Benar Karena Iman

Khotbah Minggu Pertama sesudah Pentakosta

Roma 1:16-17

Perki Buitenveldert

“Benar Karena Iman”

Ada seorang Pastor Katolik bernama Stephey Bilynskyj memulai kelas konfirmasinya (katekisasi) dengan membawa sebuah toples berisi kacang. Dia lalu meminta para muridnya untuk mencoba menebak berapa banyak kacang yang ada dalam toples itu dan menulisnya di sebuah kertas. Lalu dia juga meminta mereka untuk menulis lagu favorit mereka di sebelah angka tersebut. Selanjutnya dia menghitung berapa jumlah kacang yang ada dan membandingkannya dengan tebakan para muridnya. Lalu dia bertanya siapakah yang tebakannya mendekati jumlah sebenarnya. Kemudian dia pindah ke daftar lagu favorit dan bertanya, “Lagu siapa yang paling benar?” Para murid biasanya akan berdebat bahwa tidak ada lagu yang paling benar karena memilih lagu adalah masalah selera. Pastor Bilynskyj lalu bertanya, “Kalau engkau sedang memilih apa yang engkau imani, apakah itu seperti menebak jumlah kacang dalam toples atau seperti memilih lagu favorit?” Semua orang akan menjawab, memilih iman adalah seperti memilih lagu favorit.

Apabila kita berbicara mengenai iman, maka Paulus adalah seorang Rasul yang berusaha untuk menjelaskan apa itu iman. Paulus adalah seorang rasul yang mengkhususkan diri untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia. Paulus menulis surat Roma dari Korintus ketika dia akan berangkat menyebarkan Injil ke Spanyol. Paulus berencana untuk singgah di Roma kota tempat kelahirannya (Kis. 22:28). Sebelum dia datang Paulus menyurati Jemaat Roma mengenai pengajar palsu dan penyesat yang menimbulkan perpecahan Jemaat (Roma 16:17). Dia juga mengingatkan mereka untuk lebih bijaksana dalam mengenali hal yang baik dan buruk (Roma 16:18-19). Kenapa Paulus ingin ke Roma? Paulus mengatakan bahwa dia merasa berhutang kepada penduduk Roma untuk memberitakan Injil (ay. 16). Untuknya, memberitakan Injil adalah tugas utama yang harus dilaksanakan.

Hari ini Paulus mengajarkan mengapa Injil itu penting untuknya. Dia mengatakan bahwa Injil itu adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani (Roma 1:16).” Dia ingin menyampaikan bahwa Injil atau Kabar Baik adalah untuk semua orang. Yesus datang bukan hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga untuk orang non-Yahudi. Tetapi Paulus juga menjelaskan bahwa Injil datang untuk semua orang yang percaya. Hal ini bisa dibandingkan dengan obat yang tersedia untuk semua orang, namun orang tidak akan sembuh kalau dia tidak minum obat itu.

Injil adalah kabar baik mengenai Kerajaan Allah di dalam kedatangan Kristus ke dunia, mati, dan bangkit pada hari yang ketiga, lalu naik ke surga. Injil adalah kekuatan yang menyelamatkan. Pemberitaan Injil adalah kekuatan yang membawa orang percaya. Tetapi bagaimana orang bisa mendengar pengabaran Injil ini? Inilah tugas kita sebagai gereja!

Paulus juga mengatakan bahwa Injil juga berisi kebenaran Allah, yang bertolak dari “iman dan memimpin kepada iman.” (Roma 1:17) Maksudnya adalah Allah akan menyampaikan kebenarannya melalui iman manusia. Pemberitaan Injil akhirnya akan membawa manusia kepada iman. Roma 10:17 mengatakan bahwa iman kita lahir dari pendengaran akan firman Kristus. Lalu orang yang sudah memiliki iman akan hidup oleh imannya.

Apakah iman itu? Ibrani 11:1 mengatakan bahwa, “Iman adalah dasar dari segala segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Iman adalah karunia Allah, dan oleh karena iman kita akan semakin bertumbuh dalam hidup kita. Kita tidak bisa menilai iman, tetapi kita bisa merasakannya. Kita hanya bisa melihat iman dari buah yang dihasilkannya. “Orang benar akan hidup oleh iman.” Ini artinya seseorang yang beriman akan terlihat dari hidupnya.

Seperti di cerita awal tadi, kita tidak akan bisa menentukan lagu yang paling baik, sama seperti kita tidak akan bisa menilai kebenaran iman seseorang dari hatinya. Saya tidak mau bilang bahwa semua relative dan kalau begitu tidak ada gunanya kita menjadi Kristen karena iman sama saja. Bukan!

Meskipun ada juga lagu yang tetap kita anggap bagus dan baik meskipun tidak semua menyukainya. (misalnya lagu sinanggar tullo, atau butet). Atau misalnya lagu angin bawa kabar. Kita juga bisa berdebat mengenai kecantikan. Misalnya menurut bapak ibu, siapa lebih cantik, Lydia kandouw, marini zumarnis, rano karno, dorris callebout, masa kini angelina jolie atau jeniffer aniston? Atau soal makanan: mana lebih suka sate ayam atau sate babi?

Meskipun kita punya makanan favorit, namun kita bisa melihat bahwa makanan yang lain pun enak. Ini artinya pada sebuah tingkatan tertentu kita tahu bahwa sesuatu itu enak. Berarti enak itu tidak relative. Saya akan singgung sedikit mengenai etika, karena ternyata etika juga tidak relative. Pada suatu tingkatan, ada kesepakatan bersama bahwa membunuh itu adalah salah, di manapun di dunia ini. Artinya tidak semuanya relative.

Kembali kepada iman. Hari ini kita melihat bahwa Paulus adalah seseorang yang tidak malu atas pemberitaan Injil. Karena pemberitaan Injil iman menjadi lahir. Bagaimana kita bisa memperkenalkan Injil, tidak malu karenanya, dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk melihat bahwa lagu favorit kita ini juga adalah sesuatu yang baik, bahkan bisa menjadi hal yang terbaik bagi yang mendengarnya. Jawabannya adalah ketika kita memperlihatkan kehidupan kita kepada Allah. Bagaimana mungkin kita bisa mengajak orang lain kepada Allah kalau kita snediri tidak melakukan Firman Tuhan (gereja bertengkar, tidak bisa bersatu, orang Kristen jadi orang jahat)

Kita juga bisa melihat iman seseorang dari kehidupannya. Seseorang yang beriman dan percaya akan Injil akan menyandarkan hidupnya kepada Allah dan menjadi terang dan garam bagi orang-orang di sekitarnya. Kiranya kita mampu bukan hanya memiliki iman, tetapi juga hidup di dalam iman! Amin.

Viewed 22422 times by 8371 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *