Gayus … T.O.P.!

Tanpa Mengurangi Rasa Hormat Terhadap Pak Presiden.

Sebenarnya tidak ada lagi yang bisa dikatakan mengenai kasus Gayus. Kalau dulu korupsi di Indonesia dilakukan di bawah meja, sekarang sudah tanpa meja, dengan sorotan kamera. Foto ini ditampilkan karena menarik perhatian saya. Apakah mereka orang yang sama?

Tidak adil mengatakan kalau mereka adalah orang yang sama. Tetapi foto karya saudara Roy ini menggelitik mata saya, lalu saya coba membandingkan ketiga foto ini ;) Tanpa pengakuan Gayus (kiri), maka Agus Susanto, wartawan Kompas yang mengambil foto Gayus (di tengah), akan terus merasa tidak tenang. Tanpa pengakuan Gayus, maka siapa saja juga bisa menjadi orang yang difoto di Bali tersebut, termasuk pak Presiden kita (kanan). Untung beliau akhirnya mengaku di depan hakim, Senin 15 November kemarin.

“Saudara” Gayus telah membayar para petugas Rutan Brimob untuk bisa keluar dari rutan sebanyak 68 kali dalam jangka waktu kurang dari 5 bulan. Dia juga ada di balik vonis bebas terhadap dakwaan korupsi – yang mengejutkan semua pihak di bulan Maret 2010 – yang ternyata berdasarkan suap terhadap hakim dan jaksa. Gayus berhasil membuka mata Indonesia sehingga pengacara sekelas Adnan Buyung Nasution pun penasaran ingin membongkar semua permainan yang ada di balik urusan pajak negara tercinta Republik Indonesia.

Banyak hal yang sudah terungkap terang dan bisa kita baca terang-terangan di media massa, termasuk mudahnya tahanan keluar masuk Rutan – di mana besan Pak Presiden, Aulia Pohan, juga pernah ditahan (termasuk juga remisi luar biasa yang diterimanya). Hal ini membuat orang menjadi apatis dan juga lelah berharap akan adanya sebuah perbaikan di Indonesia.

Presiden berkata bahwa dia tidak bisa mempengaruhi keputusan hukum di Indonesia sebagai alasan bahwa dia tidak bisa langsung turun tangan dalam masalah ini. Tetapi dia lupa, bahwa dia pernah meminta pemerintah Belanda untuk turun tangan dalam masalah permintaan RMS ke pengadilan Belanda untuk mengadilinya dalam kasus Hak Asasi Manusia (Oktober 2010). Pak Presiden menggunakan standar ganda dalam kasus mencampuri urusan pengadilan dalam dan luar negeri – menolak mencampuri di dalam negeri, meminta dicampuri di luar negeri. Pak Presiden mungkin lupa, hukum di Belanda diterapkan jauh lebih baik jika dibanding dengan mudahnya uang berbicara di dunia peradilan Indonesia. Pak Presiden juga menggunakan standar ganda dalam kasus hukum besannya, di mana potongan masa tahanan yang hampir 50% dikabulkan oleh aparat pemerintahan terhadap Pak Pohan. Di Belanda korting seperti ini hanya ada di masa summer sale atau winter sale, itupun bukan untuk pengadilan.

KPK sekarang semakin dikebiri kekuasaannya, dan para pimpinan yang jujur selalu mendapat ancaman kasus yang tampak mengada-ada (saya tidak katakan tidak benar), termasuk membunuh seseorang direktur karena takut dibongkar rahasia asmaranya dengan seorang petugas marketing golf. Kalaupun kasus ini nanti berhasil diselesaikan, apakah orang masih percaya terhadap pengadilan Indonesia? Lalu, seleksi ketua KPK yang baru juga belum membawa hasil yang diharapkan.

Janji Pak Presiden di masa kampanye dulu sepertinya hanya tinggal janji. Kasus Bank Century sepertinya sudah tenggelam semenjak Ketua Umum Golkar menjadi sekretaris Partai Koalisi pendukung pemerintahan. Lalu kita membaca juga kasus penggelapan pajak perusahaan yang dilakukan pejabat negara, kapolri baru yang terpilih karena asas kedekatan, kasus penutupan gereja, dan lambatnya reaksi dalam menangani bencana yang terjadi di luar Jawa. Semua hal ini membuat saya merasa muak membaca berita tentang Indonesia.

Seperti biasa, orang Indonesia akan cepat lupa dan mengalihkan perhatian kepada kasus yang terbaru dan melupakan yang lama. Kasus bencana alam juga sepertinya mulai membuat kita lupa akan kasus lainnya, sampai Gayus kembali muncul dan mengingatkan kita bahwa masalah yang dulu belum selesai. Thank you Gayus for being such a jerk as you are and reminded us about your unresolved case. But remember this, there’s always a way of forgiveness in God’s grace kalau kamu bertobat, dan menyesal, dan tidak melakukan lagi apa yang kau lakukan, serta memberi semua hartamu kepada orang yang membutuhkan (atau mengembalikannya kepada negara). Sekarang kasus bencana alam tidak membuat orang lupa akan kasus bencana manusia yang belum selesai ini, thanks to Gayus. Gayus memang T.O.P.!

Viewed 29820 times by 4322 viewers

One Comment

  1. menarik tulisannya bang..
    Gayus Tambunan dan beberapa orang Batak yang skrg dinyatakan terlibat dalam kasus politik sebenarnya menyentuh hati kita sbg org Batak. orang Batak dulu dikenal sebagai seseorang yang pekerja keras, berpindirian kuat, tegas, terus terang, terbuka dan jujur. bahkan ada beberapa ucapan dari beberapa org Batak, “daripada mencuri lebih baik aku menyetir bus”. tapi entah mengapa hal-hal spt itu sepertinya sudah tidak ada di dalam diri org2 Batak pada masa ini… justru orang Batak skrg tidak jujur, tidak tegas, dan berani mencuri/korupsi. harga diri dan martabat yang dijunjung tinggi oleh orang2 Batak dulu, kini sudah hilang… : )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *