Allah Tempat Kekuatan

king davidMinggu XX Dung Trinitatis (Minggu Reformasi), 2 November 2014

 

 

Allah Tempat Kekuatan

Evangelium: Mazmur 43:1-5

 

1. Konteks

Mazmur ini diduga ditulis dalam konteks yang sama dengan Mazmur 42 karena kesamaan refrain dalam Mazmur 42:5, 11; dan 43:5, yaitu “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” Lalu, Mazmur 42:9 “Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: “Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?” juga memiliki kesamaan pola dengan Mazmur 43:2, “Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?” Beberapa naskah Mazmur kuno menyatukan kedua mazmur ini sebagai satu nyanyian utuh.

Beberapa teolog mengatakan bahwa Daud adalah penulis mazmur ini ketika dia sedang bersembunyi dari kejaran Raja Saul atau ketika takhtanya direbut oleh anaknya sendiri Absalom, yang kemudian dicatat oleh para imamnya (kaum Lewi) yang berasal dari keturunan Korah (Mzm. 42:1). Ada juga beberapa penafsir yang mengatakan bahwa keturunan Korah sendiri yang mengarang mazmur ini dan ditulis ketika perpisahan antara raja Yerobeam. Namun demikian, saya cenderung setuju kepada tafsiran yang mengatakan bahwa mazmur ini ditulis ketika Daud sedang berada dalam kejaran Absalom di hulu sungai Yordan dekat pegunungan Hermon, dan Gunung Mizar di utara Yerusalem (Mzm. 42:6). Daud melantunkan mazmur ini dalam kekhawatiran akan keselamatannya dan kerinduannya untuk berdoa kepada Allah di Yerusalem.

Kisah mengenai Korah bisa kita baca di Bilangan 16 di mana dia memberontak bersama Datan dan Abiram, mengajak 250 orang pemimpin-pemimpin umat Israel untuk memberontak melawan Musa. Mereka berasal dari bani Ruben dan ingin mengambil alih fungsi imam dari Harun dan keturunan kaum Lewi. Kaum Ruben adalah anak tertua dari Yakub, karena itu mereka mengira bahwa sebagai keturunan anak sulung, merekalah yang seharusnya memimpin Israel dalam ibadah dan bukan kaum Lewi. Musa menyerahkan masalah ini ke tangan Allah, dan meminta Korah dan teman-temannya untuk mempersembahkan perbaraan sebagai persembahan kepada Allah melawan persembahan Harun dan bani Lewi. Pada akhirnya, Korah dan kawan-kawannya, serta keturunan mereka mati ditelan tanah yang terbelah (Bil. 16:31-33). Bangsa Israel tidak setuju terhadap kematian mereka, sehingga mereka bersungut-sungut dan mengakibatkan lebih banyak lagi yang mati karena protes tersebut. Bilangan 16:49 mencatat bahwa ada empat belas ribu tujuh ratus orang yang meninggal karena perkara Korah. Ternyata, tidak semua keturunan Korah mati dalam peristiwa itu. Kitab 1 Tawarikh 6:31-47 mencatat siapa saja yang ditugaskan Daud untuk memimpin nyanyian di rumah TUHAN. Salah satunya adalah Heman (1Taw. 6:33) yang juga berasal dari keturunan Korah (1Taw. 6:37). Para pemimpin biduan inilah yang kemudian mencatat dan menyanyikan kembali mazmur Daud dalam masa sulit.

Ketika Daud berada pada masa sulitnya baik itu di pengejaran Raja Saul atau ketika dia terusir oleh anaknya sendiri Absalom, dia rindu akan keadilan Tuhan dan ingin pulang ke bait Allah di Yerusalem untuk memuji Dia. Dalam kondisi seperti ini, kita bisa memahami mazmur permohonan ini.

2. Penjelasan Teks

  1. 43:1. Pada ayat ini pemazmur meminta keadilan Allah. Dia menganggap bahwa dia berada pada pihak yang benar dan saleh. Dia menganggap dirinya sedang diancam oleh mereka yang tidak patuh kepada Allah dengan tidak adil. Dalam hal ini, situasi Daud yang sedang diusir dari takhtanya (2Sam. 15) menjadi tepat. Daud meminta tolong kepada Allah untuk melindunginya dari tipuan dan kecurangan Absalom yang merebut takhtanya.
  2. 43:2. Pemazmur mengeluarkan pertanyaan bahwa Allah adalah tempat pengungsiannya. Terjemahan LAI untuk kata מָֽעוּזִּי֮ (mā·‘ūz·zî) sebagai “pengungsian” terasa kurang tepat. Kata “perlindungan/tempat kekuatan” (stronghold) adalah terjemahan yang lebih baik, sehingga kita membacanya sebagai “Allah tempat perlindunganku.” Jika Allah adalah pelindung, mengapa pemazmur merasa bahwa dirinya sedang dibuang? Kata זנח (zânach) untuk “membuang” mengandung pengertian dibuang sebagai suatu hal yang menjijikkan, sama seperti seseorang yang membuang benda yang terlihat menjijikkan bagi dirinya. Inilah perasaan pemazmur tentang pembuangannya. Dia kemudian memprotes, “Bukankah orang yang dilindungi oleh Allah seharusnya berkuasa atas musuh-musuhnya dan tidak berkabung karena berada di bawah tekanan musuh?” Setiap orang yang menyerahkan pengharapannya kepada Allah namun tetap merasa berada dalam tekanan pasti akan mengalami hal yang dikatakan oleh pemazmur ini.
  3. 43:3. Kerinduan pemazmur untuk kembali ke Yerusalem, ditunjukkan dalam ayat ini. Dalam saat tersulit dalam kehidupannya, hal yang dirindukan oleh pemazmur adalah Gunung Sion di mana dia bisa masuk ke dalam bait Allah dan beribadah kembali kepada-Nya. Dia meminta terang dan kebenaran (bukan “kesetiaan” (terj. LAI) dari kata ’ō·wr·ḵā=kebenaran) Tuhan untuk kembali dan menuntunnya. Dalam kesusahannya, pemazmur ingin melihat apa yang sebenarnya Tuhan inginkan dari dia. Dia sadar bahwa dia tidak akan bisa melakukan ini dengan kekuatannya sendiri, sehingga meskipun dia menanyakan tentang pertolongan Tuhan (ay. 1-2), dia tetap memohon agar Tuhan menunjukkan jalan yang benar kepadanya.
  4. 43:4. Terang dan kebenaran Allah akan menuntun pemazmur kepada kegembiraan yang sejati, yaitu menghadap Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan puji-pujian. Jika hal ini terjadi, maka itu berarti Daud juga sudah kembali ke Yerusalem dan mengambil alih kembali kerajaannya. Namun, kita bisa juga memahami bahwa Daud ingin kembali berserah kepada Allah sebagai sukacitanya yang sejati.
  5. 43:5. Ayat terakhir dari pasal 43 (dan juga pasal 42) menunjukkan bahwa pemazmur berusaha menguatkan kembali hatinya yang tertekan untuk tetap berhadap kepada kekuatan Allah. Dia menyadari bahwa pada akhirnya dia tidak memiliki alasan untuk merasa tertekan dan merasa ditinggalkan oleh Allah sebagai pelindungnya, karena Allah tetap menolong dia meskipun mereka ada dalam masa kesulitan. Perdebatan ini dimiliki oleh orang yang mencintai Allah dan menyadari bahwa Allah selalu menolong dia, namun merasa kehilangan arah ketika kesusahan menghimpit dia. Pada akhirnya dia menyadari bahwa dia harus selalu bersyukur kepada Allah.

3. Poin-poin untuk Direnungkan

  1. Pergumulan ketika berada dalam kesulitan. Pergumulan Daud ini bisa kita kenal dalam banyak pergumulan yang kita hadapi dalam kehidupan kita. Ketika berada dalam kesulitan, banyak orang yang mempertanyakan perlindungan Tuhan. Pertanyaan ini bukan hanya datang dari luar, namun sering juga dalam diri kita sendiri. Kita bertanya kepada Allah mengenai rencana-Nya. Kita sering mengeluh kepada Allah ketika orang yang hidupnya tidak benar justru memeroleh kemenangan. Kita bertanya kepada Allah, kenapa Dia tidak melindungi kita. Pergumulan seperti ini sudah dihadapi oleh banyak orang, dan satu hal yang penting dicatat dari sikap Daud ini adalah kesadarannya untuk tetap berada dalam kasih Allah. Dia tidak pernah lari dari Allah dan mencari kekuatan dari bangsa lain. Dia meminta Allah untuk melindunginya dan menunjukkan kebenaran dan terang-Nya. Pikirkan tentang pergumulan hidup, kepada siapakah kita mengeluh? Apakah kita tetap dalam Tuhan atau keluar dari perintah-Nya? Apakah masih ada orang yang tergoda untuk mengandalkan kekuatan lain seperti jimat, uang, kuasa, dll. ketika tekanan menghimpitnya?
  2. Kerinduan akan peribadahan kepada Allah. Kerinduan Daud yang terbesar adalah untuk kembali ke Yerusalem dan beribadah kepada Allah di bait Allah. Hal ini bisa kita bandingkan dengan kerinduan umat Tuhan di HKBP Filadelfia, GKI Taman Yasmin, beberapa gereja lain yang ditutup meskipun secara resmi sudah mengantongi izin dari pengadilan selevel Mahkamah Agung. Kerinduan umat bukanlah untuk menang, melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah di rumah-Nya. Pada saat ini rumah Allah tidak lagi merujuk kepada suatu tempat karena gereja adalah soal persekutuan, soal manusianya. Namun demikian, kita semua merindukan sebuah tempat yang membuat kita merasa intim berkomunikasi dengan Allah, seperti yang Daud rasakan di bait Allah di Yerusalem. Apakah kerinduan kita ketika berada dalam masa sulit adalah untuk beribadah kepada Allah?
  3. Pengetahuan bahwa Allah akan selalu menolong. Penutup dari Mazmur 43 menunjukkan akhir dari pergumulan batin Daud, bahwa pada akhirnya Tuhan akan menolongnya. Dia berkata bahwa pada akhirnya dia tidak perlu tertekan, karena Allah akan menolongnya. Poin ini perlu kita angkat terutama untuk orang-orang yang depresi, yang mengandalkan kekuatannya sendiri. Pada masa ini banyak sekali buku-buku self-help yang menaruh asumsi bahwa kita sendiri menjadi sumber kekuatan diri sendiri. Depresi datang ketika seseorang tidak bisa lagi mengatasi hal-hal yang datang kepadanya. Menurut penelitian di 2011, Harian Kompas mengutip bahwa 11,6 persen dari populasi Indonesia mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. Di Jakarta jumlah penderita gangguan jiwa mencapai angka 14,1 persen dari jumlah penduduk, lebih tinggi dari persentase nasional. Hal ini menunjukkan bahwa depresi adalah masalah serius, dan pergumulan Daud ini bisa menjadi contoh yang baik agar orang menyerahkan bebannya kepada Allah. Ketika seseorang terlalu mengandalkan dirinya sendiri, depresi akan mudah menghampirinya ketika dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. langkah menghindari depresi bisa kita lihat dari Mazmur 43 ini, yaitu mengakui keraguannya akan pertolongan Allah, namun pada akhirnya tetap mengakui kekuatan dan kebesaran Allah yang akan menolongnya.

 

4. Usul Penyampaian Khotbah

Khotbah bisa dibuka dengan ilustrasi mengenai Martin Luther (berhubungan dengan Minggu Reformasi).

Ketika dihadapkan pada Paus Leo X pada 1520, Luther diminta untuk menarik kembali 95 tesisnya. Johann von Eck, asisten dari Uskup Trier, menanyakan apakah Luther masih percaya terhadap ajarannya. Setelah berpikir selama sehari, Luther kembali dan berkata, “KEcuali saya diyakinkan oleh bukti-bukti dari Kitab Suci atau dari argumen dan alasan yang sederhana dan masuk akal, saya tidak akan menarik kembali pernyataan saya, karena itu tidak bijak dan tidak aman untuk melawan nurani saya. di sini saya berdiri. Saya tidak dapat melakukan yang berbeda dari itu. Tuhan menolong saya. Amin.” Pada tanggal 25 Mei 1521, Kaisar menyatakan bahwa Luther adalah buronan hukum. Kita bisa membayangkan kesulitan yang dihadapi oleh Luther. Dia bahkan harus bersembunyi selama setahun di Kastil Wartburg untuk menghindari kejaran ini. Dia sempat mengalami pergumulan batin yang kuat, namun akhirnya tetap yakin bahwa dia berada dalam jalan yang benar, tetap setia kepada kebenaran Tuhan.

Khotbah kemudian dilanjutkan dengan cerita mengenai sejarah Mazmur 42 dan 43, dan pergumulan yang juga dialami oleh Daud.

Selanjutnya, ajak jemaat untuk berpikir tentang pergumulan mereka masing-masing dan apa cara yang mereka tempuh untuk menyelesaikan masalah itu. Lihat tiga poin perenungan yang di atas yang bisa dipakai semua atau sebagian. Ajak jemaat untuk bergumul dan menyadari bahwa di tengah kesulitan, kesetiaan kita kepada Tuhan akan membawa kita pada kesadaran bahwa Allah adalah tempat perlindungan kita. Sesulit apapun situasi kita, Allah tidak pernah meninggalkan kita.

Pdt. Binsar J. Pakpahan, Dosen STT Jakarta

 

Viewed 21929 times by 6552 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *