Memberi dengan Sukacita

Khotbah Ulangan 16:13-17

Memberi dengan Sukacita

Ada sebuah tradisi tidak tertulis bahwa ketika kita harus mentraktir orang yang dekat dengan kita ketika kita memperoleh gaji pertama. Banyak orang memberikannya kepada orangtua mereka sebagai tanda terima kasih kepada orangtua. Tradisi ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Orang biasa mempersembahkan atau memberikan hasil pertama dari penghasilan mereka kepada orang yang mereka anggap berjasa dalam memperoleh penghasilan tersebut. Di zaman dahulu, bahkan sampai sekarang, di Jawa, orang yang bercocok tanam memberikan sebagian padinya kepada Dewi Sri, Dewi Padi. Kalau orang kembali dari laut, mereka membuang beberapa ikan tangkapan pertamanya kembali ke laut sebagai ucapan terima kasih mereka. Intinya orang memberikan kembali sebagian dari yang mereka terima sebagai ucapan syukur mereka. Tradisi ini juga berlaku bagi umat Israel, hanya saja mereka memberikannya sebagai persembahan mereka kepada Allah yang hidup, bukan kepada dewa tanah atau laut.

Ada tiga buah perayaan tahunan yang menjadi sarana peringatan perjanjian Allah dengan Israel. Yang pertama adalah perayaan Paska, yaitu ketika Allah membawa Israel keluar dari tanah mesir. Hal ini kemudian berhubungan dengan perayaan perjamuan kudus yang dilakukan Tuhan Yesus bersama para murid. Makan malam yang terjadi sebenarnya adalah makan malam Paskah. Lalu yang kedua terjadi tujuh minggu setelah Paskah, yaitu perayaan Tujuh Minggu sebagai nperayaan hasil panen gandum. Pesta ini dinamakan Pentakosta (karena dalam bahasa Yunani berarti kelimapuluh) yaitu hari kelimapuluh setelah hari raya Paskah. Orang Kristen kemudian memperingati Pentakosta sebagai Hari Turunnya Roh Kudus, lima puluh hari setelah Tuhan Yesus bangkit dari kubur.

Lalu perayaan yang ketiga, adalah perayaan Pondok Daun. Hari raya pondok daun adalah pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen. Pada peringatan ini, orang akan tinggal di dalam pondok daun sebagai peringatan akan zaman pengembaraan dalam padang belantara. Di dalam perayaan ini orang akan mengantar persembahan pertamanya kepada Allah sebagai tanda ucapan syukur atas panen yang mereka terima.

Memberikan hasil pertama kita kepada Allah adalah sebuah tradisi yang tetap dijalankan oleh banyak gereja, dan GKIN mengambilnya sejak tahun lalu. Kita melakukannya di awal tahun karena kita tidak lagi bertani atau menjadi nelayan. Musim yang kita kenal sekarang adalah tahun baru. Karena itu kita sekarang diajak untuk memberikan hasil pertama kita kepada Allah. Kenapa kita masih harus melaksanakan tradisi ini?

Saudara-saudara,

Ada beberapa hal yang menjadi pusat perhatian kita. Yang pertama adalah sikap kita dalam memberi. “Haruslah engkau bersukacita pada hari rayamu itu (ay. 14).” Tuhan meminta kita untuk bersukacita dalam memberikan yang terbaik bagi Allah. ini bukanlah kewajiban yang mendukakan, melainkan sebuah kesempatan untuk memberi dan bergembira. Bayangkan ketika anda baru saja menerima gaji pertama, maka anda akan sangat bersukacita untuk mentraktir orang sebagai tanda ucapan syukur. Anda bahkan merasa bersyukur bahwa anda masih bisa memberi kembali setelah sekian lama hanya menerima. Ini adalah perasaan yang kita miliki ketika kita memberi lagi kepada Allah.

Lalu factor kedua yang penting dalam hal memberi adalah, kita diminta untuk memperhatikan yang lain. Kita juga harus membantu orang lain untuk bersukacita. Ada factor kebersamaan dalam hari raya pondok daun. Kita harus bersukaria bersama dengan hamba laki-laki, hamba perempuan, orang Lewi, orang asing,m anak yatim piatu, dan janda yang ada di tempatmu (ay. 14).” Artinya, ketika kita bersukacita atas segala yang Tuhan berikan kepada kita, kita juga membagi kegembiraan itu terhadap orang yang ada di sekitar kita.

Ada sebuah cerita mengenai sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak perempuan berusia 5 tahun. Setiap malam, sebelum mereka makan, mereka selalu mendoakan janda miskin yang ada di sebelah rumah. “Tuhan, tolonglah janda miskin tetangga kami ini supaya dia bisa memperoleh makanan yang cukup.” Begitu doa sang ayah setiap mau makan. Lalu suatu pagi, sang anak menyuruh ayahnya, “Ayah, tolong ikat tali sepatu saya!” “Ayah tolong buatkan makanan saya!” “Ayah, tolong belikan sesuatu untuk saya!” Sang ayah bertanya, “Mengapa engkau meminta ayah, kan kamu bisa melakukannya sendiri!” Lalu sang anak berkata, “ayah juga setiap hari minta sama Tuhan untuk menolong janda sebelah, padahal ayah juga bisa melakukannya tiap hari.”

Saudara-saudara, perayaan Pondok Daun menjadi penting karena orang harus membagi sukacitanya kepada orang-orang yang paling memerlukan, yang ada di sekitarnya. Ini juga pesan bagi kita untuk membagi kebahagiaan kepada orang yang ada di sekitar kita.

Alasan terakhir mengapa kita bersukacita adalah, bukan hanya Allah telah memberikan sesuatu kepada kita, tetapi juga atas apa yang Allah janjikan kepada kita. Allah berjanji akan “memberkati engkau dalam segala usahamu, sehingga engkau dapat bersukaria dengan sungguh-sungguh.” Ini adalah suatu hal yang luar biasa. Ini adalah janji Tuhan. Saudara-saudara, jangan samakan khotbah ini dengan janji bahwa segala sesuatu akan menjadi luar biasa baik. Tetapi ini mau mengatakan bahwa orang yang memberi dengan sukacita akan mendapatkan juga sukacita dari Allah.

Lalu pesan terakhir yang bisa kita perhatikan adalah tentang pemberian berdasarkan berkat yang diberikan Tuhan kepadamu (ay. 17). Tuhan memberikan berkat yang berbeda kepada kita berdasarkan kemampuan kita. Karena itu pemberian kita juga berbeda. Tingkat rasa syukur kita berbeda, dan karenanya tingkat kerelaan juga berbeda.

Ada seorang jongen yang baru menyelesaikan kuliahnya. Dia kemudian mencari pekerjaan yang baik untuk dirinya. Dia mencoba melamar pekerjaan ke berbagai perusahaan yang sesuai dengan jurusan studinya. dia akhirnya mendapatkan sebuah pekerjaan yang cukup untuk membiayai dirinya sendiri. Anak muda ini bersyukur kepada Tuhan dan dia berjanji untuk memberikan sepersepuluh dari penghasilannya. Sebagai pemula, dia menerima 1200 euro sebulan netto. Tiap bulan dia menyisihkan 120 euro dari penghasilannya untuk gereja. Dia kemudian mendapatkan gaji yang lebih tinggi lagi. Sekarang dia menerima 1700 euro, dan dia tetap memberikan 170 euro kepada Tuhan melalui gereja. Lalu suatu ketika dia mendapat promosi dan menerima 5000 euro netto. Dia mulai berpikir, persembahan 500 euro per bulan ke gereja sepertinya terlalu banyak. Lalu dia berhasil menjadi CEO perusahannya dan memperoleh euro 12 k netto per bulan. Di sini dia mulai berpikir apakah dia masih tetap harus memberikan 1200 euro sebulan untuk Tuhan.

Sebenarnya apa yang diberikan oleh orang ini tetap sama, 10% dari penghasilannya. Tetapi ketika hasilnya meningkat, dia semakin berat memberi karena nominal yang diberikannya meningkat. Yang sering terjadi adlaah logika kita mengatakan bahwa apa yang kita berikan sudah cukup banyak, namun jika dibanding dengan berkat yang kita terima maka mungkin itu tidak ada artinya.

Ini juga terjadi dengan kita, karena itu kita semua diminta menjadi saluran dari berkat Tuhan. Saya pernah mengatakan ini sebelumnya. Orang menjadi kaya ketika dia juga menjadi kaya dalam kebaikan. Suka memberi dan membagi. Kita hanya menjadi aliran berkat dari Tuhan. Kalau kita menggunakan istilah aliran, maka kalau aliran sungai kita hambat, airnya akan akan mampet dan akhirnya tumpah dan justru merusak aliran tersebut, mengikis pinggiran sungai di kiri dan kanan, airnya akhirnya jadi meleber kemana-mana, dan akhirnya sungai itu bisa tidak mendapatkan aliran air sebanyak yang pertama tadi. Ini adalah pelajaran buat kita semua untuk selalu mengalirkan berkat Tuhan kepada orang di sekitar kita.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Persembahan yang kita berikan hari ini akan menjadi basis dari segala aktifitas gereja kita dalam tahun baru ini. Karena itu, hendaklah kita memberikan dengan sukacita, membantu sesama kita, dan juga memberi sesuai dengan kemampuan kita. Mari masuk ke pelataran Tuhan dan bawa persembahanmu dengan sukacita. Amin.

Ds Binsar Jonathan Pakpahan

Nederlandse vertaling

Zondagpreek: Eerstelingenzondag

Schriftlezing: Deuteronomium 16: 13-17

Geven met vreugde

Er is een ongeschreven traditie, dat je jouw meest naaste moet trakteren bij de ontvangst van jouw eerste salaris. Velen geven hun salaris aan de ouders, als dank aan de ouders. Een heel oude traditie. Je kun het ook aan degene geven die jou aan de baan heeft geholpen. Op Java, van oudsher tot aan de dag van vandaag, geven boeren een gedeelte van de rijstoogst aan Dewi Sri, de rijstgodin. De vissers, geven de eerstgevangen vissen weer aan de zee terug, als dankbetoon. Ook deze traditie geldt voor Israel, maar ze geven een gedeelte van de oogst aan de levende God, niet aan een aardegod of een zeegod.

Er zijn jaarlijks, drie feesten om Gods belofte met Israel te vieren. Ten eerste het Paasfeest, om de uitvaart uit Egypte te herdenken. Dit heeft later te maken met de viering van het Heilig Avondmaal, door de Here Jezus en Zijn discipelen. Dit Avondmaal was een Paasmaaltijd.

Ten tweede, gebeurt zeven weken na Pasen, namelijk het tarwe oogstfeest. Dit heet het Pinkstefeest, want pentakosta in het grieks betekent de 50ste dag na Pasen. De christenen herdenken Pinksteren als de uitstrooing van de Heilige Geest, 50 dagen na de opstanding van de Here Jezus.

Ten derde, is het Loofhuttenfeest. Een dankfeest van Israel voor de oogst. Op deze dag wonen mensen in een hut gemaakt van loof/bladeren, als herinnering aan de woestijnzwervingen. Op dit feest komen mensen hun eerste offerande aan God brengen, als dank voor de ontvangen oogst.

Een traditie, die haar voortzetting kent in de kerken, ook in de GKINsinds vorig jaar. Wij doen het aan het begin van het jaar, omdat wij geen boeren of vissers zijn. Het seizoen die wij kennen als Nieuw Jaar. Dat doen wij dan vandaag, om onze eerste offerande aan God te geven. En waarom doen wij aan deze traditie mee?

Gemeente,

Er zijn een paar dingen die ons aandacht verdient. Ten eerste is onze houding bij het offer. Vier dan uitbundig feest (vers 14). De Here vraagt ons om met blijdschap aan de Here het beste te geven. Het is dus geen treurige verplichting, maar een gelegenheid om te geven en om blij te zijn. Vergelijk dat maar met uw alleerste salaris, en u met blijdschap uw beste vrienden trakteert als dank. U bent blij om te geven, na zolang alleen te ontvangen. Dit zou dan onze houding zijn bij het teruggeven aan God.

Ten tweede, wat belangrijk is in geven, wij horen aandacht te besteden aan onze naasten. Wij horen ook anderen te helpen om blij te zijn. Er is iets gemeenschappelijks in het Loofhuttenfeest. Namelijk ‘Vier dan uitbundig feest, samen met uw zonen en dochters, uw slaven, uw slavinnen, en de Levieten, de vreemdelingen, de weduwen en de wezen die bij u in de stad wonen’ (vers 14). Dus als wij blij zijn voor alles wat de Here ons geeft, wij die blijdschap ook delen met onze omgeving.

Er is een verhaal van een gezin, bestaande uit papa, mamma en een klein meisje van 5 jaar. Iedere avond voor het eten, bidden zij voor een arme weduwe hun buurvrouw. Heer, help onze buurvrouw de arme weduwe, opdat zij genoeg te eten krijgt. Zo bidt de vader telkens voor het eten. En op een dag vraagt het kind, wilt u mijn veters vastbinden? En helpt u mij met mijn eten? En koopt u iets voor mij? De vader vroeg haar, waarom vraag je mij, terwijl je het zelf kunt doen? En het kind antwoordde, u vraagt ook iedere dag aan de Here om onze buurvrouw te helpen, terwijl u dat ook kunt doen.

Gemeente, het Loofhuttenfeest is belangrijk geworden, omdat men de blijdschap gemeenschappelijk met de omgeving moet delen, die dat het meest nodig hebben. Het is ook voor ons een boodschap om ons geluk te delen met onze naaste omgeving.

Ten laatste, waarom wij blij zijn, is niet alleen omdat God ons iets geeft, maar ook om wat God ons beloofd heeft.  God belooft ons ‘Hij zal immers al uw werk zegenen en u een rijke oogst geven. Vier daarom uitbundig feest.’ En dit is heel bijzonder. Dat is Gods belofte.

Gemeente, vergelijk deze preek niet met een belofte dat alles heel bijzonder goed zal worden. Maar dit wil zeggen, dat iemand die met vreugde geeft, ook van God vreugde zal ontvangen.

De laatste boodschap die ons aandacht verdient, is geven overeenkomstig Gods zegen aan u (vers 17) ieder moet geven naar de mate waarin de HEER, uw God, hem heeft gezegend. Daardoor is onze offerande ook verschillend. De graad van onze dankbaarheid verschilt ook, zo ook onze bereidwilligheid.

Een jongeman heeft zijn studie net maar afgemaakt. Hij zoekt werk dat bij hem past. Hij solliciteert overal dat bij zijn studie past, en vindt eindelijk iets wat genoeg is voor zijn doen. Hij is Gode dankbaar en belooft de Here om eentiende van zijn salaris aan de Here te geven. Als eerste ontvangt hij 1200 Euro netto per maand. Iedere maand zet hij 120 Euro opzij voor de kerk. Toen hij opslag krijgt, geeft hij van de 1700 Euro, 170 Euro aan de Here via de kerk. Toen hij eens promotie krijgt en 5000 Euro netto ontvangt, begint hij te denken of 500 Euro per maand niet te veel is voor de kerk. Later wordt hij directeur/CEO en ontvangt 12000 per maand netto. Hij begint zich af te vragen of hij 1200 Euro aan de kerk moet geven?

Eigenlijk is wat hij geeft gelijk, namelijk eentiende van zijn inkomsten. Maar toen zijn salaris stijgt, begint hij na te denken over zijn offerande. Onze logika zegt, genoeg. Maar vergeleken met onze zegeningen, is dat niets.

Dit gebeurt ook met ons, vandaar dat aan ons gevraagd wordt, om een sluis van zegen van de Here te worden. Ik heb dit eens gezegd. Wij worden ook rijk door goedheid. Vrijgevig en vrijdelig. Wij zijn maar een zegensluis voor de Here. Praten wij van een stroom, en wij de rivierstroom indammen, dan krijgt je verstopping en overstroming, en rivier raakt van slag. Dit moet een les zijn voor ons over de stroom van zegen van de Here aan onze omgeving.

Dierbaarste gemeente van Christus,

Onze offerande vandaag zal een basis zijn voor alle kerkelijke activiteiten van het nieuwe jaar. Laat ons met blijdschap geven, onze naasten helpen en geven overeenkomstig onze rijkdom. Kom op Gods erf en breng uw offerandes met vreugde. Amen

Ds Binsar Jonathan Pakpahan

Viewed 32441 times by 14347 viewers

One Comment

  1. Terimakasih atas khotbahnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *