Mencari Dasar Yang Benar

Matius 7:24-27

Mencari Dasar Yang Benar

Berapa banyak dari kita yang memiliki handphone? Berapa orang yang memiliki smartphone, yang punya gps, kamera dan lain sebagainya? Berapa orang yang membaca buku petunjuk penggunaan alat tersebut?

Tahukah anda, setiap alat elektronik yang baru anda miliki selalu memiliki disclaimer, atau petunjuk penggunaan yang penting untuk dibaca? Untuk pengguna iphone, ketika anda membuka kotak produk anda pertama kali, sebenarnya ada petunjuk yang menyatakan hal berikut ini:

“To avoid injury, read all operating instructions and the following safety information before using iPhone.”

Tapi berapa orang yang sebenarnya membaca buku petunjuk produk yang digunakannya?

Petunjuk soal produk yang kita gunakan penting untuk menghindari kerusakan atau cidera yang tidak perlu. Misalnya, di produk mainan anak-anak kita sering melihat tanda “choking hazard” yang berarti mainan itu bisa menyebabkan sang anak tercekik. Kadang-kadang kita juga menemukan peringatan yang tidak masuk akal seperti tanda “Do not turn up side down” di bawah sebuah kotak es krim.

Setiap produk yang kita beli dilengkapi dengan informasi. Kita bisa mendapatkan informasi mengenai produk yang kita pakai atau kita konsumsi dengan mudah. Di negara-negara Eropa seperti Belanda dan juga di Amerika Serikat, penjual produk makanan diwajibkan untuk mencantumkan asupan gizi dalam produk mereka. Ini adalah sistem perlindungan konsumen yang baik. Kalau di Indonesia, produk makanan lebih diwajibkan untuk mencantumkan label “halal” daripada kandungan gizi. Kita bisa menemukan produk lokal, atau home industry, yang tidak selamanya buruk, yang dijual tanpa tanggal kadaluarsa, tanpa tanda kandungan bahan pembuatnya, atau bahkan tanpa tanda siapa yang membuatnya. Makanya di Indonesia kita lebih sering berdoa sebelum makan karena ketidakjelasan makanan yang kita konsumsi. Di sini, kita diberikan keleluasaan untuk memilih dan melihat sebuah produk dari kandungan yang mereka miliki.

Karena baiknya sistem perlindungan konsumen, air saja sekarang punya petunjuk gizi di botolnya, padahal berapa banyak perbedaan gizi air yang kita konsumsi? Dan belakangan ini  saya baru tahu bahwa airpun memiliki kandungan gizi yang berbeda.

Apa hubungannya hal ini dengan khotbah kita hari ini?

Hari ini sebenarnya kita membaca sebuah perumpamaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus sebagai bagian dari pengajaran khotbah di bukit. Yang menarik untuk kita ketahui adalah, khotbah di bukit sudah dimulai dari Matius 5, dan diakhiri dengan perkataan ini di Matius 7. Perkataan penutup ini adalah seperti sebuah disclaimer. Tuhan Yesus menyatakan bahwa, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.” Apa artinya ucapan Tuhan Yesus ini?

Saudara-saudara,

Saya melihat bahwa perkataan Yesus ini lebih ditujukan kepada orang-orang yang sudah mendengar apa itu pengajaran Tuhan Yesus. Artinya ucapan ini diarahkan kepada mereka yang sudah duduk mendengarkan khotbah dari atas bukit yang disampaikan Tuhan Yesus. Dalam bahasa masa kini, mungkin Tuhan Yesus akan berkata, “Kalau kalian cuma mendengarkan dan tidak melakukan, maka tidak ada gunanya kalian mendengar pengajaranku ini.”

Ini berarti pengajaran Tuhan Yesus, memang harus dilakukan di dalam hidup pengikutNya, agar mereka mendapatkan dasar kehidupan yang benar. Dasar yang benar didapat dengan melakukan Firman Tuhan. Dan dasar yang benar ini diceritakan Tuhan Yesus seperti orang yang membangun rumah di atas batu.

Bicara soal rumah di atas batu, pernahkah saudara melihat rumah di atas batu? Saya belum pernah ke Yerusalem, bentuk bangunan mereka memang dibangun atas pondasi batu.

Saya rasa, sekarang banyak sekali jenis rumah yang dibangun di atas berbagai bahan. Kalau Yesus memberi perumpamaan tentang rumah yang dibangun di atas batu dan pasir, bagaimana dengan rumah yang dibangun di atas air, atau di atas pohon, atau di dasar laut? Dengan teknologi sekarang, kita dengan mudah akan mengatakan, “membangun bisa di mana saja, asal ada uangnya saja.”

Tetapi Tuhan Yesus bukan sedang mengajar kita bagaimana caranya membangun rumah. Meskipun saya rasa Yesus juga tahu beberapa trik untuk membangun rumah yang baik, karena dia sendiri adalah tukang kayu. Apa yang Yesus mau ajarkan adalah agar orang yang mendengar perkataanNya, tidak berhenti hanya mendengarkan, tapi juga melakukannya. Hanya dengan melakukan pengajaran Yesus, orang akan sanggup untuk melawan badai di dalam hidupnya. Setiap rumah, cepat atau lambat, akan menghadapi badai.

Setiap rumah juga harus menghadapi tantangannya masing-masing. Badai yang dihadapi rumah di Jogya mungkin berbeda dengan rumah di Dordrecht. Kalau di Jakarta, sebuah rumah harus kuat menghadapi hujan, lumut (karena udara yang lembab), dan peralatan elektronik yang kuat karena listrik yang suka hidup mati, apalagi belakangan ini karena Indonesia ternyata kekurangan sumber daya listrik. Setiap tahun Jakarta tenggelam 5 cm karena penggunaan air tanah yang berlebihan dan banyak rumah harus siap menghadapi bencana ini. Rumah di Belanda juga berbeda-beda, kaca harus double karena suhu rendah di musim dingin, atap juga harus kuat sewaktu-waktu kalau tertimbun salju, atau badai angin yang baru-baru ini menimpa beberapa daerah di Brabant, seperti Vught dan Tilburg. Setiap rumah punya badai masing-masing, dan tingkat ketahanan juga berbeda.

Semua orang memiliki badainya masing-masing. Orang yang beriman atau tidak beriman, semua memiliki badai dalam hidup masing-masing. Sebagai manusia, kita juga memiliki tingkat ketahanan yang berbeda dalam menghadapi badai yang berbeda pula.

Mungkin di antara saudara sekarang ada yang sedang mengalami badai dalam hidup. Mungkin saudara percaya kepada Kristus, dan sudah banyak mendengarkan Firman Allah. pertanyaannya, dan inti dari khotbah hari ini adalah mudah, sudahkah anda melaksanakan pengajaran Tuhan Yesus dalam hidup anda?

Mengetahui dan melakukan adalah dua hal yang berbeda. Tuhan Yesus menggambarkan hal ini dengan jelas. Kedua jenis rumah yang dibangun di atas batu dan di atas pasir mungkin memiliki bentuk luar yang sama. Yang membedakan rumah yang kokoh adalah bagaimana rumah itu bertahan terhadap badai yang menerpa. Ketika badai datang, rumah yang bertahan karena dibangun di atas batu, itulah rumah yang dibangun dengan instruksi yang benar.

Ini juga sama dengan hidup kita. Orang Kristen juga menghadapi masalah dalam hidupnya. Kita mengetahui kekokohan pondasi iman seseorang ketika orang itu dihadang cobaan. Dalam ujian hidup, ada yang bertahan meskipun cobaan yang dihadapinya benar-benar berat, lalu ada yang langsung menyerah meskipun ujian yang dihadapinya kelihatan mudah sekali. Orang yang melakukan perkataan Tuhan dalam kehidupannya akan memiliki pondasi yang kuat.

Mengetahui tidak sama dengan melakukan. Di setiap kotak rokok kita bisa membaca “roken is dodelijk” namun tidak semua orang perduli akan peringatan tersebut. Semua orang tahu bahwa dengan belajar kita akan menjadi pintar, namun tidak semua orang belajar dengan keras. Kita tahu bahwa minum alkohol berlebihan dapat merusak ginjal namun tetap ada yang tidak bisa menghentikannya. Kita tahu fast food itu tidak sehat namun kita tetap pergi ke Burger King dan McDonald. Kita tahu bahwa berbohong itu melukai orang dan diri sendiri namun kita tetap melakukannya. Kita tahu bahwa olahraga itu sehat namun kadang hanya berhenti menonton acara olahraga tanpa ikut melakukannya. Yang Tuhan Yesus inginkan adalah mengetahui dan melakukannya.

Karena itu, kita penting untuk terus memegang manual yang sudah kita miliki di dalam Alkitab ini, dan mendiskusikannya bersama dengan saudara seiman. Dan yang paling penting lagi, sesudah mengetahuinya, kita harus melakukannya.  Kadang-kadang kita memang merasa sudah bisa dan tidak lagi membaca manual yang diberikan.

Sayangnya, sama seperti buku manual alat elektronik, kita hanya membaca manual kalau ada extra features yang mau kita pelajari atau ketika ada masalah. Untuk membangun pondasi yang kokoh, bacalah Firman Tuhan dan lakukan. Semoga kita bisa melakukan apa yang telah kita pelajari dari Firman Tuhan. Amin.

Viewed 9115 times by 2955 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *