Yang “biasa” bukan yang “benar”

veil on moses' faceKhotbah Minggu Estomihi 10 Februari 2012

HKBP Diaspora dan HKBP Menteng

2 Korintus 3:12–4:2

 

Izinkan saya mengucapkan Gong Xi Fa Cai, Kiong Hi, Kiong Hi.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

“Songon on do na somal di son”, “biasanya kami melakukan yang seperti ini.” atau, “ndang i na somal di son”

Kalimat ini sering muncul sebagai alasan ketika sebuah hal baru sedang dicoba untuk dilakukan dalam bermacam hal, seperti dalam kegiatan Gereja, mengajar, memasak, dan lain sebagainya. Tetapi “na somal” tidak sama dengan “na toho”.

Kadang-kadang kita perlu keluar dari “na somal” untuk tahu apa “na toho”.

Dulu ketika saya kerja di restoran, saya tahu ada beberapa pelanggan tetap yang selalu memesan makanan dan minuman yang sama tiap minggu, bahkan tempat duduknya juga harus di tempat yang sama. Mereka merasa nyaman dengan kondisi seperti ini. Kadang-kadang mereka tidak mau lagi mencoba rasa yang lain. Kalau saya menanyakan makanan yang lain mereka akan merasa terkejut dan bisa saja menolak makanan yang padahal lebih enak dari makanan yang mereka pesan. Mereka terjebak di dalam comfort zone mereka dan tidak mau atau bahkan takut untuk mencoba sesuatu yang baru.

Menyetir mobil adalah sebuah hobi. Saya mengenal seorang bapak yang ke manapun dia pergi, jauh atau dekat, dia lebih memilih mengendarai mobil daripada bepergian dengan kereta api ataupun pesawat terbang. Kalau sedang jalan dengan keluarga pasti dia yang menyetir karena dia tidak mempercayakan orang lain untuk menyetir. Meskipun di dalam satu mobil semua orang bisa menyetir, bapak ini tetap memilih untuk mengendarai mobil sendiri. Kalau dia harus duduk di belakang dia akan sering mengomentari cara orang yang sedang menyupir. Hal ini hampir sama seperti prinsip tukang becak di medan yang tidak percaya kepada orang di depannya, makanya supir becak di medan duduknya di samping dan bukan di belakang. Suatu waktu dia jatuh sakit dan dokter melarangnya melakukan pekerjaan berat, termasuk dilarang membawa mobil. Akhirnya dia terpaksa menurut anjuran dokter dan disupiri. Ketika dia sedang disupiri, dia takjub melihat bangunan2 di sekitar rumahnya yang dia tidak pernah perhatikan ketika menyetir. Dia bisa melihat pemandangan dalam perjalanan piknik keluarga. Dia merasa banyak hal baru yang tidak dia temukan ketika dia harus menyetir. Ternyata keluar dari kebiasaan dan zona nyaman membuat dia belajar hal baru dalam hidupnya. Sejak itu dia tidak mau lagi mengendarai mobil kalau tidak terpaksa dan akhirnya merepotkan orang juga karena harus disupiri terus.

Comfort zone adalah sebuah tempat/keadaan/lingkungan/perasaan yang mana kita merasa nyaman di dalamnya tanpa ada resiko di dalamnya. Banyak orang yang merasa nyaman di tempat ini akan menciptakan batasan untuk tidak keluar dari kebiasaannya sendiri. Orang menolak untuk keluar dari zona ini karena dia harus beradaptasi kembali dan menjalani pengalaman yang belum tentu dia sukai. Karena itu sangat sulit bagi seseorang untuk keluar dari zona nyamannya.

Comfort zone, hari ini kita bicara tentang mendengar alasan Paulus yang mengajak orang Yahudi untuk keluar dari comfort zone mereka, dan mungkin kita juga bisa belajar dari hal itu.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Mari kita lihat sekali lagi apa yang Paulus katakan kepada jemaat di Korintus di suratnya yang kedua ini. Paulus menuliskan dalam suratnya ini kepada jemaat yang sedang menghadapi kesulitan untuk bertumbuh karena tantangan yang ada.

Ketika itu Paulus dan para rasul yang lain masih menghadapi kesusahan dan penganiayaan karena pemberitaan Injil. Tidak sedikit dari mereka yang disiksa dan dikejar oleh pemerintahan Romawi, dan juga dimusuhi  oleh orang Yahudi karena mengajarkan sebuah ajaran baru.

Orang Yahudi tidak menyukai ajaran mereka karena mereka pikir ini bertentangan dengan adat dan ajaran lama yang sudah ribuan tahun mereka pegang (Musa ada pada sekitar 1600 sM). Lalu Bagaimana mereka bisa percaya kepada ajaran baru yang belum terbukti, pemimpinnya pun sudah mati, dan pengikutnya hanyalah para nelayan, pemungut cukai, dan orang-orang yang bukan pemimpin dalam hidupnya. Bagaimana cara meyakinkan orang Yahudi mengenai Injil Kristus?

Paulus dan beberapa Rasul yang berusaha mengabarkan Injil bagi orang Yahudi ternyata kurang berhasil meyakinkan mereka tentang Perjanjian Baru yang dibawa oleh Kristus. Perjanjian Baru yang dimaksud bukanlah kitab Perjanjian Baru, melainkan sebuah aturan baru yang memperbarui Hukum Taurat lama yang diberikan Musa. Para pengabar Injil sering ditolak oleh orang Yahudi, bahkan dituduh menghujat Allah hingga dihukum lempar batu sampai mati seperti Stefanus.

Sampai saat ini, + 2000 tahun sesudah Paulus menulis surat ini pun, kita tahu bahwa orang yang paling tidak bisa menerima Injil Kristus justru adalah orang Yahudi sendiri. Mereka tetap menanti kedatangan Mesias dan tidak percaya bahwa Kristuslah yang mereka tunggu itu. Inilah yang Paulus tuliskan kepada jemaat di Korintus.

Di sini Paulus mengungkapkan mengapa orang Yahudi tidak percaya. Dia berkata bahwa orang Yahudi sudah menjadi tumpul dan ditutup selubung sehingga mereka tidak bisa mengenali hal yang baru. Orang Yahudi tertutup hatinya oleh Hukum Taurat yang mereka agungkan, padahal itu hanya sebuah ajaran untuk mendekat kepada Allah. Selubung yang menutupi mereka adalah selubung rohani, yang menganggap bahwa apa yang mereka pelajari dari tradisi turun temurun, itulah hal yang benar dan harus selalu dijaga.

Di pasal selanjutnya, Paulus mengajarkan para jemaat di Korintus untuk memandang ke depan, kepada hasil yang ada di depan yang tidak kelihatan dengan mata fisik pada saat ini. Ketika Paulus mengatakan “tidak kelihatan” bukan berarti hasilnya tidak kelihatan, melainkan belum terlihat. Artinya ada proses penerimaan dengan iman akan sesuatu yang belum terlihat (Ibrani 11:1, Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat).

Perkataan Paulus ini sebenarnya sangat masuk akal di dunia kita sekarang. Dunia tidak akan maju kalau tidak ada inovasi baru.

Kalau kita bandingkan dengan dunia inovasi, maka kita tahu bahwa orang-orang yang menciptakan sesuatu itu biasanya bisa melihat masa depan meskipun harus melalui cemoohan atau tantangan di masa kini. Wright bersaudara yang menerbangkan pesawat pertama kali, tadinya hanya punya mimpi bahwa manusia bisa terbang dan  mereka mewujudkannya karena proses dan mimpi, tanpa tahu kapan wujud nyatanya akan terlihat.

Peter Higgs mencetuskan teorinya di tahun 1964 yang mengatakan bahwa secara teori, setiap partikel memiliki gravitasi dan terdiri dari materi dasar yang sama.  Partikel ini harus yang lebih kecil dari materi terkecil yang ada dan yang terlihat, yaitu atom, proton, neutron, elektron, lalu quark dan lepton. Pada tahun 2012, teorinya terbukti, dengan cara menghancurkan partikel terkecil yang ada meskipun selama partikel ini belum terbukti, teori ini ditolak orang.

Apa yang menyebabkan orang Yahudi tertutup matanya? Karena selubung. Istilah ini muncul dari kisah di Kejadian 34

Keluaran 34: 34:29 Ketika Musa turun dari gunung Sinai–kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu–tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.
34:30 Ketika Harun dan segala orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia.
34:31 Tetapi Musa memanggil mereka, maka Harun dan segala pemimpin jemaah itu berbalik kepadanya dan Musa berbicara kepada mereka.
34:32 Sesudah itu mendekatlah segala orang Israel, lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah yang diucapkan TUHAN kepadanya di atas gunung Sinai.
34:33 Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya.
34:34 Tetapi apabila Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya.
34:35 Apabila orang Israel melihat muka Musa, bahwa kulit muka Musa bercahaya, maka Musa menyelubungi mukanya kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan TUHAN.

Hal ini menjadi kebiasaan, dan inilah yang diprotes oleh Paulus, bahwa hukum Allah itu ada namun bukan untuk menjadi satusatunya hukum. Hukum itu harusnya membawa kita kepada kebenaran Allah dan bukan hanya menutup pandangan kita. Roh Allah akan membantu kita melihat kebenaran Allah.

Rabu ini, perjalanan minggu passion akan dimulai dengan perayaan rabu abu, saat ketika kita mengingat bahwa hidup kita berasal dari abu dan kembali menjadi abu.

Contoh lagu na somal hita mangendehon, Amen dengan nada lenggok dan seolah-olah ada garis legato di situ, padahal yang benar adalah 5 dan 6 tanpa legato.

Atau lagu kami puji dengan riang dalam KJ 3, di situ kita harus bernyanyi satu ketuk lebih cepat daripada yang biasa kita nyanyikan, hanya karena kebiasaan yang salah.

Saudara-saudara, dalam kehidupan kita sekarang banyak sekali tindakan yang biasa kita lakukan yang berubah menjadi peraturan. Mungkin tadinya perbuatan itu kita lakukan karena kita merasa nyaman, dan akhirnya kebiasaan menjadi peraturan buat kita.

Dalam kehidupan gereja, kebiasaan seringkali menjadi peraturan. Ada orang yang merasa khawatir dan gelisah kalau kebiasaan itu dilanggar. Kebiasaan memang membawa kita ke ruang nyaman karena kita sudah biasa melakukannya.

Sekarang gereja yang sudah lama terbentuk biasanya akan terjebak dalam kebiasaan – apa yang biasa – dan kemudian takut akan perubahan. Orang mungkin akan berkata, “Itu tidak biasa di sini.” “Cara pelaksanaannya bukan begitu.” Sementara itu, gereja yang baik adalah gereja yang harus terus menerus berubah dan disesuaikan dengan apa kebutuhan jemaat dan konteks sekitarnya di mana gereja itu berada. Yang sering terjadi adalah gereja terjebak dengan kebiasaan dan menjadikan hal itu sebagai peraturan tidak tertulis yang harus dipatuhi. Sering juga kebiasaan ini sebenarnya tidak sesuai dengan pemahaman sesungguhnya tentang gereja.

Banyak orang kebakaran jenggot kalau ada sebuah kebiasaan yang normal yang dilanggar di gereja. Dulu ketika saya pelayanan di daerah, mereka tidak suka melihat pendeta memakai jeans. Atau mereka tidak suka dengan lagu tertentu karena menganggap lagu itu lagu persekutuan. Ada juga gereja yang tidak setuju kalau ada yang menggunakan gitar di dalam kebaktian karena itu tidak biasa buat mereka. Ini adalah contoh di mana kebiasaan menjadi lebih tinggi dari peraturan dan pemahaman yang sesungguhnya tentang gereja. Dalam banyak hal pendeta dan majelis lebih sering menjadi orang yang melestarikan kebiasaan ini. Mereka takut untuk keluar dari zona nyaman mereka.

Bayangkan juga acara adat, di mana kita terikat akan hal-hal yang menurut kita sudah biasa, padahal kebiasaan itu juga datang dari kebutuhan, bukan dari Tuhan. Kalau kebutuhan kita berubah, maka kebiasaan juga harus diubah. Yang penting adalah inti yang berasal dari Roh Tuhan.

Paulus hendak mengingatkan akan kebenaran Allah yang berada di luar peraturan yang dibuat manusia. Peraturan harusnya mendekatkan kita kepada Allah dan bukan menjauhkan kita darinya. Bayangkan, umat yang menutup mata terhadap kebenaran ini masih melakukannya 2000 tahun kemudian. Mari kita membuka mata terhadap hal yang mungkin tidak biasa namun memiliki kebenaran, cara mengetahuinya adalah dengan mengundang Roh Tuhan untuk merenungkannya, dan bukan langsung berkata, “ndang songon i na somal di son amang, inang.” Amin.

 

 

3:12 Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian, 3:13 tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu. 3:14 Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. 3:15 Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. 3:16 Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. 3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. 3:18 Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhandengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

4:1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. 4:2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.

 

 

Viewed 21527 times by 5936 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *