Damai Di Hatimu

Kotbah Minggu Ekumenis GKIN Tillburg

21 September 2008

Teks Alkitab: Yohanes 14:23-29

Damai Di Hatimu

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Saya adalah seorang penggemar berat sepakbola tim nasional Belanda. Dalam setiap turnamen Piala Dunia atau Piala Eropa, saya selalu mempersiapkan kaus oranye timnas Belanda sebagai tanda dukungan saya. Tetapi di Piala Eropa tahun 2000 ada sebuah peristiwa yang mengganggu pikiran saya. Belanda kalah menyakitkan dalam adu penalti di semifinal melawan Italia. Bukan hanya adu penalti, Patrick Kluivert dan Frank de Boer gagal mengeksekusi penalti dalam waktu normal permainan. Setelah banyak membaca beberapa artikel mengenai hal ini, saya sadar bahwa kegagalan mereka terletak pada ketidaktenangan mereka dan bukan pada kemampuan mereka.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, hal inilah yang akan kita lihat pada saat ini, bahwa Kristus menawarkan kedamaian pada kita. Bacaan kita mencatat percakapan antara Yesus dan murid-muridNya dalam sebuah makan malam sebelum perayaan Paskah dimulai, ketika Yesus selesai membasuh kaki murid-muridNya. Pada saat ini Yesus menjelaskan bahwa Dia akan pergi meninggalkan dunia tetapi akan mengirimkan Penolong yang lain, yaitu Roh Kebenaran (ay. 17). Yesus menggambarkan hubunganNya dengan Bapa dan Roh Kudus, bahwa Yesus membawa firman dari Bapa dan barangsiapa mengasihi Yesus juga mengasihi Bapa. Roh Kudus akan menolong orang yang percaya untuk melakukan apa yang telah Yesus ajarkan.

Tema utama Yohanes 14 adalah mengenai Yesus mempersiapkan para pengikutNya untuk masa sesudah Dia pergi. Para murid merasa takut bahwa mereka akan tinggal sendiri (14:18). Mereka takut akan hilangnya janji kehidupan dan masa depan yang diajarkan Yesus kalau Dia meninggalkan mereka. Mereka takut akan ketidakpastian dalam kehidupan mereka.

Di sinilah Yesus menjanjikan damai kepada para murid (Yunani: eirene, yang artinya “The tranquil state of a soul assured of its salvation through Christ, and so fearing nothing from God and content with its earthly lot, of whatsoever sort that is.”) Damai yang dimaksud di sini adalah ketenangan jiwa karena diyakinkan melalui keselamatan dalam Kristus. Damai yang dimaksud Yesus adalah situasi dalam diri sendiri bukan sesuatu yang datang dari luar.

Justru damai inilah yang diperlukan oleh para murid. Yesus sudah melengkapi para murid dengan kemampuan dan pengajaran. Yesus yakin bahwa para murid sudah sanggup menjadi pengajar Firman Allah. Mereka hanya butuh ketenangan jiwa, yang akan diberikanNya melalui penyertaan Roh Kudus. Ketenangan jiwa dan iman akan penyertaan Roh Kudus membuat para murid mampu mengabarkan Injil ke seluruh penjuru. Karena kedamaian yang diberikan, mereka mampu memberitakan Kabar Baik meskipun mereka dikejar oleh pemerintah Roma dan dimusuhi oleh para Ahli Taurat.

Apa yang bisa kita ambil dari renungan hari ini? Konsep damai apa yang kita perlukan untuk masuk ke dalam dunia ini? Damai yang dijanjikan bukanlah perdamaian dunia, atau akhir dari segala konflik. Damai berasal dari ketenangan hati. Damai tidak sejalan dengan ketakutan. Selama kita khawatir, kita tidak akan bisa melihat damai yang ada di sekitar kita. Ketakutan cenderung membuat kita melakukan hal yang justru menjauhkan kita dari kedamaian itu sendiri.

Belakangan ini banyak sekali orang yang berada dalam ketakutan. Ketakutan finansial membuat orang mengambil kredit dan mortgage di luar kemampuan mereka sesungguhnya. Ketika mereka mengambil kredit tersebut, mereka tidak dapat membayar dan justru terperangkap dalam alasan mengapa mereka ingin mengambil kredit. Ketika isu kekurangan bahan baku makanan muncul (biasanya di Indonesia sebelum hari raya Idul Fitri), orang justru berlomba menimbun makanan yang tidak mereka perlukan yang akhirnya justru memacu naiknya harga pasar dan membuat makanan tersebut benar-benar hilang dari pasar. Ketakutan akan diserang teroris mendorong pemerintah Amerika Serikat menyerang teroris. Hal ini membuat teroris juga semakin tertantang untuk membalas dendam dengan menyerang lebih keras lagi. Ketakutan kehilangan identitas diri sendiri sebagai orang Indonesia, atau orang Belanda yang asli, membuat kita menutup diri terhadap orang luar, padahal kita hanya bisa mengenal siapa diri kita kalau kita berinteraksi dengan orang lain. Ketakutan muncul ketika kita tidak mau melepaskan kontrol akan apa yang akan terjadi. Hal ini dapat mendorong kita untuk melakukan sesuatu yang justru akan menjatuhkan kita ke hal yang kita takuti tersebut.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus, damai yang ditawarkan oleh Yesus tidak sama dengan candu yang diklaim oleh Karl Marx. Damai yang dimaksud oleh Kristus adalah bagaimana kita bisa melihat sesuatu dengan pikiran yang jernih dan mengambil keputusan bukan berdasarkan ketakutan. Orang yang panik dan ketakutan akan mengambil keputusan yang justru akhirnya akan merugikan dirinya sendiri. Ini bisa kita lihat di setiap latihan evakuasi kebakaran, atau kecelakaan pesawat terbang, yang selalu mengingatkan kita untuk tetap tenang. Ketika kita panik, kita tidak bisa melihat pintu darurat yang terletak persis di sebelah kita. Kedamaian akan membantu kita melihat masalah dengan lebih jernih dan memampukan kita mengambil keputusan yang benar.

Ketakutan adalah hal yang normal. Hal yang sama terjadi pada murid dan Yesus bisa melihat ketakutan mereka. Karena itu Yesus menawarkan damai sama seperti Nabi Yesaya mengatakan, “TUHAN, Engkau memberi damai dan sejahtera kepada orang yang teguh hatinya, sebab ia percaya kepada-Mu.” (Yesaya 26:3). Yang diminta dari kita adalah mengasihi Kristus dan Allah dengan iman dan menjalankan Firman Allah dengan pertolongan Roh Kudus. Serahkanlah ketakutanmu pada Kristus dan terimalah damaiNya! Amin.

Viewed 18896 times by 6476 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *