Suku Cia-cia Di Sulawesi Mengadopsi Sistem Abjad Korea

Feb 1, 2010 11:43 PM

by binsar

Suku Cia-Cia di Kota Bau-Bau, pulau Buton, Sulawesi Selatan mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan sistem abjad Hangeul untuk menulis bahasa asli mereka. Ini artinya suku ini akan menjadi satu-satunya pengguna abjad Hangeul di luar Korea. (Lihat contoh terjemahan bahasa Cia-Cia di sini)

Suku minoritas dengan populasi 60 ribu ini diwakili oleh Amirul Tamim, Walikota Bau-Bau dalam menandatangani perjanjian dengan Walikota Seoul Oh Se-hoon untuk mendukung penggunaan Hangeul sebagai bahasa tulisan resmi. Suku Cia-Cia tidak memiliki bahasa tulisan resmi untuk bahasa daerah mereka, dan sekarang suku Cia-Cia akan menggunakan huruf Hangeul untuk menulis bahasa asli mereka.

Alfabet 24 karakter ini diperkenalkan pada tahun 1443 dan untuk menunjang penyebarannya pemerintah Korea akan menyediakan sebuah pusat pelatihan guru-guru bahasa di Bau-Bau dan dukungan material termasuk buku-buku bacaan berbahasa Korea untuk para anggota suku Cia-cia.

Photo: VOA

Beberapa anak yang sudah bisa membaca Hangeul dibawa ke Korea untuk memperkenalkan kerjasama ini ke masyarakat Korea (29 Januari 2010).  Kedatangan mereka disambut oleh media dan walikota Seoul. (Click beritanya di VOA di sini)

Prof. Lee Ho-young dari Seoul National University akan memimpin langsung proyek ini. Dia ingin melestarikan Hangeul dan mengajarkannya kepada suku di Asia yang belum memiliki bahasa tulisan resmi.

Mari kita teliti sisi positif dan negatif perjanjian ini.

Korea yang sedang berusaha menyebarkan Hangeul sebagai bahasa internasional datang dengan menawarkan bantuan ekonomi bagi masyarakat Bau-Bau. Ini adalah bantuan yang baik untuk suku yang namanya mungkin belum pernah didengar sebagian besar pejabat pemerintahan Indonesia. Sisi positifnya mereka memperoleh bantuan secara finansial dan juga memperoleh keuntungan dengan kerjasama langsung dengan Korea. Mereka juga akan diajarkan untuk menulis bahasa asli mereka.

Namun menurut saya, kerjasama ini lebih banyak memiliki sisi negatif. Alasan untuk melestarikan bahasa asli Cia-Cia sendiri tidak begitu meyakinkan karena Indonesia menggunakan huruf latin untuk menulis bahasa resminya. Bahasa Cia-Cia sendiri sepertinya hampir serupa dengan bahasa suku lain yang memiliki rumpun yang sama (lihat contoh di gambar). Menggunakan alfabet yang sama sekali baru untuk menulis bahasa tradisional akan mempersulit masyarakat asli sulit menyesuaikan diri dengan sistem penulisan nasional di Indonesia. Para pelajar akan dibebani dengan pelajaran bahasa ekstra: Indonesia, Cia-cia dan penulisan dalam Hangeul, dan juga Inggris – sebagai standar kurikulum nasional. Penulisan dalam abjad Hangeul akan membuat bahasa Cia-Cia tidak bisa dipelajari suku lain, yang akhirnya mempersulit mereka untuk mempertahankan kebudayaan mereka di Indonesia.

Berdasarkan alasan di atas, saya tidak yakin penggunaan bahasa ini akan berhasil melestarikan sebuah bahasa suku asli di Indonesia. Saya rasa pemerintah Indonesia kecolongan dalam hal ini dan berharap semoga hal seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan.

Viewed 12596 times by 3597 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *