus ini ditujukan kepada Marta; bukan karena dia sibuk mempersiapkan makanan, melainkan karena dia meminta Yesus untuk menegur Maria. Dalam hikmatnya Yesus mengatakan bahwa dari banyak yang bisa dilakukan untuk menyambut Yesus, Maria memilih bagian yang tidak bisa diambil darinya. Yesus menolak permintaan Marta dengan halus dan mengatakan bahwa Maria juga telah memilih bagian yang baik, bahkan yang terbaik di antara keduanya.

 

Kalau begitu apa yang bisa kita pelajari dari hal ini?

Hal pertama yang bisa kita pelajari adalah bahwa kedua jenis perempuan ini ada dalam hidup kita dan mereka sama-sama diperlukan. Di dalam hidup ini kita selalu memiliki Maria dan Marta. Ada yang mendengar, dan ada yang sibuk bekerja.

 

Biasanya kita cenderung membandingkan kedua perempuan ini dan mengatakan bahwa Marta tidak sebaik Maria. Di dalam gereja kita juga memiliki Marta – orang yang selalu repot dan merencanakan segala sesuatu; dan Maria – orang yang duduk, mendengarkan dan menikmati Firman Tuhan. Tanpa Marta, maka tidak akan ada orang yang mempersiapkan segala sesuatu, tanpa Maria, tidak ada yang mendengarkan.

 

Yang kedua, Yesus tidak pernah mengatakan bahwa mengerjakan dan melayani adalah hal yang buruk, tetapi Dia mengatakan bahwa bagian yang terbaik adalah mendengarkan kata Tuhan Yesus.

 

Kesalahan Marta adalah ketika dia meminta Yesus untuk menyalahkan Maria. Ada unsur kecemburuan karena Yesus membiarkan Maria duduk di dekat kakinya – yang juga tidak biasa bagi adat Yahudi. Marta seakan-akan ingin menunjukkan bahwa tindakan yang benar adalah sikap yang menyibukkan diri dengan pelayanan. Dalam kehidupan, orang yang disibukkan dengan pelayanan kadang merasa dirinya lebih baik dari mereka yang duduk diam dan mendengarkan Firman Tuhan. Kesalahannya terjadi ketika ada perasaan lebih baik, atau menyalahkan mereka yang memilih duduk dan menjadi pendengar Firman Tuhan.

 

Di satu sisi, banyak orang yang juga akan memilih untuk menjadi Maria. Orang akan membenarkan alasan ketidakaktifannya dalam gereja dengan mengatakan bahwa saya akan menjadi Maria. Namun, prioritas mendengarkan tidak berhenti di sini, karena setelah mendengarkan harusnya ada juga aksi sebagai hasil mendengarkan tadi. Maria duduk mendengar bukan karena tidak mau bekerja, melainkan karena dia ingin mendengar cerita Yesus. Ketika seorang yang memilih Maria hanya mendengar dan tidak melakukan apa yang didengarnya, maka dia mungkin mendengarkan karena tidak mau bekerja. Ada perbedaan Maria yang duduk dan mendengar karena ingin mendengarkan Firman Tuhan, atau karena tidak mau bekerja.

 

Di lain sisi, kita juga memiliki Marta dalam gereja yang sibuk dan akhirnya lupa untuk mendengarkan. Mereka begitu sibuk sehingga akhirnya melupakan prioritas utama yaitu belajar Firman Tuhan.

 

Inilah pelajaran kita yang ketiga. Menentukan prioritas. Kita sering berdebat mengenai hal kecil sehingga kita melupakan tujuan utama mengapa kita melakukan hal ini.

 

Beberapa bulan yang lalu saya baru saja kembali dari Indonesia. Saya juga telah bertunangan dengan pacar saya dan berencana akan melangsungkan pernikahan tahun depan. Di dalam perencanaan ini, saya sekarang bisa melihat bagaimana seseorang mempersiapkan pesta pernikahannya.

 

Saya tidak akan menjelaskan betapa rumitnya mempersiapkan sebuah pesta pernikahan dalam adat Batak. Tetapi, seperti sebuah pesta, kadang-kadang orang begitu mempermasalahkan hal yang kecil sehingga melupakan hal utama.

 

Di dalam mempersiapkan sebuah pesta kita terkadang lebih sibuk mempersiapkan hal yang kecil-kecil seperti undangan, berapa orang yang diundang, di mana tempat pestanya, di dalam ruangan atau di luar ruangan, tema apa yang akan digunakan untuk pesta, makanannya seperti apa, apakah kita akan melempar bunga ke belakang atau tidak, apakah kita akan menggunakan wine atau tidak, bunga warna apa yang tepat, sepatu, kue tart, penerima tamu, dan masih banyak lagi. Kadang-kadang, karena begitu rumitnya, sebuah pernikahan ditentukan oleh kapan kita siap mengadakan pesta dan bukan kapan kita siap menikah. Karena sibuknya, kita lupa untuk mendengarkan apa kata pasangan kita dan menyiapkan hati untuk pernikahan ini. Karena disibukkan oleh hal kecil, kita lupa akan hal utama, yaitu kesiapan hati untuk menikah.

 

Kesibukan untuk mempersiapkan hal kecil membuat kita lupa akan hal yang utama. Yang utama dalam pernikahan, menurut saya, adalah kesiapan hati. Kalau mau sederhana, anda bisa ke gereja mendapat berkat dan itu selesai. Perayaannya adalah untuk mengundang orang lain masuk ke dalam kebahagiaan anda. Tetapi yang sering terjadi adalah anda menjadi tidak bahagia karena mengutamakan kebahagiaan tamu anda di dalam acara anda sendiri. Karena hal kecil, ada pasangan yang bertengkar sehingga mereka tidak jadi menikah. Karena ketidaksepakatan dalam hal pesta pernikahan, pernikahan itu sendiri bisa ditunda atau dibatalkan.

 

Marta termasuk orang yang sibuk mempersiapkan hal yang kecil sehingga dia lupa untuk menyambut dan bicara dengan tamunya, Yesus. Bayangkan ada seorang penting yang datang ke rumah anda, dan anda justru tidak dapat bicara dengannya karena sibuk mempersiapkan makanan bagi tamu tersebut.

 

Intinya adalah, anda harus memperhatikan hal yang utama dan menjadikan itu prioritas anda. Anda harus mengutamakan mendengar Firman Tuhan daripada sibuk mempersiapkan diri untuk hal yang kecil.

Dalam jemaat kita hal ini juga sering terjadi. Ambil sebuah contoh sederhana. Bijbelstudie merupakan sebuah kegiatan kebersamaan yang mengajak kita untuk belajar lebih dalam lagi tentang Alkitab. Kegiatan ini juga bisa menjadi sebuah kunjungan bagi keluarga yang didatangi, bahwa kita semua bisa bersekutu di rumah mereka.

 

Ada beberapa orang yang merasa tidak sanggup mengadakan bijbelstudie di rumahnya karena tidak sanggup menyediakan makanan yang cukup untuk para tamu. Namun, kekhawatiran mengenai persiapan, terutama memasak, membuat kita lupa akan inti kegiatan ini yaitu mendengarkan dan belajar bersama mengenai Firman Tuhan. Apalagi buat kita orang Indonesia, menyiapkan makanan seperti menjadi sebuah ukuran kesuksesan acara. Ada juga yang menolak melakukan bijbelstudie karena tidak sanggup mempersiapkan makanan yang baik. Sementara sebenarnya menyiapkan makanan bukanlah sebuah kewajiban. Satu hal yang bisa saya katakan adalah, jangan khawatir untuk mempersiapkan segala sesuatu, lakukanlah dulu yang terutama yaitu mendengarkan Firman Tuhan.

 

Hal ini juga terjadi bagi para pelayan di gereja. Kadang-kadang kita terlalu sibuk di dalam pelayanan sehingga kita mengesampingkan waktu untuk mendengar Firman Tuhan dan menyediakan waktu untuk berdoa. Kita harus selalu mengambil waktu teduh dan berdoa, jadikan hal ini sebagai prioritas dalam hidup kita.

Kiranya Allah membantu kita untuk menentukan prioritas dalam hidup, dan selalu mendengar FirmanNya. Amin.

Ds Binsar Jonathan Pakpahan

Viewed 67830 times by 28739 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *