Ringkasan Kotbah Minggu, 24 Februari 2008
GKIN Tillburg
Markus 4:35-41
“Menghadapi Badai Dalam Hidup”
Saudara-saudara yang terkasih,
Penulis Injil Markus bercerita mengenai perjalanan Yesus seperti sebuah drama yang punya awal, klimaks cerita, dan sebuah akhir cerita. Salah satu ciri utama dari Injil Markus adalah bahwa para murid tidak pernah tahu siapa Yesus sesungguhnya sampai beberapa saat. Seperti sebuah cerita misteri, tokoh Yesus digambarkan sebagai seseorang yang tidak dimengerti oleh orang-orang yang dekat dengannya. Para murid hanya mengenalnya sebagai seorang yang bisa melakukan tindakan ajaib, mujizat, mengusir setan, tetapi tidak mengetahui identitas Yesus yang sesunguhnya. Hanya di Markus 8:27-28 lah Petrus mulai mengakui Yesus sebagai sang Mesias, anak Allah.
Murid-murid adalah orang-orang yang telah bersama dengan Yesus dan melihat langsung apa yang Yesus lakukan. Ketika mereka mengadakan perjalanan bersama dalam sebuah perahu menyeberangi danau, sebuah badai datang menghadang mereka. Empat dari keduabelas murid Yesus adalah nelayan yang sering menghadapi hal seperti ini sebelumnya, namun mereka tetap takut. Ini artinya badai yang dihadapi mereka bukanlah badai yang ringan. Karena itu, para murid kemudian membangunkan Yesus yang tertidur dan menuduhnya tidak perduli akan badai yang sedang melanda.
Lalu pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin sebuah badai melanda perahu para murid ketika Yesus sedang ada di dalamnya? Bukankah perjalanan dengan Yesus berarti semua masalah akan hilang dan perjalanan akan menjadi mulus? Lalu kenapa ketika ada masalah, Yesus seperti tertidur dan tidak perduli akan bahaya yang menghadang? Apakah hal ini terdengar akrab di telinga kita?
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, saya punya berita baik dan buruk untuk kita semua. Saya akan menyampaikan kabar buruknya dulu, yaitu “Meskipun kamu adalah pengikut Kristus, kamu akan tetap menghadapi badai dalam hidup!” Ya, menjadi orang percaya bukanlah jaminan bahwa anda akan selamanya menjalani hidup yang tenang tanpa gejolak apapun. Hal ini menghantam pemikiran yang menolak penderitaan. Hal ini bertentangan dengan mereka yang mengatakan bahwa dengan Kristus tidak akan ada lagi cobaan. 1 Petrus 4:12 justru mengatakan bahwa, “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.” Sebagai orang Kristen, kita akan selalu dilatih dan diuji. Badai hidup pasti akan datang kepada semua orang, baik dan jahat, percaya dan tidak percaya. Yang membedakan adalah bagaimana kita menanggapi badai tersebut.
Banyak orang yang kemudian bertanya-tanya mengenai di manakah Allah ketika bahaya menghantam hidup kita! Di manakah Allah ketika aku dipecat dari kerja? Di manakah Allah ketika aku sakit? Di manakah Allah ketika aku menderita? Hal ini juga sering dipakai oleh orang yang skeptis terhadap keberadaan Allah dengan mengatakan, penderitaan adalah bukti bahwa Allah tidak ada.
Kita sudah mendengar kabar buruknya bahwa hidup kita pasti akan dilanda badai. Sekarang kabar baiknya adalah ketika Allah berkata bahwa Dia ada di tengah-tengah kita melalui Kristus yang mati di kayu salib dan bangkit untuk menebus dosa kita. Ibrani 13:5 menyebutkan bahwa Allah berkata, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Mazmur 91:15 berkata, “Aku akan menyertai dia dalam kesesakan.”
Para murid kemudian berusaha membangunkan Yesus dari tidurnya. Ketakutan mereka adalah sesuatu yang wajar. Kembali kita diingatkan, bukankah di saat-saat kritis seperti ini kita seringkali baru berpaling ke Allah? Hal ini juga mengingatkan kita bahwa menjadi takut ketika berada dalam ujian yang sesungguhnya adalah normal.
Kemudian para murid menuduh Yesus tidak perduli akan keselamatan mereka. Bagaimana mungkin mereka bisa menuduh Yesus tidak perduli padahal Dia berada dalam bahaya yang sama dengan mereka? Lalu, kenapa Yesus tetap tidur di tengah badai? Yesus tertidur karena Dia tahu bahwa tidak akan ada bahaya yang menimpa karena Allah besertaNya. Sebuah badai dalam hidup bisa menjadi luar biasa ketika mata kita hanya terfokus terhadap badai itu. Kalau kita tahu bahwa Tuhan akan menolong kita, maka kita tidak menjadi panik dalam menghadapi badai.
Yang terjadi kemudian adalah Yesus menghardik badai dan danau itu untuk menjadi diam dan tenang, dan angin dan danau menjadi reda dan teduh sekali. Melalui cerita ini kita ingin diingatkan bahwa Yesus ada bersama kita dalam setiap badai kita dan apa yang perlu kita katakan adalah, “Don’t tell GOD how big your storm is. Tell the storm how big your GOD is!”
Saudara-saudara yang terkasih, seringkali dalam badai hidup, Yesus juga ada di tengah-tengah perahu kita. Yesus ada di sana dan kita yang tidak percaya menjadi takut akan bahaya. Melalui badai ini kita bisa melihat orang seperti apa kita sesungguhnya. Kita dilatih untuk lebih percaya kepada kuasa Allah yang tidak akan membiarkan badai menenggelamkan perahu kita. Semoga kita dikuatkan untuk selalu mengingat kuasa Kristus dalam hidup kita. Amin. |