Iman Tanpa Perbuatan Adalah Mati

Jul 20, 2009 6:05 AM

by binsar

Khotbah Minggu XI sesudah Pentakosta

GKIN Amstelveen

Yakobus 2:14-26

“Iman tanpa Perbuatan adalah Mati”

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Sebelum saya memulai khotbah ini saya akan mengajak kita semua untuk bermain tebak-tebakan sebentar. Di tangan saya sekarang ada sebuah gelas berisi gula, suikerklontjes. Coba tebak berapa jumlah gula yang ada dalam gelas ini. Mereka yang menjawab dengan benar akan mendapatkan seluruh isi gelas ini. Lalu pertanyaan berikutnya adalah, apa lagu favorit saudara? Lagu siapa yang paling baik?

Sekarang kita pikirkan apa yang baru kita lakukan. Pertanyaan saya untuk saudara-saudara adalah, kalau engkau sedang memilih apa yang engkau imani, apakah itu seperti menebak jumlah gula dalam gelas atau seperti sedang memilih lagu favorit?

Pertanyaan yang saya ajukan berasal dari seorang Pastor Katolik bernama Stephey Bilynskyj. Dia selalu memulai kelas konfirmasinya (katekisasi) dengan pertanyaan ini, hanya saja dia menggunakan sebuah toples berisi kacang bukan gelas berisi gula.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Hari ini kita akan berbicara mengenai hubungan iman dan perbuatan. Saya baru kembali dari sebuah konferensi teologi 500 tahun Calvin di Aix en Provence, di mana puluhan teolog mencoba membahas apa relevansi ajaran Calvin bagi masa kini, dan sebagian adalah membahas tentang iman. Meskipun konferensi sudah berakhir, masih tetap banyak perdebatan mengenai apa itu iman. Hari ini kita akan melihat bagaimana Yakobus bisa menggambarkan iman dengan sangat baik di dalam suratnya ini.

Yakobus, salah seorang dari keduabelas murid Yesus menulis surat ini kepada publik, dan bukan terhadap Jemaat tertentu. Ini artinya Yakobus berusaha menjelaskan hubungan iman dan perbuatan kepada semua orang percaya waktu itu. Kenapa surat ini menjadi penting?

Kita mungkin masih ingat bahwa kekristenan adalah agama yang mengajarkan keselamatan adalah karena karunia Allah dan iman, dan bukan karena perbuatan. Rasul Paulus mengatakan bahwa “bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat (Roma 3:28).” Intinya Paulus menekankan bahwa perbuatan bukanlah kriteria keselamatan kita. Manusia diselamatkan karena iman dan bukan perbuatan. Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Bagaimana kita bisa mempertemukan kedua hal yang sepertinya berbeda ini?

Keduanya adalah benar. Paulus menekankan bahwa kita diselamatkan oleh Allah hanya karena iman kita dan bukan perbuatan atau kepatuhan kita menjalankan sejumlah peraturan. Ini artinya perubahan di dalam hati kita dalam mempercayai dan menyerahkan hidup kita kepada Allah. Yakobus berusaha menjelaskan bagaimana kita, sebagai sesama manusia, bisa melihat bukti dari iman tersebut (ayat 18).

Iman adalah karunia Allah, dan oleh karena iman kita akan semakin bertumbuh dalam hidup kita. Kita tidak bisa menilai iman orang lain, tetapi kita bisa merasakannya. Kita hanya bisa melihat iman dari buah yang dihasilkannya. “Orang benar akan hidup oleh iman.” Ini artinya seseorang yang beriman akan terlihat dari hidupnya.

Seperti di cerita awal tadi, kita tidak akan bisa menentukan lagu yang paling baik, sama seperti kita tidak akan bisa menilai kebenaran iman seseorang dari hatinya. Tetapi ini juga bukan berarti bahwa iman itu menjadi relatif dan tergantung dari siapa yang menilainya. Kalau iman menjadi relatif, kita menjadi mudah tergoda untuk mengatakan bahwa menjadi orang Kristen atau tidak adalah sama saja.

Semua orang bisa memiliki pilihan yang berbeda dalam memilih lagu favoritnya, tetapi ada juga lagu yang memang bagus meskipun lagu itu bukan favorit kita. Contohnya, mungkin tidak ada yang memilih lagu “We Are The World” karya Michael Jackson sebagai lagu favoritnya, tetapi kita semua bisa setuju bahwa lagu itu adalah lagu yang bagus. Contoh lainnya: lagu “Amazing Grace” mungkin bukanlah lagu favorit orang yang beragama lain, tetapi mereka semua setuju bahwa lagu itu adalah lagu yang indah. Gus Dur, mantan presiden Indonesia sendiri mengatakan bahwa hatinya selalu bergetar ketika mendengar “The Great Halleluya” karya Handel.

Ada yang mengatakan “Beauty is in the eye of the beholder”. Artinya, kecantikan itu selalu menjadi relatif, tergantung siapa yang melihatnya. Ini benar tetapi tidak sepenuhnya benar. Pada titik tertentu kita semua bisa melihat bahwa seseorang itu memang cantik. Seandainya kepada saudara ditanyakan, siapa yang lebih cantik Lydia Kandou atau Yati Octavia? Atau seandainya saya menjadi Brad Pitt dan saya dihadapkan kepada pilihan antara Angelina Jolie dan Jennifer Aniston. Meskipun pilihan favorit bisa berbeda tetapi semua orang akan setuju bahwa pada level tertentu kedua pilihan tersebut adalah cantik.

Saudara-saudara terkasih, meskipun kita memiliki preference tertentu dalam memilih iman, tetapi iman tidak relatif. Pada satu tahap tertentu kita tahu bahwa iman adalah baik dan benar. Pada hari ini Surat Yakobus ini memberikan kita sebuah petunjuk yang sangat berharga mengenai hubungan antara iman dan perbuatan. Yakobus mengatakan iman itu tidak relatif ketika kita melihatnya dari perbuatan kita.

Saya rasa surat Yakobus ini sudah sangat jelas berbicara kepada kita, Yakobus menuliskan, (Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari) “Saudara-saudara! Apa gunanya orang berkata, “Saya orang yang percaya”, kalau ia tidak menunjukkannya dengan perbuatannya? Dapatkah iman semacam itu menyelamatkannya? Seandainya seorang saudara atau saudari memerlukan pakaian dan tidak mempunyai cukup makanan untuk sehari-hari. Apa gunanya kalian berkata kepadanya, “Selamat memakai pakaian yang hangat dan selamat makan!” –kalau kalian tidak memberikan kepadanya apa yang diperlukannya untuk hidup?Begitulah juga dengan iman, jika tidak dinyatakan dengan perbuatan, maka iman itu tidak ada gunanya.” (Yakobus 2:14-17)

Salah satu ajaran yang sangat utama dalam kekristenan adalah bahwa kita diselamatkan karena karunia Allah dan bukan karena perbuatan. Sola Gratia. Kita diselamatkan karena iman kita terhadap Allah dan bukan karena perbuatan. Sola Fide. Tetapi kemudian ada orang yang berlindung dan menyalahgunakan hal ini. Ada yang berpikir bahwa dengan memiliki iman maka kita tidak perlu lagi melakukan hal yang lain. Ada yang mengaku beriman tetapi perbuatannya sama sekali tidak mencerminkan hidup beriman.

Ada yang mengatakan memiliki iman kepada Allah tetapi hidup di dalam pertengkaran dengan keluarga, tetangga, maupun sekitarnya.

Ada yang mengatakan bahwa dia beriman tetapi tidak mau menolong saudaranya yang berada dalam kesusahan.

Ada yang mengatakan bahwa dia percaya kepada bimbingan Allah, tetapi selalu menjadi panik ketika masalah menghadang dan akhirnya justru melakukan hal-hal yang melukai Allah.

Ada yang berusaha menunjukkan imannya kepada Allah dengan berdoa di tempat umum atau terlihat religius, tapi perbuatan hidupnya menunjukkan hal yang lain.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Yakobus menuliskan surat ini untuk mengingatkan kita bahwa kita diselamatkan karena iman, dan iman akan mendorong kita untuk melakukan perbuatan yang menyenangkan hati Allah. Iman bukanlah hal yang relatif, kita bisa melihatnya dari perbuatan. Sama seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan adalah mati. Ketika kita mengimani Allah, maka ini akan terlihat dari sikap hidup dan perbuatan kita. Marilah kita tunjukkan buah iman kita dalam hidup sehari-hari. Iman adalah akar kehidupan dan perbuatan baik adalah buahnya, dan kita diundang untuk memiliki akar dan buah yang baik. Kiranya iman kita selalu dikuatkan dan kita bisa menunjukkan buahnya dalam perbuatan kita sehari-hari.

<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:NL; mso-fareast-language:NL;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:70.85pt 70.85pt 70.85pt 70.85pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>

Nederlandse vertaling van de preek van ds. Binsar J. Pakpahan

op zondag 19-07-2009 in GKIN-Amstelveen.

Jakobus 2 : 14 – 26

“Geloof zonder daden is dood”

Geliefde broeders en zusters in Christus,

Voor de aanvang van mijn preek, heb ik voor ons allen een raadsel. Ik houd in mijn

hand een glas met suikerklontjes. Raad eens hoeveel suikerklontjes er in het glas zijn.

Degene met het correcte antwoord krijgt de hele inhoud van dit glas. En de volgende

vraag is: wat is uw lievelingslied? Wiens lied is het beste?

Nu gaan wij nadenken over wat wij net hebben gedaan. Mijn vraag aan u is: indien u bezig bent met iets dat u gelooft, zou dat dezelfde zijn als het raden van de hoeveelheid

suikerklontjes in het glas of het kiezen van het lievelingslied?

Deze vraag is afkomstig van de katholieke pastoor Stephey Bilynskyj. Hij begon zijn catechisatie-klas altijd met deze vraag, wel met gebruik van een stopfles met pinda’s en niet een glas met suikerklontjes.

Geliefde broeders en zusters in Christus,

Vandaag gaat het over de relatie van geloof en daden. Ik heb de theologische conferentie van 500 jaar Calvijn in Aix en Provence bijgewoond, waar tientallen theologen proberen besprekingen te voeren over de relevantie van de leer van Calvijn

voor de huidige tijd en een gedeelte over het geloof. Ofschoon de conferentie is beëindigd, zijn er nog veel debatten over wat het geloof is.

Heden kunnen wij zien hoe Jakobus het geloof op een zeer fijne manier in zijn brief geschetst heeft.

Jakobus, één van de twaalf discipelen van Jezus, heeft deze brief aan het publiek geschreven en niet aan een bepaalde gemeente. Dit betekent dat Jakobus

probeert de relatie tussen geloof en daden aan de gelovigen in die tijd uit te leggen.

Hoe komt het dat deze brief belangrijk is geworden?

Het christendom is een godsdienst die leert dat er redding is door Gods genade en geloof, en niet door daden. Apostel Paulus zegt in Romeinen 3:28 : “een mens wordt vrijgesproken door te geloven, en niet door de wet na te leven”.

Paulus benadrukt dat daden niet de criteria van onze redding zijn. De mens wordt gered door het geloof en niet de daden. Jakobus zegt dat geloof zonder daden dood is.

Hoe kunnen wij deze twee kennelijk verschillende dingen bij elkaar brengen?

Beiden zijn goed. Paulus benadrukt dat wij gered zijn door God, alleen door het geloof en niet door daden of onze gehoorzaamheid in de uitvoering van een aantal regels.

Dit betekent de verandering in onze harten in het geloven en ons leven aan God toevertrouwen. Jakobus probeert uit te leggen hoe wij onderling het bewijs van het geloof kunnen zien(vers 18)

Geloof is de genade van God en door het geloof zullen wij steeds groeien in ons leven.

Wij kunnen het geloof van anderen niet inschatten, maar wij kunnen het aanvoelen. Wij

kunnen het geloof alleen zien vanuit de geproduceerde vrucht. “De oprechte mens zal leven door geloof”. Dit betekent dat een gelovig mens te zien is vanuit zijn leven.

Zoals het verhaal aan het begin van de preek, kunnen wij nooit het beste lied vaststellen, gelijk wij ook niet de inschatting van het rechtvaardige geloof van iemand vanuit zijn hart kunnen maken. Dit betekent ook niet dat geloof relatief wordt en afhankelijk is van degene die de inschatting doet . Indien het geloof relatief wordt, komen wij gemakkelijk in de verleiding om te zeggen dat christenen en niet-christenen dezelfde zijn.

Alle mensen kunnen verschillende keuzes hebben in het kiezen van zijn lievelingslied.,

maar er is ook een mooi lied, dat niet ons lievelingslied is.

Voorbeeld: misschien heeft niemand het lied “We Are The World” van Michael Jackson

als zijn lievelingslied gekozen, maar wij allemaal vinden dat lied een heel mooi lied.

Ander voorbeeld: het lied “Amazing Grace” is mogelijk geen lievelingslied van mensen met een andere godsdienst, maar zij zijn allen overeens dat dat lied een mooi lied is.

Gus Dur, oud-president van Indonesië, zegt dat zijn hart flink gaat kloppen bij het

beluisteren van “The Great Halleluya” van Händel.

Iemand zegt: “Beauty is in the eye of the beholder” . Het betekent, schoonheid is altijd relatief, afhankelijk van degene die dat ziet. Dit is goed maar niet geheel goed. Op een

bepaald punt kunnen wij allemaal zien dat iemand echt mooi is. Indien iemand aan u vraagt: wie is mooier: Lydia Kandou of Yati Octavia? Of indien ik

Brad Pitt ben en ik word geconfronteerd met de keuze tussen Angelina Jolie en Jennifer Aniston. Ofschoon de favoriete keuze verschillend is, zullen allen eens zijn dat op bepaalde level beide keuzes mooi zijn.

Geliefde broeders en zusters,

Ofschoon wij een preferentie hebben in het kiezen van het geloof, is het geloof niet relatief. Op een bepaalde fase weten wij dat geloof goed en rechtvaardig is. Heden

geeft de brief van Jakobus ons een zeer waardevolle aanwijzing over de relatie tussen geloof en daden. Jakobus zegt dat geloof niet relatief is, indien wij dat bekijken vanuit onze daden.

Ik geloof dat deze brief van Jakobus ons zeer duidelijk aanspreekt. Jakobus schrijft:

in Jakobus 2 : 14-17: “Broeders en zusters, wat heeft het voor zin als iemand zegt te geloven, maar hij handelt er niet naar? Zou dat geloof hem soms kunnen redden?

Als een broeder of zuster nauwelijks kleren heeft en elke dag eten tekortkomt en één van u zegt dan: “Het ga je goed! Kleed je warm en eet smakelijk!” zonder de ander te voorzien van de eerste levensbehoeften—wat heeft dat voor zin? Zo is het ook met geloof: als het zich niet daadwerkelijk bewijst, is het dood”.

Één van de zeer voornaamste leer van het christendom is dat wij gered zijn door de genade van God en niet door de daden. Sola Gratia. Wij zijn gered door ons geloof tegenover God en niet door de daden. Sola Fide. Maar er zijn mensen die zich verschuilen en misbruik maken van deze leer. Er zijn mensen met de gedachte dat ze in het bezit zijnde van het geloof geen andere dingen meer hoeven te doen. Er zijn mensen die belijden gelovig te zijn, maar hun daden weerspiegelen absoluut niet het gelovig leven.

Er zijn mensen die zeggen het geloof tegenover God te hebben, maar leven in

onenigheid met de familie, buren en de omgeving.

Er zijn mensen die zeggen gelovig te zijn, maar de in moeilijkheden verkerende broeders niet willen helpen.

Er zijn mensen die zeggen te geloven in Gods leiding, maar steeds in paniek raken

in tegenslagen en uiteindelijk daden verrichten, die God pijn doen.

Er zijn mensen die hun best doen om hun geloof aan God te laten zien door het bidden

in het openbaar of een religieuze indruk geven, maar vertonen andere daden in hun leven.

Geliefde broeders en zusters in Christus,

Jakobus schrijft deze brief om ons te herinneren dat wij gered zijn door het geloof en dat het geloof ons zal stimuleren om daden te verrichten die Gods hart blij maken. Geloof is niet relatief, wij kunnen dat zien vanuit de daden. Zoals het lichaam zonder geest dood is, is geloof zonder daden dood. Ons geloof in God zal weerspiegeld worden in onze levens-attitude en onze daden. Laten wij onze geloofsvrucht in ons dagelijks leven tonen. Geloof is de wortel van het leven en de goede daden zijn de vruchten en wij zijn

uitgenodigd om goede wortels en vruchten te bezitten. Moge ons geloof altijd versterkt zijn en dat wij de vruchten kunnen tonen in onze dagelijkse daden. Amen!

Viewed 43663 times by 19919 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *