Saling Memperhatikan dalam Kasih Kristus

Filipi 2:1-13

Kebaktian Padang GKIN Amstelveen

Saling Memperhatikan dalam Kasih Kristus

Aktivitas awal: kelompok diminta untuk membentuk sebuah barisan dimulai dari yang tanggal lahirnya paling awal (tanpa tahun) sampai yang tanggal lahirnya paling akhir tanpa berbicara satu dengan yang lain.

Tujuan permainan itu tadinya adalah bagaimana sebuah tim bisa mencapai tujuannya dengan memperhatikan anggota kelompok yang lain. Tanpa memperhatikan dan berkomunikasi dengan yang lain, tujuan dari kelompok tersebut tidak akan tercapai.

Melalui permainan tadi ada beberapa hal dan pola komunikasi yang terlihat:

–          Mungkin akan ada yang berperan sebagai orang yang memberi perintah dan selalu menyuruh yang lain. Hal ini tidak menjadi masalah kalau hanya satu orang yang berperan seperti itu. Namun, ketika yang mengambil peran ini ada lebih dari satu orang, maka hal ini bisa menimbulkan kekacauan.

–          Mungkin akan ada yang mencari posisi amannya sendiri dan merasa bahwa orang lain harus memperhatikan dia.

–          Mungkin akan ada yang aktif bergerak tanpa mengetahui tujuan sebenarnya dari permainan ini.

–          Ada yang berusaha mengikuti aturan dan berhasil menemukan tempatnya.

–          Biasanya ada juga beberapa orang yang sepertinya keluar dari barisan karena tidak bisa berkomunikasi dengan yang lain.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Permainan ini bisa juga merefleksikan bagaimana kita sebagai sebuah jemaat, sebagai sebuah kelompok, bekerja sama untuk mencapai tujuan. Ini juga bisa mencerminkan bagaimana pola komunikasi seharusnya dibangun dalam sebuah kelompok.

Umumnya dalam sebuah persekutuan kita akan mendapatkan orang-orang yang berada dalam kasih persaudaraan. Tetapi dalam Jemaat kita juga bisa menemukan orang yang suka memberi perintah. Kita juga akan menemukan orang yang suka mencari posisi amannya sendiri. Ada juga orang yang suka menonjolkan diri dan tampil di depan dan berkata, “ini semua karena aku.” Ada yang tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya karena yang penting dirinya sendiri selamat.

Saudara-saudara, melalui permainan ini kita bisa melihat dinamika kerjasama dalam tim dan juga cara sebuah kelompok mencapai tujuannya. Cara yang tepat adalah dengan memperhatikan anggota kelompok yang lain, bertanya kepada mereka, lalu dengan mengetahui posisi yang lain, kita jadi tahu posisi kita sendiri. Intinya, permainan ini mengajar kita untuk memperhatikan orang lain untuk dapat menempatkan diri sendiri di posisi yang tepat.

Salah satu hal yang dinasihatkan Paulus kepada Jemaat di Filipi adalah untuk menjaga persatuan dan keutuhan jemaat dengan merendahkan diri (ay 1-4). Paulus berbicara mengenai kebutuhan jemaat di Filipi, yaitu kesatuan yang lebih besar dan persekutuan yang lebih kuat (ay 2). Caranya adalah dengan menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendiri (ay 3); dan membiasakan diri untuk berpikir dan berbicara mengenai kepentingan orang lain, bukan hanya kepentingan sendiri (ay 4).

Sekarang ini banyak perpecahan yang terjadi karena ada kesombongan-kesombongan dan penonjolan diri dalam suatu kelompok, bahkan juga dalam gereja. Meskipun tujuannya sama, benturan dan perpecahan bisa terjadi karena cara yang berbeda. Paulus mengatakan bahwa cara terbaik untuk mencapai tujuan adalah dengan merendahkan diri, dan menganggap orang lebih utama dari diri sendiri. Melalui permainan ini kita juga melihat bahwa tujuan hanya bisa dicapai kalau kita berpikir tentang posisi orang lain. Kalau kita hanya berpikir tentang diri sendiri, maka benturan dan perpecahan aka n terjadi,

Kepentingan pribadi yang lebih menonjol akan menimbulkan ketidaksukaan dari yang lain dan akhirnya menimbulkan perpecahan. Ada orang yang menjadi tidak sejahtera melihat temannya maju karena menurutnya seharusnya dialah yang harus menonjol. Hal ini disebabkan ego yang tinggi akan pemuasan kepentingan sendiri. Karena itu, melayani orang lain dan menganggap orang lain lebih penting dari diri sendiri adalah hal yang perlu dilakukan oleh orang-orang percaya untuk menjaga persatuan dan keutuhan jemaat (lihat Roma 15:2; 1 Kor. 10:24; Gal. 6:2).

Kalau kita saling melayani di dalam Jemaat, maka kasih Kristus akan benar-benar terwujud dalam sebuah persekutuan. Cara praktis untuk mewujudkan kasih ini bisa bermacam-macam. Misalnya, dalam kebaktian padang seperti hari ini, selalu saja akan ada orang yang sibuk sendiri mempersiapkan makanan, kebaktian, musik, dan lain-lain. Lalu ada juga yang suka memberi perintah, dan ada yang hanya duduk tenang. Semua peran memang dibutuhkan, namun akan jadi lebih indah kalau kita saling memperhatikan dan menempatkan kepentingan yang lain di atas kepentingan diri sendiri. Kalau ada yang kita lihat belum dapat makan karena sibuk bekerja, maka sudah seharusnya kita bantu juga melayani mereka untuk makan. Kalau ada yang makan duluan, maka sudah seharusnya dia memperhatikan orang-orang yang belakangan makan. Apabila hal ini bisa kita laksanakan dalam sebuah persekutuan, maka kita akan betul-betul mewujudkan kasih Kristus.

Kristus adalah teladan yang merendahkan diriNya bagi keselamatan umat Allah (ay 5-11). Contoh yang Paulus berikan tentang kerendahan hati dan memikirkan kepentingan orang lain adalah Yesus sendiri. Kristus telah merendahkan diriNya seperti manusia, dan mengorbankan diri bagi kepentingan seluruh manusia. Bayangkan Kristus yang pada dasarnya sama dengan Allah, tetapi Ia tidak merasa bahwa keadaan-Nya yang ilahi itu harus dipertahankan-Nya (ay 6). Sebaliknya, Ia melepaskan semuanya lalu menjadi sama seperti seorang hamba. Ia menjadi seperti manusia, dan nampak hidup seperti manusia. (ay 7) Ia merendahkan diri, dan hidup dengan taat kepada Allah sampai mati — yaitu mati disalib (ay 8). Di sinilah pelajaran yang bisa kita ambil dari sikap Kristus: Ia mengosongkan diriNya dan mengambil rupa seorang hamba. Dia mengabaikan kepentinganNya sendiri demi kepentingan yang lain.

Meskipun Kristus merendahkan diriNya, pada akhirnya Ia juga dimuliakan (ay 9-11); dan itulah kehormatan yang sesungguhnya. Kemuliaan yang sesungguhnya hanya akan datang dari pengosongan dan perendahan diri. Inilah yang pelu kita sadari sebagai orang Kristen bahwa kemuliaan sesungguhnya tidak datang dari diri sendiri melainkan dari Allah (lihat Mat. 23:12; Yak. 4:10; 1 Pet. 5:5-6). Tidak ada uang atau kekuasaan yang dapat memuliakan seseorang, justru kerendahan hati, keinginan untuk melayani sesama, pengosongan diri; itulah kriteria yang diinginkan Allah dari kita, sehingga pada akhirnya kita juga akan dimuliakan.

Saudara-saudara, kerja sama dalam gereja, saling mendengarkan, berkomunikasi dengan baik, untuk mencapai tujuan. Dengan mencontoh Yesus, baiklah kita saling belajar mendengar, memperhatikan yang lain, agar kita bisa sampai pada tujuan.

Ada sebuah serial survivor yang mewajibkan semua pesertanya untuk bertahan setelah ditinggalkan di sebuah tempat terpencil. Pada akhirnya hanya akan ada satu pemenang dan semua orang akan melakukan segala cara untuk memenangkan hadiah. Semua peserta akan saling curang, membohongi, menghianati, untuk survival dirinya sendiri.  Pada akhirnya pemenangnya tidak akan punya teman lagi, namun dia berhasil selamat. Ini adalah kemenangan yang tidak membawa kebahagiaan.

Tentu di dalam sebuah persekutuan tujuan kita adalah kelangsungan kita sebagai sebuah komunitas dan bukan hanya keberhasilan seorang individu. Baiklah kita saling merendahkan diri, dan memperhatikan dalam kasih, agar kuasa dan terang Kristus boleh terus nyata dalam kehidupan kita. Amin.

Viewed 44773 times by 20186 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *