15 Menit Sehari

Jul 20, 2009 7:06 AM

by binsar

Khotbah Minggu ke 5 Sesudah Pentakosta

5 Juli 2009, Perki Den Haag

2 Petrus 1:16-21

“15 Menit Sehari”

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Sudah hampir 6 bulan belakangan saya sedang menjalani sebuah proyek membaca Alkitab dalam satu tahun. Saya penah melakukan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru pada waktu kuliah dulu, tetapi tidak pernah karena kerinduan untuk membacanya. Saya bersyukur atas teknologi yang ada saat ini, saya tidak lagi membaca Alkitab saya melainkan mendengarkannya di Ipod saya. Ada Podcast khusus yang disediakan oleh http://dailyaudiobible.com yang memberikan langganan membaca Alkitab dalam satu tahun. Selalu ada hal yang baru yang saya temukan dalam pembacaan Alkitab, meskipun ayat itu sudah pernah saya khotbahkan sebelumnya. Salah satu yang saya ingat dengan baik adalah ketika saya sedang mendengarkan bagian tentang bagian tentang iman, Abraham dipanggil keluar dari tanah kelahirannya menuju sebuah tanah baru. Dia tidak tahu harus ke mana, dan apa yang harus dia lakukan. Saya ingat karena pada waktu bagian ini mulai dibaca, saya juga sedang berada dalam kebingungan. Kesaksian Abraham dan pembacaan Alkitab membuat saya yakin akan rencana Tuhan. Saya mengalami sendiri kesaksian Abraham yang mempercayai Tuhan tanpa tahu harus melakukan apa. Ini artinya Alkitab selalu memiliki pesan yang baru untuk semua orang yang membacanya, meskipun bagian itu sendiri tidak baru untuk kita.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, yang terjadi pada waktu Rasul Petrus menulis suratnya ini, banyak jemaat yang sudah menanti kedatangan Kristus yang kedua kali. Banyak yang mengira bahwa mereka akan mengalaminya pada masa kehidupan mereka sendiri. Namun anggota Jemaat yang menjadi alamat surat Petrus ini mulia menanyakan kepastian kedatangan Tuhan karena ada beberapa anggota Jemaat yang sudah meninggal sebelum Kristus datang. Jemaat Petrus ini adalah jemaat kecil yang kebanyakan berisi orang Yahudi yang baru saja menjadi Kristen. Di antara mereka juga banyak muncul nabi dan guru palsu. Akibat ajaran ini, banyak orang di sekitar mereka yang sudah meragukan apakah Kristus akan kembali. Mereka meragukan kebenaran Injil yang diberitakan oleh Petrus dan rasul yang lain.

Untuk menjawab masalah ini, Petrus bercerita kembali mengenai Injil yang dia kabarkan. Ayat 17 ingin mengingatkan kembali sebuah peristiwa penting di dalam perjalanan Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes saudara Yakobus di Matius 17:1. Mereka sedang naik ke sebuah gunung tinggi dan Yesus kemudian berbicara kepada Musa dan Elia. Petrus meminta Yesus untuk mengajak kedua nabi ini untuk bermalam, tetapi kemudian sebuah awan turun dan berkata “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan (Mat 17:5).” Hal ini dikatakan Petrus untuk mengingatkan kembali bahwa Injil yang mereka kabarkan bukanlah berita bohong, melainkan sebuah peristiwa nyata yang mereka saksikan sendiri. Dengan kata lain Petrus ingin mengatakan bahwa cerita yang mereka bagikan bukanlah dongeng, gossip, atau issue, melainkan pengalaman nyata.

Petrus melanjutkan perkataannya dengan menghubungkan Injil yang dia kabarkan dengan tradisi yang disampaikan para nabi di Perjanjian Lama. Namun saudara-saudara, Petrus mengatakan sebuah hal yang menarik mengenai Injil. Petrus mengatakan bahwa Kitab Suci adalah dihasilkan oleh dorongan roh Kudus dan orang-orang yang berbicara atas nama Allah (ayat 21). Tetapi Paulus juga memperingatkan bahwa kita tidak boleh menafsirkan Injil menurut kehendak sendiri (ayat 20). Karena Injil yang diungkapkan kepada kita sekarang ini seperti sebuah sinar lampu yang bercahaya di tempat yang gelap sampai matahari pagi muncul (ayat 19).

Apa maksud Petrus berkata seperti ini? Petrus ingin mengatakan bahwa Injil itu memang berisi Firman dan kebenaran Allah, tetapi belum kebenaran yang sepenuhnya. Firman Allah sama seperti lampu penunjuk sebelum matahari yang sesungguhnya bersinar. Lampu penunjuk ini bercahaya, terang, kita bisa melihatnya, tetapi dia bukanlah sinar yang sesungguhnya. Sinar yang sesungguhnya hanya ada dari Allah, dan kita tidak boleh menafsirkan sinar ini berdasarkan keinginan diri sendiri.

Mungkin akan lebih mudah bagi kita semua kalau Tuhan Yesus sendiri menulis sebuah buku ajaran, tetapi dia tidak sempat melakukannya. Yang ada buat kita adalah kesaksian para murid tentang dia yang penulisannya diilhami oleh Roh Kudus. Ini adalah maksud Petrus. Alkitab yang ada ini membantu kita untuk mengenal Allah, tetapi kita tidak akan pernah bisa mengenal Allah sepenuhnya kalau kita tidak punya hubungan yang lebih dalam lagi dengan Dia.

Kalau kita sudah mengenal Allah, maka kita akan melaksanakan tugas dan panggilan kita untuk bersaksi, memberi tahu kalau ada kabar baik. Kita bisa lihat bahwa di dunia ini salah satu hal yang paling efektif dalam memberi kesaksian tentang Kristus adalah dengan memberi contoh.Tetapi bagaimana kita bisa memberi contoh kalau kita sendiri tidak mengetahuinya dan tidak melakukannya.

Untuk mengetahuinya tentu kita harus membaca dulu apa yang menjadi Firman Allah. Kita harus mulai dengan sebuah kerinduan untuk mengetahui Firman Allah. Syukurlah dengan kemajuan teknologi masa kini kita memiliki banyak kesempatan untuk membaca Alkitab dalam berbagai media seperti internet, pda, handphone, ipod, dll. Tetapi kemajuan teknologi juga kadang membuat kita menjadi malas. Orang yang hidup di masa dulu lebih giat membaca karena tidak ada hiburan, tidak ada godaan lain, dan mereka sangat tekun membaca Alkitab. Saya kagum dengan cerita di mana dulu para misionaris di cina dihalang-halangi dan Alkitab dilarang untuk dibaca. Yang mereka lakukan adalah membagi ayat-ayat tertentu untuk dihafal oleh anggota jemaatnya. Jadi semua orang harus menghapal beberapa bagian dan mengucapkannya kalau bagian itu menjadi bacaan hari itu. Saya sendiri kagum dengan kemampuan menghapal yang luar biasa dari para  orangtua di kampung saya di Samosir, karena mereka bukan hanya hafal banyak ayat Alkitab, mereka juga bisa menghafal banyak lagu dalam Buku Ende (Buku Nyanyian) beserta ayat2nya.

Saudara, yang mau kita lihat sekarang adalah untuk menjadi saksi kita harus lebih dulu mengenal Firman Allah. Kalau begitu, sediakanlah waktu untuk membaca Firman Allah. Dengan minimum 15 menit sehari, kita bisa membaca Firman Allah dan berdoa setiap memulai atau mengakhiri hari kita. Kita harus bisa menyediakan 15 menit dari setiap 1440 menit yang kita miliki setiap hari. 15 menit sehari sama dengan total lamanya iklan dalam sebuah episode sinetron.15 menit sehari adalah lebih singkat dari waktu rata-rata penggunaan facebook oleh mahasiswa di belanda yang mencapai 2 jam sehari. Cukup 15 menit dan anda akan merasakan perubahan dalam hidup anda.

Dalam membacanya, kita juga harus mau diubah dan berubah. Kalau kita sudah membacanya, dan merasakannya dalam kehidupan kita sehari-hari, tentu kita akan bisa melakukannya dan menjadi saksi dalam kehidupan kita. Sama seperti Petrus yang berkata bahwa dia sendiri menyaksikannya, dan Firman Allah yang kita saksikan bukan kata Pak Pendeta, atau kata orang, tetapi karena pengalaman hidup kita sendiri yang telah diubah oleh kuasa Firman Allah.

Kita juga harus berhati-hati terhadap orang yang mengaku menjadi penerjemah Firman Allah tetapi sebenarnya mencari keuntungan untuk diri sendiri. Kalau kita sudah membaca Alkitab, kita akan tahu apa isi Firman Allah dan bisa mengingatkan orang yang menyalahgunakan Alkitab.

Yang menjadi inti firman Tuhan hari ini hanya satu, Firman Allah di dalam Alkitab adalah benar. Untuk bisa mengenalnya, maka mulailah membaca Alkitab anda. Cukup 15 menit sehari, anda bisa mendapatkan bekal sepanjang hari. Bacalah Alkitab dan mulailah menemukan Allah di dalamnya!

Viewed 16830 times by 6893 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *