Kesatuan Dalam Persaudaraan

Jan 24, 2010 8:44 AM

by binsar

Khotbah

Kesatuan dalam Persaudaraan

Efesus 4:1-7

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Entah kenapa belakangan ini saya sering sekali mendengar kata persatuan dalam perbedaan, terutama di tengah-tengah orang Kristen. Ketika saya bertanya kepada orang-orang, kata apa yang pertama kali terpikir di benak mereka ketika saya mengucapkan “persatuan”, maka sering yang muncul adalah: tubuh, Kristus, iman, damai, jemaat, kerjasama, dan konflik.

Tidak jarang kita mendengar cerita mengenai konflik di dalam gereja. Sering juga kita melihat gereja-gereja baru yang hadir dari perpecahan gereja lain. Sejak didirikan pada tahun 1950, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia /PGI (dulunya Dewan Gereja-gereja di Indonesia) telah memiliki anggota sebanyak 82 gereja. Pada tahun 1964, jumlah anggota PGI hanya 36 gereja. Ini berarti lebih dari 100% pertumbuhan sejak 1964. Fakta ini bisa kita terjemahkan menjadi beberapa makna. Arti pertama adalah kekristenan telah bertumbuh pesat di indonesia, namun arti lainnya adalah seringnya terjadi perpecahan di dalam gereja karena banyak gereja yang muncul kemudian lahir dari konflik dengan gereja induknya.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Ketika menulis suratnya ini, Paulus mencoba memikirkan apa tugas utama bagi umat Tuhan. Ketika itu jemaat Efesus memiliki banyak orang yang baru saja menjadi Kristen. Karena itu gereja menerima anggota baru yang berasal dari latar belakang berbeda dan memiliki pemahaman yang berbeda pula. Tentu saja hal ini menimbulkan masalah ketika perbedaan itu melahirkan konflik. Paulus mencoba memberi nasihat dan mengatakan bahwa kita harus hidup dalam kasih Kristus; bahwa kita harus mewujudkan kasih Kristus dalam kehidupan kita. Hal ini hanya bisa dicapai sepenuhnya ketika umat Tuhan bersatu. Paulus berkata bahwa kesatuan adalah sebuah hal yang harus kita wujudkan sebagai umat Tuhan. Apa dasar persatuan kita? Inilah yang Paulus coba terangkan. Dasar persatuan kita semua adalah “satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua (Efesus 4:4-6).

Ayat 7 mengatakan bahwa karunia Roh diberikan kepada kita masing-masing berdasarkan ukuran pemberian Kristus. Ini artinya setiap orang memiliki karunia yang berbeda. Perbedaan dalam karunia ini karena kita semua memiliki talenta yang berbeda. Talenta yang diberikan kepada kita tentunya disesuaikan dengan kemampuan kita. Apabila tidak dihadapi dengan bijaksana, perbedaan bisa membawa perpecahan, namun kalau kita bisa mengatasinya, maka perbedaan akan membawa pertumbuhan.

Kesatuan tidak sama dengan keseragaman. Kesatuan sebagai umat Tuhan bukan berarti semua orang harus memiliki pikiran dan ide yang sama. Setiap individu dalam tubuh Kristus telah diberikan kapasitas tertentu dalam pelayanan. Kemampuan ini kita sebut dengan karunia Roh. Kita justru membutuhkan karunia yang berbeda-beda agar pelayanan kita menjadi lengkap.

Saudara-saudara, ketika perbedaan membawa perpecahan sudah seharusnya kita mengingat kepada Firman Tuhan ini, bahwa kita adalah satu tubuh. Ayat 15 dan 16 mengatakan, “dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, –yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota–menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” Saudara, kita semua adalah satu tubuh, kalau ada yang terluka maka kita semua yang terluka. Ketika kita bertengkar, kita tidak akan besar justru orang akan meninggalkan kita karena kita tidak menunjukkan kesatuan dalam Kristus.

Kristus adalah pemersatu kita. Kita adalah anggota tubuh Kristus, dia adalah kepala kita. Sebelum kita bisa berhubungan dengan anggota tubuh yang lain, kita harus lebih dulu tersambung dengan Kristus yang adalah kepala. Sama seperti koneksi internet, anda semua baru bisa berhubungan di dalam facebook kalau anda memiliki sambungan internet yang menjadi pemersatu saudara. Kalau anda tidak memiliki sambungan internet, maka akun facebook atau email anda tidak ada gunanya. Sebagus apapun profile yang anda siapkan, atau email yang anda tulis, sebanyak apapun foto yang anda sudah hias, itu tidak akan ada gunanya kalau anda tidak tersambung ke internet. Saudara, sebaik apapun talenta anda, kalau anda tidak tersambung dengan kepala yang adalah Kristus, maka itu tidak akan banyak gunanya. Ketika anda tersambung dengan Kristus, maka anda baru bisa melihat yang lain, kita semua menjadi satu karena kita dihubungkan dengan Kristus. Kalau kita sudah tersambung dengan kepala, maka kita juga bisa berhubungan dengan anggota tubuh yang lain.

Tetapi saudara, ketika kita sudah melihat anggota yang lain, kita juga masih merasa tidak puas, bahkan mungkin tidak menyukai perbedaan yang ada. Di dalam gereja ada saja yang tidak suka dengan kerja majelis, atau majelis yang suka terlalu mengontrol, atau jemaat yang pasif, atau pendeta yang terlalu otoriter, semua ini ada dalam dinamika hidup bergereja.

Perpecahan di dalam umat bukan hanya timbul karena tidak ada orang pintar yang bisa mengatur gereja, perpecahan juga bisa datang karena kebanyakan orang pintar. Gereja dari mana saya berasal, HKBP, juga dulu mengalami konflik dari tahun 1992-1998. Perpecahan ini disebabkan bukan karena kurangnya talenta atau orang yang pintar, tetapi justru karena banyak orang merasa bahwa cara dialah yang paling benar untuk menjalankan gereja. Saudara, ini artinya bahkan memiliki talenta pun bisa membawa perbedaan. Bagaimana kita bisa mengelola segala perbedaan ini?

Bagaimana caranya? Dengan berpegang teguh kepada kebenaran di dalam kasih. Kebenaran memang harus diwujudkan tetapi harus selalu di dalam rendah hati, lemah lembut, dan sabar (ay.2). Ayat 15 mengatakan dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Kata kunci di dalam mengelola perbedaan adalah kebenaran di dalam kasih yang rendah hati, lemah lembut dan kesabaran. Kita harus benar menjalankan peraturan, tetapi juga menjalankannya dengan kasih. Yang sering menjadi tantangan adalah bagaimana kita bisa menyampaikan kebenaran dalam kasih.

Ada cerita mengenai seorang raja yang sedang pusing karena ada sebuah gerakan pemberontakan di kerajaannya. Ada sekelompok orang yang sepertinya tidak menyukai kepemimpinan raja ini. Suatu ketika ada beberapa dokumen penting yang hilang dari ruangan kerjanya. Raja menjadi marah dan mengumumkan kepada seluruh anak buahnya bahwa siapa yang ketahuan mengambil dokumen tersebut akan dicambuk seratus kali di depan semua orang. Setelah beberapa hari sang raja menjadi sedih ketika tahu yang mengambil dokumen tersebut adalah ibu mertuanya beserta adik iparnya perempuan. Mereka rupanya ikut dalam gerakan yang ingin menjatuhkan raja. Yang membuatnya lebih sedih adalah ibu mertua dan adik iparnya memohon dengan sangat untuk tidak dihukum dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Sang permaisuri juga kemudian ikut memohon kepada raja untuk tidak menghukum ibunya karena dia berjanji akan meminta mereka untuk tidak memberontak lagi.

Sang raja bingung karena dia bisa melihat penyesalan ibu mertuanya. Namun di satu sisi, media sudah mengangkat berita ini dan mereka ingin melihat apa tindakan raja selanjutnya. Ini menjadi dilema buat sang raja. Kalau dia tidak menghukum, maka dia akan dianggap tidak tegas dan ini bisa memperkuat arus pemberontakan terhadap dirinya. Kalau dia menghukumnya, maka bisa jadi dia akan kehilangan cinta dan dukungan isterinya sendiri, ditambah usia ibu mertuanya yang sudah tua tidak memungkinkan dia untuk sanggup menerima 100 cambukan. Apa yang harus dilakukan sang raja?

Saudara-saudara terkasih,

Pekerjaan  menjaga persatuan memang sangat sulit, terutama dalam memilih kebenaran dan kasih. Kita harus bisa menimbang kebenaran dan kasih. Apakah kita bisa menegur anggota jemaat yang salah? Bagaimana kita bisa memberitahu majelis yang sewenang-wenang? Bagaimana kita bisa memperingatkan pendeta? Itu semua harus kita lakukan dengan berpegang kepada kebenaran di dalam kasih.

Makna khotbah ini, mengingatkan kita bahwa perbedaan harus kita satukan di dalam Kristus. Sebelum kamu berhubungan dengan anggota yang lain, hubungkanlah dirimu dengan Kristus, dan jalinlah kesatuan dalam persaudaraan dengan anggota tubuh Kristus yang lain. Perbedaan di dalam Kristus akan membuat kita semakin bertumbuh dalam Kristus. Kita harus mengatasi perbedaan dengan berpegang teguh kepada kebenaran di dalam kasih.

Bagaimana akhirnya cerita sang raja yang ingin menjalankan hukumannya? Sang raja memutuskan untuk memanggil semua anggota istana untuk menjalankan keputusannya. Ibu mertuanya dan adik iparnya dibawa keluar oleh seorang penjaga. Mereka gemetar karena takut menghadapi hukuman. Media siap merekam peristiwa ini. Lalu sang raja maju ke depan dan berkata, “Agar kalian bisa melihat, bahwa kebenaran dan keadilan harus ditegakkan tanpa memandang siapapun orangnya dalam kerajaan ini. Yang bersalah tetap bersalah dan mereka harus dihukum. Wahai algojo, cambuklah mereka seratus kali di hadapan orang banyak ini!“ Semua orang terdiam mendengar perintah raja tersebut.

Ketika sang algojo hendak memulai hukuman cambuk, sang raja berdiri dari tempat duduknya dan mencegahnya, lalu raja berkata “Mereka tetap dihukum, tetapi biarlah aku yang menanggung hukuman mereka.“ Raja membuka bajunya dan menerima cambukan seratus kali untuk mengganti hukuman ibu mertua dan adik iparnya. Setelah hukuman usai dilaksanakan, sang raja dibawa kembali ke dokter istana karena punggungnya mengeluarkan darah dengan hebat. Semua orang yang melihat hal ini terharu dan menangis, juga musuh-musuhnya. Sang raja berhasil memenangkan kebenarannya dengan kasih.

Kadang-kadang kebenaran dalam kasih memang menyakitkan, tidak jarang menuntut pengorbanan diri sendiri. Itu memang harga yang mungkin harus dibayar kalau kita ingin menguatkan persatuan kita di dalam Kristus. Kiranya kita mampu menjaga persatuan kita di dalam kebenaran dan kasih Kristus. Amin.

Die eenheid  in de broederschap

Geliefde broeders en zuster in Christus,

Ik weet niet waarom ik de laatste tijd zo vaak de uitdrukking “eenheid in verscheidenheid” hoor, in het bijzonder in  Christelijke kring.  Als ik de mensen vraagt,  welk woord het eerst bij hun op komt als ik het woord  “eenheid” zegt, zijn de volgende woorden die het vaakst worden genoemd: lichaam, Christus, geloof, vrede, gemeente, samenwerking en conflict.

Niet zelden horen wij verhalen over conflicten in de kerk. Vaak zien wij ook nieuwe kerken opkomen uit andere kerkelijke scheuringen. Sinds de oprichting in 1950 van de PGI (vroeger Persekutuan Gereja gereja di Indonesia (Verenigde Kerken in Indonesie)  , nu Dewan Gereja gereja di Indonesia – (Raad van kerken in Indonesie), zijn reeds 82 kerken aangesloten. In 1964 waren alleen 38 kerken aangesloten bij de PGI. Dit betekent een groei van meer dan 100%  sinds 1064. Dit feit kunnen wij vertalen tot enige begrippen. Het eerste is  dat de christelijke kerk zeer snel is gegroeid, maar een ander begrip geeft aan dat er vaak afscheidingen in de kerken ontstaan omdat veel van de opkomende kerken voort gekomen zijn uit conflicten met de moederkerk.

Geliefde broeders en zuster in Christus,

toen Paulus deze brief schreef, probeerde Paulus uit te denken wat de belangrijkste taak is voor de Christenen. In die tijd waren in de gemeente van Efeze veel nieuwe mensen die pas Christen zijn geworden. Daarom ontvangt de kerk nieuwe leden die afkomstig zijn uit verschillende achtergronden en hebben ook verschillende overtuigingen. Uiteraard ontstaan problemen toen deze verschillen conflicten veroorzaakten. Paulus probeerde raad te geven en zei dat wij moeten leven in de liefde van Christus, dat wij de liefde van Christus moeten verwezenlijken in ons leven. Dit kan alleen bereikt worden als het volk van God één is.

Paulus zei, dat de eenheid is een geval die wij moeten verwezenlijken als Gods volk. Wat is de basis van onze eenheid? Deze is het dat Paulus probeert duidelijk te  maken.  De basis van onze eenheid is “één lichaam, en één Geest, zoals jullie reeds geroepen zijn  voor een hoop die ingebed ligt in jullie roeping één Heer, één Geest, één doop, één God en Vader van iedereen (Efeziërs 4:4-6)

De 7de vers zegt dat de genade van de Geest aan ieder van ons is gegeven naar de maat waarmee Christus geeft. Dit betekent dat ieder persoon een verschillende genade bezit. Het verschil in genade wordt veroorzaakt doordat wij allen verschillende talenten bezitten. De talenten die aan ons gegeven zijn, zijn natuurlijk overeenkomstig onze kapaciteiten. Als deze niet met takt gebruikt worden, kunnen deze verschillen scheuringen veroorzaken, maar als wij deze kunnen overkomen, zullen deze groei brengen.

Broeders en zusters, eenheid is niet hetzelfde als uniformiteit. Eenheid als een Christen betekent niet dat iedereen dezelfde gedachten en ideeen moeten hebben. Ieder individu in het lichaam van Christus is een bepaalde kapaciteit gegeven in de bediening. Dit vermogen noemen wij Gods genade. Wij hebben juist verschillende genades nodig om onze bediening compleet te maken.

Broeders en zusters, als de verschillen scheuringen veroorzaken, moeten wij uiteraard aan deze Bijbelvers denken, dat wij één lichaam vormen. De verzen 15 en 16 zeggen: “ door ons aan de waarheid te houden groeit onze liefde in alle gevallen naar Hem, Christus, die onze leider is. Van Hem toch ontvangt het hele lichaam – netjes ingedeeld en vastverbonden tot één geheel door de bediening van alle delen, overeenkomstig de normwerking van elk deel – zijn groei en vestigt zichzelf in de liefde. “Broeders en zusters, wij zijn allemaal één lichaam, als er iemand gewond is, zijn wij allemaal gewond. Indien wij meningsverschillen hebben, zullen wij niet groeien, maar integendeel, de mensen zullen ons verlaten omdat wij niet de eenheid in Christus laten zien.

Christus is degene die ons bij elkaar houdt. Wij zijn leden van het lichaam van Christus, Hij is ons hoofd. Voordat wij verbinding kunnen krijgen met andere leden, moeten wij ons eerst met Christus, die het hoofd is, in verbinding stellen. Net als een internetverbinding, kunt u pas in facebook met elkaar in verbinding komen als u een internetverbinding bezit die u met elkaar verenigd. Als u geen internetverbinding hebt, zal ook een account in het facebook of uw e-mail geen zin hebben. Hoe mooi het profiel dat u gemaakt hebt, ook zal zijn, of het e-mail dat u schrijft, met hoeveel foto’s u deze ook versiert, het heeft geen zin als niet verbonden bent met het internet. Broeders en zusters, hoe goed uw talent ook is, als u niet verbonden bent met het hoofd, Christus, zal alles ook geen zin hebben.

Als u verbonden bent met Christus, kunt u pas de anderen zien. Wij allen zijn één geworden omdat wij verbonden zijn door Christus. Als wij al verbonden zijn met het hoofd, kunnen wij ons ook met andere leden van het lichaam in verbinding stellen.

Maar broeders en zusters, al hebben wij een ander lid zien, voelen wij ons toch nog niet voldaan, ja, het is zelfs mogelijk dat wij de bestaande verschillen niet kunnen waarderen. In de kerk zijn er altijd wel mensen die het werk van de kerkenraad afkeuren, of een kerkenraad die te veel controleert, of een gemeente die te passief is, of een predikant die te autoritair is, al deze dingen horen tot de dynamica van het kerkleven.

De scheuring in de gemeente wordt niet alleen veroorzaakt omdat er geen bekwaam persoon is die de kerk kan regelen, de scheuring kan ook ontstaan omdat er te veel knappe mensen zijn. De kerk waar ik kom, HKBP, heeft vroeger van een conflict doorlopen in 1992-1998. De scheuring wordt niet veroorzaakt doordat er te weinig talent is of te weinig knappe mensen, maar juist omdat veel mensen vinden dat hun manier de beste is om de kerk te leiden. Broeders en zusters, dit betekent dat zelfs in het bezit zijn van talent conflicten kan veroorzaken. Hoe kunnen wij al deze conflicten oplossen?

Hoe moet dit gebeuren? Door zich standvastig te houden aan de waarheid in de liefde. De waarheid moet uiteraard verwezenlijkt worden, maar altijd in nederigheid, tederheid, en geduld (vers 2). Vers 15zegt door standvastig zich te houden aan de waarheid in de liefde zullen wij in alle opzichten groeien naar Zijn richting, Christus, die het hoofd is.

Het sleutelwoord in het oplossen van de verschillen is de waarheid in de liefde die nederig is, teder en geduldig.Wij moeten de regels juist uitvoeren, maar met liefde. Wat vaak een uitdaging vormt is hoe wij de waarheid in de liefde kunnen bereiken.

Er is een verhaal over een koning die kopzorgen had omdat er een opstand was uitgebroken in zijn koninkrijk. Er was een groep mensen die zijn leiderschap niet mogen. Op zeker moment waren een paar belangrijke documenten uit zijn werkkamer verdwenen. De koning werd boos en liet bekend maken aan al zijn onderdanen dat diegene die de documenten heeft weggenomen gestraft zal worden met honderd zweepslagen in het openbaar. Na een paar dagen werd de koning erg verdrietig toen bekend werd dat zijn schoonmoeder en zijn jongere schoonzuster de documenten hadden weggehaald. Het scheen dat zij in het complot zaten om de koning te verjagen. Wat hem nog verdrietiger maakte was dat zijn schoonmoeder en zijn schoonzuster hem met klem verzochten hen niet te straffen en zij beloofden om het niet meer te doen. Ook de koningin vroeg hem om haar moeder niet te straffen omdat ze beloofd had om haar te vragen geen revolutie meer te ontketenen.

De koning is radeloos omdat hij de spijt van zijn schoonmoeder zag. Maar aan de andere kant, de media had het bericht al verspreid  en zij wilden graag zien wat de volgende stappen van de koning zullen zijn. Dit wordt een grote dilemma voor de koning. Als hij hen niet veroordeelt, zal hij bekend staan als een besluiteloze koning en dit kan de opstand tegen hem versterken. Als hij hen veroordeelt, zal hij de liefde en steun van zijn eigen vrouw kwijtraken, en komt nog bij dat zijn schoonmoeder al op leeftijd was en 100 zweepslagen niet zou overleven. Wat moet de koning doen?

Geliefde broeders en zusters,

het werk om de eenheid te bewaren is zeker erg moeilijk, in het bijzonder in de keuze van de waarheid en de liefde. Wij moeten kunnen wegen de waarheid en de liefde. Kunnen wij een gemeentelid dat fout is, aanspreken?

Hoe kunnen wij een kerkenraadslid die eigenmachtig optreedt, aanspreken? Hoe kunnen wij een predikant aanspreken? Dit moeten wij doen door ons te houden aan de waarheid in de liefde.

De betekenis van dit preek herinnert ons er aan dat wij verschillen tot een eenheid moeten brengen in Christus. Voordat wij ons in verbinding stellen met een ander lid, moeten wij ons eerst met Christus verenigen, en de eenheid van de broederschap met de andere leden van het lichaam van Christus verstevigen. Verschillen in Christus zal ons doen groeien in Christus. Wij moeten uitstijgen boven onze verschillen door standvastig te houden aan de waarheid in de liefde.

En hoe is uiteindelijk afgelopen met de koning die de straf wil laten doorgaan? De koning riep de hele hofhouding bij elkaar om zijn beslissing uit te voeren. Zijn schoonmoeder en schoonzuster werden door een wachter naar buiten gebracht. Ze trilden omdat ze bang waren voor hun straf. De media is gereed om deze gebeurtenis op te nemen. Toen trad de koning naar voren en zei: “ Zodat jullie kunnen zien dat de waarheid en het recht gehandhaafd moet worden zonder aanziens des persoons in deze koninkrijk. Die fout is is fout en moet veroordeeld worden. Kom, beul, geef hen 100 zweepslagen in het openbaar!” De mensen werden stil bij het horen van het bevel van de koning.

Toen de beul wou beginnen met de zweepslagen, stond de koning op van zijn kroon en hield hem tegen, waarna de koning zei: “Hun straf blijft, maar laat mij hun straf op mij nemen.” De koning opende zijn jas en ontving 100 zweepslagen om de straf van zijn schoonmoeder en schoonzuster op zich te nemen. Na afloop van het vonnis werd de koning naar de paleisarts gebracht omdat zijn rug helemaal opengereten was. Alle mensen die dit zagen waren diep onder de indruk en huilden, ook zijn vijanden. De koning was het gelukt de waarheid te laten overwinnen door liefde.

Soms is de waarheid in de liefde werkelijk pijnlijk, niet zelden vraagt het ook opoffering van ons zelf. Dat is de prijs die betaald moet worden als wij onze eenheid in Christus willen versterken. Mogen wij in staat zijn onze eenheid te bewaken in de waarheid en liefde van Christus, die is geboren en onze zonden voor de hele mensheid droeg.

Amen.

Viewed 40294 times by 18002 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *