Tips Mengiringi Nyanyian Jemaat

Posted (binsar) in Article, Christianity on February-6-2008
Tulisan ini pernah dibawakan dalam Seminar “Mengiringi Jemaat Bernyanyi” di GKI Serang, dan dimuat di Buletin terbitan Yamuger (Yayasan Musik Gereja).

  1. Berlatihlah sebelum memainkan lagu tersebut. Meskipun anda adalah musisi yang sudah terlatih dengan baik, minimum lihat dan kenalilah selalu lagu yang akan dimainkan.
  2. Kenali dahulu karakter lagu. Hal ini berarti kita harus melihat dahulu siapa pencipta lagu itu, di mana dan dalam suasana apa dia diciptakan (konteksnya). Hal ini akan membantu pemusik untuk memainkan ‘suasana’ musik yang benar.
  3. Lihat dinamika lagu tersebut! Tidak semua lagu dimainkan dengan lambat, dan tidak semuanya dimainkan dengan cepat. Tempo lagu bervariasi, karenanya selalu perhatikan tempo lagu yang akan dimainkan.
  4. Perhatikan birama lagu. Jangan mainkan lagu berbirama 3/4 dengan birama 4/4.
  5. Mainkan lagu sesuai dengan nada dasar yang telah diberikan.
  6. Berikan ‘nafas’ pada intro lagu. Jemaat akan lebih mengerti dengan otomatis kapan dia harus mulai bernyanyi ketika pemusik memberi ‘nafas’ pada intro. Artinya, ada bagian yang dimainkan melambat ketika intro akan berakhir dan jemaat akan mulai bernyanyi. Hal ini akan memberi tanda kepada jemaat di mana mereka harus mulai bernyanyi. Berikan juga ‘nafas’ pada bagian interlude dan ketika akan memulai ayat yang baru. Karena itu, iringan yang menggunakan music box akan lebih sulit untuk diikuti Jemaat, karena mereka sulit untuk tahu tahu kapan harus mulai bernyanyi.
  7. Jangan terpengaruh dengan jemaat. Kadang-kadang Jemaat bernyanyi lebih lambat atau lebih cepat dari tempo yang kita mainkan. Usahakan untuk tetap setia pada tempo yang kita mainkan. Kalau memang sudah terbawa, mainkan kembali tempo yang benar di bagian interlude, agar Jemaat dapat mendengar kembali dinamika yang benar.
  8. Jangan korupsi nilai not. Mainkan not yang bernilai 3 ketuk sebanyak 3 ketuk juga. Banyak pemusik gereja yang mengkorupsi harga not dan memainkannya lebih cepat dari yang seharusnya.
  9. Apabila memungkinkan, penggunaan alat musik yang lain di luar piano dan organ seperti tifa, rebana, tamborin, gitar dapat digunakan untuk menambah variasi iringan. Penggunaan alat-alat musik ini juga harus melihat konteks lagu. Menggunakan tifa untuk lagu “Tabuh Gendang” akan lebih sesuai daripada lagu “Sungguh Lembut Tuhan Yesus Memanggil”. Tidak semua Gereja terbuka bagi hal ini, karenanya konsultasikan dahulu dengan Majelis Gereja.
  10. Hal yang terakhir dan yang tidak kalah pentingnya adalah meminta bimbingan Tuhan sebelum mulai mengiringi nyanyian Jemaat. Ingatlah bahwa kita bermain musik untuk mengiringi Jemaat bernyanyi memuji Tuhan, dan bukan bermain musik di tempat-tempat umum lainnya. Selain itu, hal ini akan membantu musisi lebih tenang dan percaya diri.

Comments: naTaLia on February 6th, 2008 at 5:15 am #

merasa agak tersindir nih… sringkali soalnya ngiringi cuma karena kewajiban. lupa kalo melayani Tuhan =)

binsar on February 6th, 2008 at 5:46 pm #

mmm ya ga ada maksud nyindir siapa2 kok… makanya jadi pengiring musik jemaat itu harus memiliki mental bertanggungjawab karena kita memegang kontrol dan jangan sampai kita yang menjadi batu sandungan umpatan orang yang ga suka mendengar iringan yang salah2 hahaha

vansky on February 8th, 2008 at 5:44 am #

hiks..hiks…
ini juga berlaku buat gereja kita itu bah…macam udah gimana kali lah itu musiknya,terutama yg main keyboard yang di sebelah kanan,yg suka nempel di tembok itu loh…
Merasa tersindir juga neh…udah merasa kaya rutinitas n kewajiban n not really enjoying it anymore so Far ( ooups…pengakuan dosa colongan!)
Forgive me my LORD….

binsar on February 8th, 2008 at 8:04 pm #

mmmm sapa ya yg suka nempel di tembok itu hihihihi

Viewed 25013 times by 5119 viewers

One Comment

  1. good….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *