Baptisan Sebagai Identitas Kita dalam Kristus

Khotbah Minggu 30 Januari 2011

Ibadah Baptisan Nathania Gandasasmita – GKIN Regio Tilburg

Baptisan Sebagai Identitas Kita dalam Kristus

1 Petrus 3:17-22


taken from desertcross.org

“What’s in a name? That which we call a rose. By any other name would smell as sweet.”

Romeo Montague dan Juliet Capulet adalah sepasang kekasih yang berasal dari dua keluarga yang bermusuhan. Di bagian ini dalam buku karya Shakespeare berjudul Romeo dan Juliet (Bab II, ii, 1-2), Juliet berkata, bahwa dia mencintai seseorang yang memiliki nama keluarga Montague, dan bukan seluruh Montague atau keluarga Montague. Bahkan kalau Romeo memiliki nama keluarga yang lain, Juliet masih tetap mencintainya. Karena cintanya, dan permintaan Juliet, Romeo menolak nama keluarganya dan meminta untuk “dibaptis” sebagai kekasih Juliet.

Apakah arti sebuah nama? Apa yang Juliet katakan memiliki kebenaran namun tidak sepenuhnya benar. Di balik semua nama, banyak harapan yang tersimpan. Sebuah nama untuk seorang bayi misalnya, diberikan dengan pertimbangan dan perenungan, sering juga diiringi dengan debat kecil dengan oma dan opa. Nama menjadi sebuah hal yang melekat. Nama adalah identitas. Dan meskipun nama tidak mendefinisikan siapa diri seseorang, tapi nama menjadi simbol dari apa yang orang itu representasikan.

Mari kita ambil contoh beberapa nama. Immanuel, Allah beserta kita. Seorang teman saya diberi nama Immanuel, karena orangtuanya baru saja lepas dari sebuah masalah berat dan kemudian memperoleh Immanuel. Binsar, dari bahasa Batak yang artinya sinar matahari pagi, diberikan kepada saya karena orangtua saya berharap saya bisa menjadi anak yang menjadi terang dan menjadi pelayan Tuhan. Tulus, seorang anak laki-laki teman saya yang dinamai opanya, karena memegang harapan menjadi tulus dalam hidupnya. Beatrix, diberikan kepada seorang sahabat saya karena diharap menjadi seterkenal ratu Belanda. Pemberian nama menjadi penting karena itu memberikan harapan dan arti.

Beberapa nama bahkan menjadi tidak populer setelah dia dipakai oleh orang yang salah. Misalnya Gayus, nama seorang tersangka kasus korupsi di Indonesia. Gayus adalah nama yang seorang sahabat rasul Paulus (roma 16:23, Kis. 20:4), dan bahkan disebut dalam surat Yohanes (3 Yoh. 1:1). Sekarang nama ini justru menjadi istilah untuk orang yang korupsi. Atau berapa orang yang sekarang memiliki nama Adolf setelah perang dunia ke 2?

Suku Batak Karo bahkan memberi nama kepada anak mereka dari hal pertama yang mereka lihat atau yang mereka pikirkan; misalnya Pagar Ginting, atau Gunting Tarigan.

Karena iseng, saya lalu mencari nama bayi terpopuler di Belanda tahun 2010. Tiga nama anak laki-laki terpopuler adalah Sem (nama anak laki-laki Nuh: kesejahteraan/terkenal), Lukas (dari nama Alkitab), dan Milan (Syria: baik, penuh kasih/nama kota di Italia). Sedangkan 3 nama perempuan terpopuler adalah Sophie (Latin: kebijaksanaan), Julia (Yunani: bentuk perempuan dari Julius – Cesar), dan Emma (Jerman: keseluruhan/universal).  Semua nama memiliki arti dan harapan.

Meskipun ada, jarang sekali kita mendengar orang memberi nama anaknya Medusa (tokoh berambut ular dalam mitologi Yunani), Yudas, Hitler, atau Lucifer. Orang tidak akan memberi nama anaknya dengan tujuan memberikan sesuatu yang buruk.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Hal yang kita rayakan hari ini berhubungan erat dengan nama dan identitas.

Hari ini adalah hari yang istimewa buat kita semua. Hari ini istimewa buat keluarga Gandasasmita: Iskandar, Desiree, Katharina, dan juga Nathania. Hari ini Nathania dibaptis, masuk ke dalam keluarga Allah. Hari ini istimewa buat saya, karena ini adalah baptisan pertama saya setelah saya ditahbiskan jadi pendeta. Hari ini istimewa buat yang lain, karena kita diingatkan kembali akan sebuah sakramen istimewa, yang menandakan diberinya identitas seseorang sebagai umat Allah. Hari ini kita merayakan dan menyambut bersama Nathania ke dalam persekutuan orang-orang yang telah dibaptis di dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Hari ini Nathania diberikan sebuah identitas, anggota dari umat yang dikasihi dan mengasihi Allah.

Nathania sendiri berasal dari bahasa Ibrani, yang artinya “Allah telah memberi” atau pemberian Allah. Keluarga memang sudah menantikan kelahiran Nathania; juga ditambah dengan sebuah tradisi unik di keluarga ibu Desiree bahwa setiap anak yang lahir dalam keluarga diberi nama sesuai urutan alphabet, maka Nathania adalah pemberian Allah. Hari ini  Nathania diserahkan kembali untuk menjadi anggota umat Allah.

Apa artinya baptisan? Dan mengapa bacaan kita hari ini diambil dari surat Petrus?

Surat ini ditulis Rasul Petrus kepada jemaat Kristen pada umumnya, yang waktu itu merupakan minoritas. Mereka diasingkan karena iman mereka kepada Kristus. Pada waktu itu penganiayaan kepada orang Kristen dipimpin oleh Plinius, gubernur Roma yang memerintah di Asia Kecil. Plinius memerintahkan orang Kristen untuk memberi korban persembahan kepada Kaisar. Mereka yang melawan akan dihukum mati. Karena tekanan tersebut, Petrus menuliskan surat ini sebagai bimbingan. Surat ini memberi nasihat praktis kepada orang Kristen untuk menghadapi cobaan dan penderitaan.

Karena itu Petrus memberikan penguatan kepada para umat yang sedang dilanda penderitaan untuk tetap bertahan di dalam identitas mereka: di dalam baptisan (Yunani: baptizo– dicelup). Petrus menjelaskan bahwa baptisan adalah identitas sebagai pengikut Kristus. Identitas ini tidak selalu membawa kesukaan, atau keberuntungan di dunia ini. Banyak cobaan yang diterima ketika menerima identitas baru ini. Banyak yang tidak suka dengan identitas ini. Petrus membandingkan peristiwa air bah yang melanda bumi sebagai sebuah perlambang baptisan bagi seluruh bumi. Bahwa air bah menyucikan kembali kesalahan yang telah dilakukan. Semua yang selamat dari air bah menjadi manusia yang baru. Semua yang dibaptis menjadi manusia baru.

Karena baptisan menjadikan seseorang hidup di dalam kehidupan baru, maka baptisan juga berarti “memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah – di dalam kebangkitan Kristus” (1 Pet. 3:21). Baptisan juga berfungsi sebagai sebuah permintaan kepada Allah untuk membimbing  orang yang masuk ke dalam Umat Allah ini dengan hati nurani yang baik. Artinya baptisan bukan untuk membersihkan kotoran tubuh, melainkan untuk memelihara kehidupan. Ini adalah makna identitas yang baru. Ini adalah tujuannya mengapa kita melakukan sakramen baptisan hari ini untuk Nathania.

Ini juga menjawab keraguan tentang apakah  bayi bisa menerima baptisan. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan mengenai baptisan anak. Apa makna baptisan yang sesungguhnya? Beberapa orang melihat bahwa baptisan adalah tanda menerima hidup baru di dalam Kristus. Seseorang hanya bisa dibaptis ketika dia sudah mengerti dan menerima hidup baru di dalam Kristus. Kalau begitu kenapa anak-anak juga dibaptis?

Seperti yang saya katakan di awal tadi, baptisan adalah sebuah identitas untuk masuk ke dalam kerajaan Allah. Dulu, identitas ini diberikan kepada bangsa Israel dalam rupa sunat. Semua anak laki-laki yang lahir harus disunat. Yesus sendiri berusia 8 hari ketika dia disunat (Lukas 2:21). Lalu tanda ini diganti menjadi baptisan ketika Kristus juga dibaptis dan mengutus kita untuk membaptis dan menjadikan orang menjadi muridNya (Matius 28:19). Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita sudah memiliki identitas kerajaan Allah? Melalui baptisan!

Sama seperti memilihkan nama, orangtua juga bisa memilihkan identitas yang baik untuk anaknya, selama mereka bertanggungjawab untuk itu. Ketika orangtua mengetahui sesuatu yang baik dalam identitas sebagai pengikut Kristus, maka mereka mau anak mereka juga datang kepada Kristus (Markus 10:14 “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah r yang empunya Kerajaan Allah). Karena itu kita membawa anak kita masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tetapi hal ini tidak berhenti di sini, orangtua, dan jemaat, juga diminta untuk berpartisipasi dalam pendidikan sang anak sehingga dia bisa betul-betul mengenali identitasnya ini. Baptisan ini memberi kita identitas baru, sekaligus kekuatan untuk hidup dalam nurani yang baik di dalam Allah.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Tentu ada satu saat di dalam hidup ketika seseorang menyadari makna identitas yang diberikan kepadanya. Ada juga orang yang tidak menyukai identitas yang diberikan itu. Seseorang bisa mengganti namanya kalau dia tidak suka. Seorang teman saya bernama “Alit” yang berarti kecil, sementara dia bertumbuh tinggi. Suatu waktu dia dan orangtua memutuskan untuk mengganti namanya dengan “Slamet” (bahasa Jawa: selamat) karena Alit tidak lagi menggambarkan siapa dirinya sesungguhnya.

Seorang anak bisa saja memutuskan untuk meninggalkan identitas baptisannya karena beberapa hal. Ketika hal ini terjadi, maka sebenarnya kegagalan juga ada di diri kita, baik itu orangtua, maupun jemaat. Banyak orang di Belanda merasa trauma dengan identitas Kristen sehingga dia memutuskan untuk tidak lagi menjadi Kristen. Dia melihat bahwa orang Kristen juga sama dengan orang lain, bertengkar dan tidak menjadi juru damai. Beberapa perang terdahulu justru dimulai dengan alasan agama. Beberapa orang merasa bahwa identitas sebagai pengikut Kristus tidak menguntungkan mereka, karena sering diikuti larangan yang tidak rasional – menurut mereka. Karena itu, identitas kekristenan tidak lagi menarik untuk dimiliki.

Identitas sebagai pengikut Kristus adalah sebuah karunia dan tanggung jawab. Sebagai persekutuan orang yang sudah dibaptis, kita dipanggil untuk hidup berdasarkan hati nurani yang takut kepada Allah. Kita hidup sesuai dengan ekspektasi yang diberikan kepada kita, ketika identitas baru diberi melalui baptisan kudus. Kita menjadi umat Allah dan kita harus menjaga identitas kita sebagai anak Allah dengan hidup sesuai Firman Allah. Hanya dengan demikian kita bisa memberi contoh dan bimbingan yang baik bagi orang yang masuk ke dalam identitas baru ini dan juga kepada dunia.  Kita bisa menunjukkan bahwa identitas sebagai umat Allah adalah identitas yang membawa perubahan dan kebanggaan untuk hidup sebagai pengikut Kristus. Baptisan hari ini mengingatkan kita kembali akan kebanggaan kita akan identitas kita, penyertaan yang diberinya, dan kewajiban yang diminta dari identitas kita. Amin.

Ds Binsar Jonathan Pakpahan

————————————————–

Zondagsoverdenking 30 januari 2011,

doopdienst van Nathania Gandasasmita – GKIN regio Tilburg

Schriftlezing: 1 Petrus 3: 17-22

Wat is in een naam? Dat wat wij een roos noemen? Ieder andere naam ruikt ook even zoet.

Romeo Montague en Juliette Capulett zijn geliefden – afkomstig uit twee strijdende gezinnen. In het boek van Shakepeare, Romeo and Juliet (hfd II,ii,1-2), zegt Juliet dat zij van iemand houdt – uit het gezin Montague, maar niet van het gehele gezin Montague. Ook – al had Romeo een andere achternaam, zij van hem blijft houden. Uit liefde en door het verzoek van Juliette, verwerpt Romeo zijn familienaam – en vroeg om een herdoop als geliefde van Juliette.

Wat betekent een naam? Wat Juliette zegt, is waar, maar niet ten volle. Achter vele namen, staat veel verwachting verborgen. Na veel overweging en verhandelingen – een soms ruzie, bijvoorbeeld van oma en opa met de ouders, krijgt een baby een naam. Eenmaal gegeven, blijft het ook plakken. Een naam is jouw identiteit. Ofschoon zonder definitie, wordt een naam het symbool – van wat het kind vertegenwoordigd.

Laat ons een paar namen als voorbeeld nemen. Immanuel, God met ons.  Een van mijn vrienden kreeg de naam Immanuel, omdat de ouders net maar verlost zijn – van een zwaar probleem, vlak voordat het kind kwam. Binsar komt uit de Batak taal – en betekent de stralende morgenzon, ontvangen van mijn ouders – in de verwachting dat ik licht uitstraalt – en een Gods dienaar wordt. De zoon van mijn vriend heet Tulus, ontvangen van de opa, in de verwachting dat hij tulus (rein van hart) in zijn leven doorgaat. Beatrix is een naam gegeven aan een vriendin van mij, in de verwachting dat zij even bekend wordt – als de koningin van Nederland. Helaas, dat lukt niet – grapje. Naamgeving is belangrijk, omdat het hoop en betekenis geeft.

Sommige namen worden niet populair, nadat een verkeerd iemand die heeft gebruikt. Bijvoorbeeld Gayus, de naam van een koruptor in Indonesia. Gayus is in de bijbel, een vriend van de apostel Paulus (Romeinen 16: 23 en Handelingen 20: 4) En zelfs in de brief van Johannes (3 Johannes 1: 1). Nou wordt die naam in Indonesia, een scheldnaam voor koruptoren. Een ander voorbeeld, hoeveel mensen heten na de twede wereld-oorlog – Adolf?

De Karo Batak gemeenschap geven hun kinderen, volgens het eerste ding wat zij zien, zoals Pagar (haagje) Ginting, of Gunting (schaar) Tarigan.

Zo begon ik dus te zoeken, naar de populairste baby-naam in Nederland in het jaar 2010. En ik vind er drie bekendste jongensnamen, Sem (zoon van Noach, welvaart, beroemd), Lukas (ook een bijbelse naam) en Milan (syrishe taal: goed, vol liefde, een stadsnaam in Italie). En drie populairste meisjesnamen, Sophie (latijns voor wijsheid), Julia (grieks voor vrouwelijke Julius, Cesar), en Emma (duits voor totaliteit, universaliteit). Alle namen hebben een betekenis en een verwachting.

Waarschijnlijk is de naam Medusa (uit griekse mythologie) niet zo vaak gekozen, of Judas, Hitler of Lucifer. Iets slechts, in dit gevaal slechte voorbeld, geeft je jouw kind niet mee.

Dierbaarste gemeente in Christus,

Wat wij vandaag gaan vieren heeft een hechte band met naam en identiteit. Vandaag is de bijzonderste dag voor ons allen.

Heel speciaal voor het gezin Gandasasmita, voor Iskandar, voor Desiree, voor Katharina en ook voor Nathania. Vandaag hadden wij Nathania de doop van Nathania, ze is nu binnen het gezin van God. Ook een bijzondere dag voor mij, want dit is mijn eerste dopeling als predikant. Ook bijzonder voor alle aanwezigen, want wij zijn er herinnerd aan het speciale sacrament, dat identiteit geeft aan het volk Gods. Vandaag vieren wij, dat Nathania is een lid van de gemeenschap van mensen die gedoopt zijn, in de naam van God de Vader, en de Zoon en de Heilige Geest. Vandaag krijgt Nathania een identiteit, lid van een volk dat geliefd is door God en dat van God houdt.

Nathania zelf komt uit het hebreeuws, en betekent God heeft gegeven, of Gods gave. De familie heeft de geboorte van Nathania verwacht. Voor het gezin van Desiree, waar een traditie heerst, dat de kinderen alfabetisch hun namen krijgen, is Nathania het geschenk van God. Nu wordt Nathania terug-gegeven als lid van het volk Gods.

Wat betekent de doop? En waarom lezen wij vanmiddag uit de brief van Petrus?

De brief is door de apostel Petrus geschreven aan de gemeente van Christus in het algemeen. Toendertijd hoort de christelijke gemeente tot de minoriteit. Door hun geloof in Christus worden zij afgezonderd. Onder de romeinse gouverneur Plinius,  die over Klein Azie heerst, worden christenen gemarteld. Van Plinius moesten christenen aan de keizer offergaven geven. Op straffe van de dood. Daarom schreef Petrus zijn brief ter bemoediging. De brief bevat praktische wenken ten opzichte van verzoekingen en lijden.

Petrus gaf bemoediging aan het volk dat zij in hun ellende, zich moeten vasthouden aan hun identiteit in de doop (baptize – ondergedompeld). Petrus zegt, dat de doop het identiteit van de volgeling van Christus is. En identiteit brengt niet altijd vreugde of voordelen met zich mee. De nieuwe identiteit brengt veel verzoeking mee. Daarom vinden velen deze identiteit niet leuk. De zondvloed was als een doop voor deze wereld. De zondvloed reinigt de zonden van de wereld. Die gered zijn uit het zondvloed, is de nieuwe schepping. Die gedoopt zijn, hoort bij de nieuwe schepping.

Omdat de doop iemand in een nieuw leven laat leven, betekent de doop ook een verzoek aan God voor een goed geweten – in de opstanding van Christus (1 Petrus 3: 21)

De doop fungeert ook als een verzoek aan God voor begeleiding om de nieuwe gemeenschap van God in te gaan met een goed geweten. De doop reinigt niet het vuil van het lichaam, maar om het leven te handhaven. Dit is de betekenis van een nieuwe identiteit. Dit is ook het doel van het doopsacrament van Nathania vanmiddag. Dit beantwoord ook alle twijfels of een baby wel gedoopt moet worden.

Er zijn wat vragen daarover. Wat betekent de doop eigenlijk. Sommige mensen zien de doop als teken van acceptatie van een nieuw leven in Christus. Vandaar, dat je dan – het nieuwe leven al moet kunnen begrijpen en accepteren in Christus. Mogen kinderen dan gedoopt worden of ze nog niet begrijpen wat doop betekend?

Zoals ik – in het begin al zei, de doop is een identiteit om Gods koninkrijk in te gaan. Voeger kreeg Israel haar identiteit in de vorm van de besnijdenis. Alle jongens moeten besneden worden. Jezus zelf was 8 dagen oud toen Hij besneden was (Lukas 2: 21). Dit teken – besnijdenis – is gewijzigd in de doop, toen Christus ook werd gedoopt – en ons uitzendt om te dopen – en allemaal tot Zijn discipelen te maken (Mattheus 28: 19). Hoe kunnen wij weten dat wij de identiteit van Gods Koninkrijk bezitten? Door de doop !

Net als de naam kiezen, kunnen ouders ook een goede identiteit voor hun kind kiezen, zolang zij daarvoor nog verantwoordelijk zijn. Zodra zij weten dat een identieit van de volgeling van Christus goed is, willen zij dat ook voor hun kind, toch (?) bijvoorbeld, als u een goede school weet, en zeker dat de school goed is voor jouw kinderen, dan neem je ze daar mee toch? (Markus 10: 14: Toen Jezus dat zag, wond hij zich erover op en zei tegen hen: ‘Laat de kinderen bij me komen, houd ze niet tegen, want het koninkrijk van God behoort toe aan wie is zoals zij). Daarom brengen wij kinderen ook in het Koninkrijk Gods. Maar dat is nog niet alles, want ook ouders en de gemeente hoort deel te nemen in de opvoeding van het kind, opdat het opgroeit tot volwassenheid van zijn identiteit. De doop brengt nieuwe identiteit en tegelijkertijd kracht voor een leven met een nieuw geweten in God.

Dierbaarste gemeente in Christus,

Er is een tijd van besef – ten opzichte van deze nieuwe identiteit. Iemand die de nieuwe identiteit niet leuk vindt, kan ook zijn naam veranderen. Een vriend van mij heet Alit, dat betekent klein (in javanse), maar, hij was groot. Op een dag besloten hij en zijn ouders de naam te veranderen in Slamet (geluk), terwijl Alit niet presenteert wie hij eigenlijk is.

Een kind kan om bepaalde redenen, zijn doop identiteit te verlaten. Dan is dat een teleurstelling voor ons, voor zijn ouders – en voor de gemeente. Velen in Nederland voelen deze christelijke identiteit als trauma, en neem een beslissing om geen christen meer te zijn. Ze denken dat een christen kan dezelfde zijn als anderen, met ruzies in plaats van vredestichters. Veel oorlogen in het verleden tijd – heeft met religie te maken. Of sommigen vinden hun christelijke identiteit niet winstgevend. Het is niet meer aantrekkelijk. Wat moeten we doen dan met onze identiteit?

Identiteit als volgeling van Christus is een gave en een verantwoordelijkheid. Als gemeenschap van gedoopten, zijn wij geroepen om te leven in de vreze des Heren. Wij leven binnen de verwachting die wij van onze doop en nieuwe identiteit ontvangen. Wij worden Gods volk, wij handhaven onze identiteit als Gods kinderen door te leven volgens Gods Woord. Alleen daardoor geven wij voorbeeld en goede begeleiding aan andere nieuweling. Door onze identiteit als Gods volk, identiteit die verandering en trots brengt om te leven als volgeling van Christus. De doop vandaag herinnert ons weer aan onze trots om onze identiteit, om zijn begeleiding, en onze verantwoordelijkheid, die van onze identiteit wordt gevergd. Amen.

Ds Binsar Jonathan Pakpahan

Viewed 48245 times by 21463 viewers

One Comment

  1. bagus banget

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *