Pengharapan akan Kedatangan Cinta

Khotbah Minggu 18 Desember

Minggu Advent ke-4

GKIN Regio Tilburg

Baptisan Rivano Johannes Martua van Loon

 

Pengharapan akan Kedatangan Cinta

Lukas 1:39-45

 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Saya ingat pada tahun 2008 banyak orang mengantri di luar toko-toko buku kesayangan mereka yang menjual buku yang paling dinanti pada tahun itu. Banyak orang rela menginap di depan toko untuk mendapatkan edisi terbaru dari Harry Potter ke-7, the deathly hallows. Pada tanggal 29 Juni 2007, banyak orang mengantri berhari-hari di luar toko AT&T satu-satunya perusahaan komunikasi yang menjual iPhone, telepon yang paling dinanti di seluruh dunia. Dalam sejam setelah peluncuran banyak toko yang langsung kehabisan produk tersebut. Sepertinya orang rela untuk menanti produk yang benar-benar mereka sukai, hanya untuk menjadi yang pertama yang memperolehnya, padahal dalam beberapa jam atau hari sesudahnya kita juga bisa mendapatkan produk tersebut dengan mudah. Manusia rela menunggu dengan segala kesulitan, untuk mendapatkan hal yang mereka inginkan. Hal ini berhubungan dengan hal menunggu di dalam minggu Advent ini.

Ada empat minggu advent, mereka melambangkan: Harapan (hope), kehidupan (life), kegembiraan (joy) dan kasih (love). Hari ini adalah minggu keempat advent, yaitu minggu terakhir dari masa penantian kita, yaitu peringatan akan datangnya Kristus. Minggu keempat menggambarkan pengharapan akan datangnya cinta dalam kehidupan kita. Lalu, bagaimana kita menunggu datangnya sang Juruselamat?

Penantian kita akan Kristus dalam berbagai perayaan Natal, terutama di belahan dunia yang merayakan Natal sebagai sebuah tradisi, sudah berganti makna menjadi sesuatu yang komersil. Di mana-mana kita akan melihat pohon natal yang dihias, musik-musik natal dimainkan di radio, dan terutama bagian favorit saya, dimulainya winter sale di semua toko. Dalam minggu terakhir sebelum natal ini, kita sadar bahwa sebentar lagi Natal akan datang. Perayaan kelahiran ini mengingatkan kita akan kedatangan Kristus yang kedua kali. Pertanyaannya, apakah saudara sudah siap menyambut peringatan kelahiran Kristus?

Makna Natal sekarang sudah banyak berubah. Kalau saudara membeli kartu natal, maka yang sering ditulis adalah “vrolijke kerst” atau “season’s greetings” atau “happy holiday”. Natal menjadi sebuah perayaan tradisi liburan musim dingin yang tidak lagi dihubungkan dengan kelahiran Kristus. Kebanyakan anak-anak sekarang lebih mengenal siapa Sinterklaas dan kapan perayaan Sinterklaas, daripada Kristus dan Natal.

Lagu natal yang diputar juga sudah semakin komersial dan seringkali tidak lagi berhubungan dengan arti Natal itu sendiri. Saya sering kesal mendengar beberapa lagu yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Natal, tetapi selalu diputar setiap bulan Desember karena lagu tersebut memiliki kata “Christmas” dalam liriknya. Anda mungkin pernah mendengar lagu, “Last Christmas I gave you my heart… and the very next day you give it away.” Atau, “I saw mommy kissing Santa Klaus.” Kedua lagu ini sama sekali tidak memiliki hubungan dengan kelahiran Kristus di hari Natal, namun menjadi lagu ikon di musim Natal.

Yang terjadi adalah pergeseran makna penantian di hari Natal. Bukannya menantikan kelahiran Kristus, dan kedatangan sang Juruselamat manusia, kita justru menantikan Natal karena hari liburnya, musim kortingnya, kermis, atau mungkin makanan khusus natal yang hanya ada di Desember ini. Perubahan ini terjadi begitu mulus sehingga kadang-kadang kita sendiri tidak lagi mengenali makna penantian (Advent) yang sesungguhnya.

Apa yang seharusnya kita nantikan, terutama dalam minggu Advent keempat ini? Kita menantikan kasih Allah.

Ketika kita membaca teks Alkitab kita, maka kita sadar bahwa ketika Yohanes Pembaptis, bayi yang ada di perut Elisabet, mendengar salam dari Maria yang mengandung Yesus, dia melonjak dengan sukacita dan kegirangan. Elisabet yang dipenuhi Roh Kudus menyerukan, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?1:44Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.1:45Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”

Kedua perempuan ini, yang juga memiliki hubungan keluarga, mengandung kedua anaknya dengan cara yang luar biasa. Elisabet adalah perempuan yang sudah tua dan tidak lagi mungkin mengandung anak, sementara Maria masih suci sehingga tidak mungkin memiliki anak. Ketika kedua anak dalam kandungan ini bertemu, Yohanes Pembaptis bergerak dengan gembira. Saya sendiri belum pernah merasakan tendangan bayi di dalam perut ibu, tetapi Alkitab menjawab bahwa Yohanes melonjak dengan gembira. Bahkan sebelum lahir, Yohanes Pembaptis merasakan kegembiraan yang luar biasa ketika dia bertemu dengan Sang Mesias. Seorang anak yang belum lahir merasakan sukacita menyambut Kristus. Elisabet juga merasa sangat terhormat karena mendapat kunjungan dari Maria. Di ayat 46 dan selanjutnya, Maria juga mengekspresikan kegembiraannya dalam nyanyian.

Apa artinya hal ini?

Khotbah hari ini ingin menunjukkan kegembiraan luar biasa yang kita dapatkan ketika kita mendengarkan sapaan keselamatan, seperti yang disampaikan Maria kepada Elisabet. Sapaan cinta dan damai yang disampaikan Maria adalah sesuatu yang ditunggu oleh banyak orang dalam dunia ini. Sapaan damai sejahtera dari Maria ini membuat sang bayi Yohanes Pembaptis melonjak gembira.

Mari kita bandingkan situasi Maria dengan masa ini. Sekarang Eropa berada dalam krisis. Banyak orang yang menantikan pelepasan dan perbaikan. Angka bunuh diri meningkat di Yunani. Badan statistik mengatakan bahwa angka pengangguran di Belanda tahun depan akan mencapai 500,000 orang. Pelanggaran hak asasi manusia terjadi di Indonesia ketika beberapa orang terbunuh di Mesuji, Lampung. Papua masih bergolak sampai sekarang karena polisi dan tentara menggunakan kekerasan di desa Paniai, Papua Barat.

Saudara-saudara, keadaan yang ada di dunia sekarang ini membuat banyak orang menantikan kelonggaran, keselamatan, atau perbaikan keadaan. Lihat ke sekitar saudara, mungkin ada orang yang menantikan sapaan damai sejahtera. Kita dipanggil untuk menjadi pembawa berita damai sejahtera, membawa berita bahwa Allah mengasihi manusia dan memberikan anakNya yang tunggal supaya kita memperoleh keselamatan.

Hari ini kita juga menyaksikan peristiwa baptisan dari Rivano Johannes Martua van Loon. Ketika kami mengadakan pembicaraan baptisan, kami mengetahui bahwa nama Rivano diambil dari kata sungai (rivier/river), bahwa dia berfungsi seperti air yang membawa ketenangan kepada orangtuanya. Rupanya, ketika Rivano masih berada di dalam kandungan, banyak masalah yang dihadapi oleh orangtuanya. Kehadiran Rivano membawa ketenangan bagi orangtua, seperti air yang mengalir di sungai dan membawa damai dan cinta kasih. Dengan ketenangan yang dibawa oleh Rivano, kiranya orangtua juga bisa membagi cinta kasih ini kepada orang lain. Tentu kita mengharap Rivano juga akan menjadi sumber ketenangan bagi siapa saja yang ada di sekitarnya.

Kabar penantian sukacita juga perlu kita sampaikan dalam Gereja. Gereja bukanlah tempat orang-orang yang selalu bersukacita. Gereja juga adalah tempat buat orang-orang yang terluka yang mencari kesembuhan. Gereja juga tempat orang yang memiliki beban hidup yang mencari kelepasan. Banyak orang yang berbeban berat datang ke hadapan Allah untuk meminta pertolongan. Kalau begitu bagaimana kita bisa bersukacita? Apa yang bisa kita lakukan untuk orang yang berada dalam masa penantian ini?

Bagikanlah kabar sukacita bahwa Kristus akan datang kembali. Bagikanlah kegembiraan anda. Nicholas dari Myra, atau sinterklaas membagikan sukacita dengan memberi hadiah kepada orang-orang yang membutuhkan penghiburan. Pesan untuk membagi cinta kasih bisa membawa kegembiraan bagi mereka yang kesusahan. Kegembiraan mungkin berbeda artinya bagi tiap orang. Tetapi satu hal yang pasti, sukacita adalah hal yang menular. Karena itu ketika anda sedang berbahagia, bagilah senyum anda kepada orang-orang di sekitar kita. Sapalah mereka yang belum pernah anda tegur. Bagilah kesukaan anda kepada orang yang sedang kesusahan, apalagi buat mereka yang di dalam gereja ini.

Sukacita juga menular. Kegembiraan adalah penyakit menular. Kalau saudara masuk ke dalam ruangan penuh dengan orang-orang tertawa, anda juga akan tertawa. Pertama kali saya ke Belanda dulu dan orang-orang di sekitar saya berbicara dalam bahasa Belanda. Saya tidak mengerti satu hal pun yang mereka katakan. Namun ketika mereka tertawa, saya ikut tertawa, saya ikut merasakan kebahagiaan mereka.

Saudara-saudara yang terkasih,

Pesan advent hari ini mengajak kita untuk membagi kabar sukacita kepada orang yang sedang menanti di sekitar kita. Ini adalah tugas kita bagi dunia. Persiapkanlah hatimu menyambut kedatangan Kristus! Amin.

Viewed 17969 times by 5128 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *