Memilih Pasangan Yang Seimbang

Jun 24, 2009 6:07 PM

by binsar

Memilih pasangan hidup adalah sebuah hal yang mudah dan juga sulit bagi beberapa orang. Mungkin hal ini tidak begitu sulit ketika kita ketemu dengan ‘the one’. Selalu ada perasaan tertentu ketika kita merasa telah bertemu dengan pasangan yang tepat untuk kita. Tetapi intinya adalah kita harus bisa mencari pasangan yang baik, cocok, bisa saling membangun, singkatnya sepadan.Alkitab mencatat dua ayat referensi mengenai memilih pasangan yang sepadan. Yang pertama adalah “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2 : 18). Sepadan itu bisa banyak artinya. Ada yang mengartikan sepadan sebagai seimbang atau sama. Ada juga yang mengartikan sepadan itu harus sama rata, sejajar, dan selevel. Saya merasa tidak nyaman dengan pemaknaan sepadan sebagai sejajar atau selevel. Saya akan menjelaskan keberatan saya lebih lanjut. Tapi kemudian saya merasa penasaran dengan kata ini dan mencari kata aslinya dalam bahasa Ibrani. Kata ini diterjemahkan dari neged yang artinya: in front of, in sight of, opposite to, dan terjemahan bahasa Inggris dalam NIV mengartikannya sebagai suitable (meet dalam KJV). Sepadan menurut saya harusnya diartikan menjadi cocok, tepat, pas (Bahasa Indonesia sehari-hari menggunakan kata ‘cocok’).

Ayat kedua yang bisa digunakan terasa lebih tepat yaitu “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang…” (2 Korintus 6 : 14a). Ini adalah bentuk negatif dari nasihat untuk mencari pasangan yang seimbang.

Ketika kita menggunakan kriteria ’selevel’, ’setaraf’, atau ‘’sejajar’ dalam memilih pasangan, maka kita akan terjebak dalam masalah suku yang sama, level pendidikan yang sama, latar belakang ekonomi yang sama, atau status sosial yang sama. Hal ini bisa mendatangkan kesulitan dalam penerapannya.

Kriteria ’sepadan’ telah digunakan secara tidak konsisten. Kenapa? Satu hal yang harus kita perhatikan adalah nasihat dalam Kejadian 2 diberikan ketika Allah ingin menolong Adam. Artinya, ayat ini dulu digunakan ketika Allah sedang mencarikan pasangan untuk  ‘Adam’ (laki-laki). Kriteria sepadang sebagai seimbang, selevel, dan setaraf kadang-kadang tidak sama penggunaannya antara laki-laki dan perempuan.

Di dalam beberapa kasus yang terdapat unsur budaya patriarkhal di Indonesia, laki-laki menggunakan kriteria ini sebagai ‘cocok’; tapi perempuan menggunakannya sebagai ’selevel’. Kebalikannya juga berlaku. Ini artinya penggunaan kata sepadan sangat fleksibel dan cenderung untuk kepentingan pihak-pihak tertentu.Dalam budaya di mana orangtua masih memegang peranan penting, memilih pasangan yang ’sepadan’ menjadi cukup rumit. Beberapa orang dari suku tertentu, juga Batak, merasa bahwa sepadan berarti menikah dengan mereka yang berasal dari suku yang sama. Beberapa juga merasa bahwa sepadan artinya memiliki jenjang pendidikan yang sama.

Kalau saya terapkan kata ’sepadan’ buat laki-laki Batak, pendidikan sarjana, pekerjaan baik, dalam mencari pasangannya, ini berarti: “baik, kalau bisa Batak (karena perempuan bisa diberi marga), pendidikan kalau bisasama-sama sarjana tapi kalau tidak ya tidak masalah, dan pekerjaan tidak penting.” Kalau saya terapkan ini buat perempuan Batak, pendidikan sarjana, pekerjaan baik dalam mencari pasangannya, maka ’sepadan’ berubah menjadi: “baik, harus Batak (karena garis keluarga patriarchal akan hilang), pendidikan minimum harussarjana, punya pekerjaan minimum sama.” Apa artinya ini?

Untuk menerapkan kesetaraan, maka penggunaan kata sepadan sebagai ’selevel’ sangat sulit diterapkan dengan konsisten karena masalah interpretasi apa ’selevel’ itu. Menurut saya kata ’seimbang’ (dalam 2 Korintus) sama dengan ‘cocok’ dalam kata ’sepadan’ (dalam Kejadian 2). Seimbang tidak berarti selevel, yang penting adalah kemampuan untuk saling mengimbangi dan melengkapi. Yang penting dalam memilih pasangan adalah saling membangun dalam Tuhan. Ini artinya pertimbangan pekerjaan, status sosial, pendidikan, dan budaya tidak menjadi lebih utama dari pertimbangan pasangan yang saling membangun di dalam Tuhan.

Bagaimana dengan pasangan yang beda agama? Saya masih bergumul dengan masalah pasangan yang berbeda agama. Sampai saat ini gereja saya (HKBP) tidak mengijinkan pernikahan beda agama, dan pemerintah Indonesia juga tidak melegalkannya. Saya sendiri merasa kriteria ’seimbang’ dan ‘cocok’ masih harus digunakan di sini. Ketika kamu memilih pasangan yang berbeda agama, tanyalah kepada dirimu sendiri, “Apakah aku akan menjadi lebih dekat dengan Tuhan? Apakah aku akan menjadi manusia yang lebih baik? Apakah aku akan menjadi pasangan yang seimbang? Apakah keluarga yang kubentuk nanti akan menjadi keluarga yang saling mendukung dan harmonis?” Kalau semua pertanyaan ini bisa dijawab dengan “ya”, maka saya tidak melihat ada masalah dalam pernikahan beda agama.

Pertimbangan utama dalam memilih pasangan yang seimbang adalah, apakah diri kita sendiri dan pasangan kita (dan dalam banyak kasus: keluarga inti kita) akan bertumbuh secara spiritual dan moral? Laki-laki bisa saja berpendidikan lebih rendah dari pasangannya, tetapi dia adalah penyeimbang kehidupannya yang membuatnya menjadi manusia yang lebih baik. Perempuan bisa memiliki pekerjaan yang lebih baik dari laki-laki, tetapi sang laki-laki membuat kehidupannya seimbang dan menjadi manusia yang lebih baik. Karena itu, yang bisa menilai ’seimbang’ dan ’sepadan’ adalah pasangan itu sendiri. Orang-orang di sekitar mereka hanya bisa membantu menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini. Pilihlah pasangan yang seimbang!

Viewed 40763 times by 15760 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *