Kekuatan Penghiburan Dalam Himne

Posted by binsar on 22 Nov 2007 at 07:12 pm | Tagged as: Christianity, Reflection

Ketika seseorang sedang menghadapi masa sulit, entah itu masalah kesehatan, keluarga, keuangan, studi, biasanya ibadah juga tidak akan dilewatkan. Ada beberapa lagu himne yang memang menjadi favorit untuk dinyanyikan karena melodi yang sangat tepat dengan keadaan kita dan juga syairnya. “Berserah kepada Yesus: tubuh, roh, dan jiwaku.” Lagu KJ. No. 364 ini sering terdengar dilantunkan oleh beberapa mahasiswa yang akan menghadapi ujian. Atau lagu dari buku Taize No. 37: “Tuhanlah kekuatanku,” juga menjadi lagu pilihan favorit menghadapi masa sulit.

Mungkin sedikit dari kita yang menyadari bahwa banyak lagu-lagu himne memang lahir pada saat-saat tertentu, bahkan pada saat sang penulis sedang mengalami masa paling sulit dalam hidupnya. Penyerahan diri yang total ketika menghadapi pencobaan juga telah menghasilkan inspirasi bagi banyak para penulis lagu-lagu himne. Meskipun pencobaan yang mereka hadapi pastilah berbeda dengan ‘pencobaan’ yang dihadapi oleh kita, namun pencobaan dan ujian yang dihadapi manusia seringkali telah membuat manusia menyerahkan dirinya secara total kepada Sang Pencipta. Dalam saat-saat seperti inilah banyak lagu-lagu himne, yang beberapa di antaranya akan dipaparkan di sini, diciptakan. Dalam kondisi penyerahan diri yang total tersebut, dan juga dalam kondisi setelah lepas dari ujian yang dihadapi, lantunan lagu dan syair mengalir untuk menyerahkan diri dan mengangkat syukur kepada-Nya.

John Newton (1725-1807), yang beberapa kali lepas dari kematian dan perbudakan, telah menulis lebih dari 300 lagu sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Tuhan. Salah satunya adalah lagu “Amazing Grace (Ajaib Benar)” (KJ. 40).

Amazing Grace! How sweet the sound, That saved a wretch like me! I once was lost, but now am found,Was blind but now I see.

Bagaimana John Newton merasa dirinya telah diselamatkan oleh kuasa kasih Allah, dituangkannya dalam lagu ini.

Joseph Scriven (1819-1886) menulis sebuah puisi untuk ibunya yang sakit keras, yang sudah tidak pernah ditemuinya selama sepuluh tahun. Dia menulis 24 baris puisi yang disertainya dengan doa untuk mengingatkan ibunya akan seorang teman yang tidak akan pernah mengecewakannya, Yesus. Charles Converse, seorang komponis keturunan Jerman-Amerika memberikan melodi kepada puisi Scriver ini. Converse menjadikan puisi “What a Friend We Have in Jesus (Yesus Kawan yang Sejati)” (KJ. 453) menjadi sebuah lagu yang terkenal di seluruh dunia.

What a friend we have in Jesus; All our sins and griefs to bear; What a privilige to carry; Everything to God in prayer. O what peace we often forfeit, O what needless pain we bear; All because we do not carry everything to God in prayer.

Pesan pribadi Scriver untuk menenangkan ibunya yang terpisah dan sedang sakit keras tersebut sekarang telah menjadi sebuah himne penghiburan dan kekuatan kepada jutaan umat Kristen di seluruh dunia.

Dua orang bersaudara, Anna dan Susan Warner menulis sebuah novel Say and Seal pada tahun 1860. Novel ini menceritakan bagaimana seorang anak kecil, Johnny Fax, yang sedang menderita penyakit tak tersembuhkan, seperti biasa meminta guru sekolah minggunya untuk bercerita dan menyanyi untuknya. Sambil memegang tangannya, guru Johnny mulai mengarang dan menyanyikan beberapa kalimat sederhana “Jesus loves me, this I know, for the Bible tells me so. Little ones to Him belong; they are weak but he is strong.” (KJ. 184: Yesus Sayang Padaku). Adegan yang menyentuh dalam novel ini, telah melahirkan sebuah himne yang sangat terkenal. Empat stanza tersebut muncul di dalam novel itu sebagai sebuah lagu yang menghibur seorang anak yang sedang sekarat.

Masih banyak lagi himne-himne atau lagu-lagu yang lahir dalam masa penderitaan dan pencobaan. Himne-himne ini selain digunakan sebagai nyanyian jemaat juga bisa digunakan sebagai nyanyian pribadi yang memberikan pengharapan. Justru himne-himne inilah yang secara psikologis terasa lebih kuat menghibur dan menguatkan kita di masa-masa sulit kita.

Ketika masa sulit menghadang jalan ke depan, himne-himne seperti yang di atas dapat memberikan penghiburan dan penguatan kepada kita. Namun kita juga jangan terlena dalam penghiburan itu, tetapi bagaimana melodi dan syair himne tersebut dapat memberi kita kekuatan untuk mendorong kita mencari jalan keluar dari semua krisis yang tengah melanda. Atau mungkin anda sendiri mau berefleksi dari masa sulit yang sedang kita hadapi dengan menulis syair dan melodi pengharapan serta kekuatannya sendiri. (Sumber: Gariepy, Henry. Songs in the Night. Grand Rapids, Michigan: W. B. Eerdmans Publishing Co., 1996).

Viewed 10917 times by 3031 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *