Mengenal Liturgi dan Agenda (Tata Ibadah) HKBP

Binsar Pakpahan
(Disampaikan pada sebuah seminar liturgi di HKBP Tanjung Priuk, 2005)

Sejarah dan Latar Belakang Tata Ibadah HKBP

Liturgi HKBP berasal dari Kerajaan Prusia, Jerman. Pada waktu itu (abad ke-18) terdapat bermacam-macam denominasi Gereja di Jerman, tetapi secara umum hanya ada dua aliran Gereja yang ada, yakni Lutheran dan Calvinis. Keyakinan Kaisar yang memerintah Jerman waktu itu adalah apabila agama bersatu (dan hanya satu), maka negara akan menjadi kuat, dan apabila negara kuat, berarti kekuasaan Kaisar juga kuat. Karena itu negara berkepentingan untuk menyatukan berbagai denominasi yang ada di Jerman pada waktu itu, dan salah satu caranya adalah menyatukan tata ibadah yang ada agar menjadi sama di seluruh Jerman. Proses penyatuan ini juga memakan waktu bertahun-tahun dan akhirnya diputuskan untuk menggunakan tata ibadah yang adalah gabungan dari tradisi Lutheran dan Calvinis.

Versi tata ibadah yang kita pakai sekarang adalah penggabungan kedua tradisi tersebut (dikenal juga sebagai Tata Ibadah Union), yang lahir sebagai sebuah liturgi kompromi di dalam pertentangan.[2

Tata ibadah HKBP sendiri telah beberapa kali mengalami perubahan. Agenda pertama yang dipakai dicetak pada tahun 1894. Agenda yang dipakai pendeta non-Batak berbeda dengan yang dipakai oleh Guru Huria. Tata ibadah yang dipakai oleh Guru Huria tidak memiliki Votum karena dianggap kurang pantas untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Tahun 1907, Agenda dicetak ulang tetapi tidak memiliki perubahan yang signifikan. Pada tahun 1918 Agenda disamakan, dan cetakan tahun 1937-lah yang kita pakai pada saat ini.[3

Kalender Gerejawi (Almanak) HKBP

Almanak HKBP adalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan untuk satu tahun berdasarkan tahun Gerejawi. Yang dimaksud Tahun Gerejawi adalah hari raya liturgi yang tersusun berdasarkan kehidupan Yesus. HKBP memulai tahun liturginya pada Minggu Advent Pertama. Karena itu, Minggu sebelum Advent, yaitu Minggu ke-24 setelah Minggu Trinitatis, disebut juga sebagai Minggu ujung tahun, di sinilah dibacakan barita jujur taon dan peringatan akan mereka yang telah meninggal sepanjang tahun tersebut. HKBP menentukan Minggu Advent ini dengan menghitung mundur 4 hari Minggu dari Hari Natal. Demikian jenis Minggu dalam kalender gerejawi HKBP:

Nama Minggu/Artinya

Advent I – IV
Natal
Setelah Tahun Baru
I – IV Setelah Epifani / Hapapatar (Makin Terang, Makin Jelas)
Septuagesima / 70 hari sebelum kebangkitan
Sexagesima / 60 hari sebelum kebangkitan
Estomihi / Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku (Mzm 31:3)
Invocavit / Bia Ia berseru kepadaku, aku akan menjawab-Nya (Mzm 91:15a)
Reminiscere / Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya Tuhan (Mzm 25:6)
Okuli / Mataku tetap terarah kepada Tuhan (Mzm 25:15a)
Letare / Bersukacitalah (Yesaya 66:10a)
Judika / Luputkanlah aku ya Allah! (Mzm 43:1a)
Palmarum (Maremare) / Minggu Palma
Pesta I Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus (Paskah Pertama) / Paskah
Quasimodo Geniti / Seperti bayi yang baru lahir (1 Pet 2:2)
Miserekordias Domini / Tanah ini penuh dengan kasih Allah (Mzm 33:5b)
Jubilate / Pujilah Tuhan, hai segala bangsa (Mzm 66:1)
Kantate / Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Allah (Mzm 98:1a)
Rogate / Doa (Yer 29:12)
Exaudi / Dengarlah suaraku ya Tuhan (Mzm 27:7)
Pentakosta / Turunnya Roh Kudus
Trinitatis / Memperingati Allah Tritunggal
I – XXIV Setelah Trinitatis / Minggu Biasa

Berdasarkan minggu-minggu tersebut, bacaan Alkitab dalam setahun disusun dalam Almanak HKBP. Bacaan Alkitab itu akan diulang kembali setelah tiga tahun, artinya apabila kita memang mengikuti bacaan tersebut, maka Alkitab akan selesai kita baca dalam waktu 3 tahun.

Tata Ibadah HKBP dan Artinya

Setiap urutan dalam tata ibadah HKBP memiliki makna yang dalam. Banyak dari kita yang mungkin hanya mengikuti kebaktian Minggu di HKBP tanpa mengetahui makna dari setiap acara. Hal ini mungkin menjadi penyebab kenapa kita merasa bosan dan tidak bergairah mengikuti kebaktian tersebut, karena kita sendiri tidak tahu apa yang kita ikuti! Berikut adalah urutan dalam Tata Ibadah Kebaktian Minggu biasa yang tertulis di Agenda HKBP serta keterangannya.

Ø Sebelum memasuki acara yang pertama, jemaat telah memasuki ruang kebaktian dan bersiap menunggu lonceng dibunyikan (di kota besar penggunaan lonceng mungkin telah ditiadakan). Setelah lonceng dibunyikan, jemaat akan bersaat teduh untuk menyerahkan diri kepada Tuhan, menyiapkan hatinya untuk mengikuti ibadah.

Nyanyian Bersama
Nyanyian pembukaan ini sebenarnya merupakan nyanyian panggilan beribadah. Tetapi hati kita sudah harus siap untuk mengikuti ibadah sejak lonceng dibunyikan. Karena itu, nyanyian ini adalah kesiapan hati kita untuk mengikuti panggilan ibadah tersebut.

Votum – Introitus – Doa Pembukaan
Votum adalah meterai pertanda bahwa Allah hadir di dalam ibadah tersebut dengan ucapan: “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus.” Inilah yang membedakan ibadah dengan pertemuan biasa, ibadah adalah persekutuan umat percaya yang menyambut kedatangan dan kehadiran Allah.

Introitus adalah pernyataan atau ajakan yang dikutip dari nas Alkitab. Bacaan ini diambil berdasarkan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini juga menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam suasana perayaan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini disambut jemaat dengan menyanyikan “Haleluya” yang artinya “Pujilah Tuhan!”

Sambutan Jemaat disusul dengan doa pembukaan yang menekankan unsur kebersamaan. Doa ini disampaikan bersama, memohon agar Tuhan Allah mengatur dan memimpin ibadah tersebut.

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini harus sesuai dengan Hari Raya Gerejawi dan merupakan respons Jemaat terhadap doa pembukaan.

Pembacaan Hukum Tuhan
Bagian ini adalah lanjutan dari nyanyian pembukaan dalam ibadah. Maksudnya, dengan memperdengarkan serta memahami Hukum Taurat dari Allah, anggota Jemaat yang beribadah sadar akan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran yang dia lakukan (Roma 3:20b). Hukum Taurat yang dibacakan bisa juga berfungsi sebagai cermin diri dan peringatan akan dosa kita. Jemaat menyambut dengan memohon kekuatan untuk melakukan Taurat-Nya.

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini berisi respons Jemaat atas harapan Allah untuk menjalankan hukum Tuhan. Isi nyanyian ini harus berkaitan dengan Hukum Taurat.

Pengakuan Dosa
Setelah Jemaat sadar akan dosa-dosanya, maka tibalah saat untuk mengaku dosa-dosa tersebut ke hadapan Tuhan. Melalui ‘doa pengampunan dosa’, Jemaat memohon dalam kerendahan hati dan mengiba kepada Tuhan agar dosanya diampuni (bnd. Luk 15:21). Untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, maka segala dosa harus terlebih dahulu dibersihkan. Setelah berdoa, janji Allah akan pengampunan dosa kita akan dibacakan. Allah mengampuni dosa dari orang yang telah mengakui dan menyesali dosa-dosanya (Yeh. 33:11). Setelah mendengar pengampunan dosa, kita bersukacita dan memuji Tuhan dengan mengucapkan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi. Amin.”

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini adalah respon Jemaat atas pengampunan dosanya.

Pembacaan Firman (Epistel)
Setelah umat mengakui dosanya, maka Allah datang menyapa umatNya melalui Firman yang dibacakan sebagai petunjuk hidup baru. Ini adalah kata-kata Allah menyapa umatNya melalui surat kiriman (Epistel), yang isinya untuk mendorong umat berbuat baik dan bersaksi. Setelah pembacaan Alkitab, Liturgis membacakan “Berbahagialah mereka yang mendengarkan dan memelihara Firman Allah. Amen.” Perkataan ini bermaksud agar umat mengingat bahwa Firman Allah adalah untuk diindahkan, bukan untuk didiamkan saja.

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini adalah respon umat atas pembacaan Alkitab. Karenanya, nyanyiannya pun harus sesuai dengan pembacaan Epistel.

Pengakuan Iman Rasuli
Bagian ini adalah bagian yang harus ada dalam setiap ibadah Umat Kristen karena melalui bagian ini kita mengucapkan pengakuan iman kita akan Trinitas: Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Kita mengakui ini karena dosa yang telah dihapuskan dan Firman Allah (Epistel) yang telah dibacakan mendorong kita untuk mengakui iman kepercayaan kita.

Warta Jemaat
Bagian ini seringkali dirasa tidak perlu terdapat di dalam ibadah. Namun, HKBP memasukkan Warta Jemaat sebagai bagian dari ibadah karena semua kegiatan Jemaat adalah karya Allah dalam hidup kita. Karena itu, Warta Jemaat sebenarnya hanya berisi hal-hal yang ada kaitannya langsung dengan kehidupan Jemaat. Setelah Warta, Jemaat mendoakan hal-hal tersebut.

Nyanyian Bersama
Nyanyian ini merupakan respons Jemaat akan pengakuan imannya, sekaligus pengantar untuk kotbah yang akan didengarkan. Persembahan juga dikumpulkan pada pada waktu ini. Hal ini berarti bahwa mereka yang bersaksi melalui Pengakuan Iman, bersaksi juga melalui pengakuan akan berkat Tuhan yang diterimanya dan kesediaan hatinya untuk memberikan “persembahan syukur” sesuai dengan Taurat.

Kotbah
Kotbah adalah puncak dari acara kebaktian Minggu. Semua bagian dari ibadah minggu tidak boleh lepas dari nas kotbah yang akan disampaikan. Kotbah bukanlah pidato atau ceramah, melainkan Allah yang berbicara melalui pengkotbah, sebagai bekal hidup, pegangan dan penuntun hidup Jemaat.

Nyanyian Bersama
Nyanyian bersama ini adalah untuk merespons Firman Tuhan yang baru saja didengar, dan sekaligus sebagai penekanan kembali kotbah tersebut. Karena kotbah adalah klimaks, maka sebaiknya tidak ada lagi acara yang dilakukan setelah kotbah.

Doa Persembahan dan Nyanyian Persembahan
Sebelum pulang ke tempat masing-masing jemaat masih diajak untuk mendoakan persembahan yang telah diberikan karena segala sesuatu perlu dibawa di dalam Dia (Kol. 1:3). Jemaat menyambut doa tersebut dengan nyanyian bersama, yang menyatakan bahwa segala hal harus diserahkan kepada Tuhan (BE 204:2).

Doa Penutup/Doa Bapa Kami
Jika ibadah dibuka dengan doa, maka diakhir juga dengan doa. Doa penutup juga harus disesuaikan dengan hari raya gerejawi. Setelah itu doa tersebut disambung dengan Doa Bapa Kami. Ini merupakan doa yang mencakup segala kepentingan Allah dan kebutuhan manusia. Itulah sebabnya ini menjadi bagian akhir pada doa penutup.

Doksologi
Doksologi adalah bagian dari Doa Bapa Kami yang dinyanyikan Jemaat sebagai respons atas seluruh karya anugerah Allah. Allah dipuji dan dimuliakan karena Dia adalah pemilik segala sesuatu dan pemberi segala sesuatu (Lihat Mat 6:13).

Berkat
Berkat yang ditulis di Bil 6:24-26 adalah berkat yang juga diberikan kepada Umat Israel. Melalui berkat ini kita memahami bahwa Allah juga telah memberkati Jemaat dengan berkat yang sama. Sebegai sambutan iman, maka Jemaat menyanyikan “Amin, Amin, Amin!”, yang berarti “ya benar! Terjadilah.”

HKBP Menjawab Perubahan dan Perkembangan

Banyak orang yang merasa bahwa Tata Ibadah HKBP adalah membosankan dan tidak bervariasi. Di dalam buku HKBP dan Tahun 2004 yang diterbitkan oleh Biro Informasi HKBP dikatakan:

“Menurut pengamatan, banyak warga HKBP yang tertarik mengikuti kebaktian di Gereja-gereja lain, terutama sekali kebaktian-kebaktian alternatif. Kita sering mendengar pendapat yang menyatakan bahwa tata kebaktian HKBP kurang menarik dan monoton. Kotbah-kotbahnya kurang menyentuh. Harus diakui bahwa tata ibadah kita sebagaimana yang terdapat dalam Agenda HKBP sudah sangat lama dan tetap memberikan kesejukan kepada warga HKBP. Kendati sudah tiba saatnya untuk memberikan tempat bagi unsur-unsur baru yang menghidupkan kerohanian para warga yang suka pada bentuk kebaktian yang lebih longgar dan santai. Oleh karena itu melalui Rapat Praeses HKBP, sejak tahun 1999 kita sudah menyarankan agar jemaat-jemaat melaksanakan kebaktian-kebaktian alternatif dengan tata ibadah yang lebih bebas, namun tetap mengikuti nilai-nilai Kristiani kebaktian warga HKBP………salah satu bentuk pergumulan akan tata ibadah tersebut telah diperagakan pada Ulang Tahun Pesta Perak STT HKBP tanggal 12-13 April 2003 lalu. Ibadah alternatif dengan mempergunakan alur kesenian Batak telah menggugah sebagian besar pengunjung dalam memahami kemurahan Tuhan pada suku Batak. Di samping itu, tercetus pula semangat untuk merevisi pemikiran bahwa adat Batak identik dengan kekafiran. Dalam ibadah tersebut produk budaya, karsa dan karya manusia Batak melalui ulos dipergunakan kembali sebagai pendukung ibadah.”

Dengan kata lain, HKBP telah membuka dirinya terhadap kemungkinan dilaksanakannya ibadah dengan menggunakan tata ibadah di luar Agenda yang biasa, selama ibadah tersebut tetap berpegang kepada nilai-nilai Kristiani yang ada pada tata ibadah minggu biasa.

Penutup dan Saran

Tata ibadah HKBP sebenarnya memiliki makna liturgis yang sangat dalam. Namun, banyak dari Jemaat yang kurang mengetahui arti dari setiap acara dalam ibadah tersebut. Masalah utama adalah kurangnya sosialisasi arti liturgis Tata Ibadah HKBP.
Bagi pemuda dan remaja pemilihan lagu dalam kebaktian umum sering dirasakan kurang cocok dengan jiwa mudanya. Karena itu, sebaiknya pemuda dan remaja memilih lagu yang sesuai dengan memperhatikan penempatan lagu-lagu di atas.
Persiapan pemain musik dalam ibadah juga penting, karena musik dapat mengantar kita ke dalam sebuah penghayatan yang dalam, dan dapat juga membawa kita jatuh ke dalam pencobaan. Pemusik harus selalu ingat bahwa mereka bertugas untuk mengiringi jemaat, karena itu persiapan yang baik perlu dilakukan.
Tata ibadah alternatif dengan pemilihan lagu di luar Buku Ende dan Kidung Jemaat telah dimungkinkan selama mereka dilakukan dengan penuh kesadaran liturgis. Yang dimaksud kesadaran liturgis adalah dengan mengindahkan kaidah urutan liturgis yang ada dalam Tata Ibadah Minggu HKBP.

Daftar Pustaka

Sihombing, J. (ed.) Homiletik (Poda Parjamitaon) dohot Deba Hatorangan na Mardomu tu Agenda. Pematangsiantar: HKBP, 2000.

Lumbantobing, Bonar. “Kehidupan Menjadi Calon Pelayan” (makalah yang disajikan dalam persiapan calon pelayan HKBP di Jetun, Silangit, Maret 2004).

Manullang, JM. “Suatu Pemahaman Tentang Tata Ibadah (Liturgi) HKBP” dalam Midian Sirait (ed.), Menjadi Kristen yang Taat dan Beriman. Jakarta: CV Marintan Jaya, 2001.

Biro Informasi HKBP. HKBP dan Tahun 2004 Sebagai Tahun Kesembuhan Keluarga. Pematangsiantar: HKBP, 2004.

Rachman, Rasid. Hari Raya Liturgi: Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Agenda HKBP Bahasa Batak dan Bahasa Indonesia

Siagian, Riris Johanna. Satu Visi Menuju HKBP Yang Baru: Penelitian dan Analisis Historis-Kritis, Naratif dari Perspektif Perempuan. Tarutung: HKBP, 2001.

[1

[2 Hati-hati dengan penggunaan istilah Liturgi dan Tata Ibadah!

[3 Tidak banyak keterangan yang bisa diberikan mengenai perbedaan tata ibadah-tata ibadah ini. Mungkin yang paling jelas adalah perbedaan letak persembahan. Persembahan tadinya diberikan sesudah kotbah namun kemudian ditambahkan dengan sebelum kotbah karena alasan kepraktisan. Persembahan yang diberikan tiga kali akan terlihat merepotkan apabila diberikan pada satu kesempatan saja. Akhirnya kesempatan untuk memberikan persembahan ditambahkan juga pada waktu sebelum kotbah.

Viewed 116419 times by 49784 viewers

12 Comments

  1. kenapa liturginya tidak ekumenis?……
    Rasanya juga liturgi HKBp seprti terpisah-pisah bagianya….. Apakah Klimaks (khotbah) itu tempatnya di akhir?

  2. Terima kasih Amang,
    Kalau ada teknis maragendi di kebaktian HKBP, cara memilih lagu / Ende, tolong dikirim amang.
    Terima kasih (Cst. PEM. SIdabutar / HKBP Denpasar Bali )

  3. Lae Pakpahan …….dalm menyampaikan suatu tulisan karya ilmiah,buah pikiran … kita harus sadar bahwa apa yang kita hasilkan jauh dari kesempurnaan…..biar ada respon dari pembaca…

  4. Terima kasih Lae untuk masukannya. Silahkan beri komentar apabila ada masukan :)

  5. Perlu penyeragaman yang harus dilakukan (kembali) dengan tegas oleh Kantor Pusat HKBP, karena di beberapa jemaat (semakin hari semakin signifikan) terjadi perbedaan tata ibadah. Misalnya tingting yang kemudian diikuti dengan doa syafaat, ada yang dipimpin oleh pembaca tingting, ada pula yang dipimpin oleh pengkhotbah. Kalau ‘nggak salah (aku pernah mengikuti ibadah seperti itu …)bahkan ada juga yang melakukannya setelah selesai ibadah …

    Kalau tentang penggunaan jubah, bagaimana amang pandita? Na huboto, di sude ibadah na diulahon di bagas joro (mar-
    votum jala ditutup marhite tangiang “Ale Amanami”, ingkon martoga do pandita. Boasa do adong piga-piga pandita na so martoga, jotjotan ma i molo marjamita di ibadah pamasu-masuon, na gabe dohot do sintua ndang martoga be mangihuthon panditana.

  6. Terimakasih, ini suatu hal yang cukup membantu untuk muda-mudi mengenal liturgi dari hkbp itu sendiri.

    namun, ada satu hal yang ingin saya ketahui Amang. bagaimana peran song leader dalam konsep worship HKBP sendiri? dan bagaimana juga peran liturgist dalam memimpin jemaat menghantarkan untuk memulai setiap pujian dalam worship/ibadah HKBP dengan mengikuti Lutheran theology?

    Terimakasih untuk kesediaan waktu-nya menjawab pertanyaan ini.

    Tuhan memberkati pelayanan Amang. :)

  7. Permisi Amang
    sada sukkun-sukkun hu Aha do perbedaan ni Tangiang dohot Tamiang?
    ala godang naposo saonari naso mamboto lapatanni dohot artina termasuk ma au amang.

    mauliate parjolo.

  8. Horas amang Peniel, au pe ndang pola ahli hian di bahasa batak, alai tangiang do na toho, lapatanna berdoa. Di Bibel pe tangiang do terjemahan ni doa, dang tamiang. Alai di bona pasogit adong do piga2 huta na margoar sitamiang, songon di samosir sada dohot di pangaribuan. Horas!

  9. Pingback: Ucapan Natal Bahasa BatakDownload Materi Presentasi | Free PDF Files, eBook, and Document Sharing | Download Materi Presentasi | Free PDF Files, eBook, and Document Sharing

  10. Ronaldo Rizal Pasaribu

    Sering 10 patik tidak dibacakan seluruh nya amang dan juga sering dipakai istilah sikkat ni patik (pengganti patik) . Bagaimana tanggapan amang mengenai hal ini?

  11. Kenapa kita tidak memakai Liturgi dan tradisi gereja Lutheran saja?? Toh di Jerman juga udah murni Lutheran tidak di campur Calvinis karena tidak nyambung.
    Setidaknya perubahan itu membuat mendalami liturgi, karena di HKBP mulai dari liturgi maupun khotbah jadi tidak terasa menjiwai karena campuran aliran yang berbeda(Lutheran-Calvinis)
    Dan juga tidak ada keseragaman banyak terjadi di gereja HKBP, contohnya aja bentuk altar di gereja, ada yang khotbah di tengah, ada juga di kiri, bahkan di kanan, kan aneh juga sih masa gak nyatu HKBP.
    Kiranya yang berwewenang atas masalah ini bisa menyelesaikan permasalahan ini.

  12. Shalom Aleichem!
    Saya ingin mengutarakan pendapat saya mengenai gereja kita HKBP ini.

    Mungkin perlu penyeragaman tata liturgi, tradisi, bangunan (arsitektur) / desain gereja,dll. Mengigat kita adalah gereja Lutheran, bukan Calvinis.

    * Tradisi kita cenderung Calvinis padahal kita Lutheran, mungkin kita harus berani mengubah secara keseluruhan liturgi HKBP agar sesuai liturgi Lutheran seperti yang tertera di Buku Concor ( The Worship Book of Lutheran)
    * Kalender gerejawi kita pun tidak seperti gereja Lutheran sesungguhnya, mungkin perlu juga keberanian pemimpin untjk mengubah kalender gerejawi kita.
    *Sesungguhnya gestur tubuh itu penting dalam liturgi (misalnya, Tanda Salib Kudus, Berlutut, Sujud,dll) Karena itu pun tertera dalam kathekismus Martin Luther.
    *Sebenarnya masih banyak lagi persoalan lain yang dimana kita tidak membawa identitas Lutheran di HKBP.

    Dan ingat kita ini Gereja Lutheran, bukanlah HKBP, HKBP hanyalah organisasi keagamaan. Jadi janganlah overproud terhadap nama organisasi.
    Terimakasih sekian dari saya. Tuhan Yesus Memberkati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *