“Kafir yang didzalimi kami bela”

20228609_10155449373597246_1925220386523228123_nJudul beritanya “Kafir yang didzalimi kami bela”

Beberapa berita belakangan mengenai situasi politik menyingkapkan peristiwa yang terjadi di akhir tahun lalu dan di awal-awal tahun ini. Pemimpin Jakarta terpilih mulai merevisi janji-janji, kalau tidak menyatakan “Kami tidak pernah menjanjikan itu”. Pembela sang pemimpin terpilih mulai sibuk membela para penyokong gerakan yang terkena berbagai sangkaan kasus. Gerakan yang kerjanya dulu sibuk mengatakan tutup organisasi ini dan itu, dan ketidaktegasan rezim Jokowi, sekarang justru protes menyatakan rezim ini otoriter karena kelompoknya terancam tertutup.

Di luar semuanya, saya melihat langsung pembangunan di berbagai daerah, termasuk di Timur Indonesia yang selama ini dianaktirikan. Kudos Mr. President, anda memberi bukti bukan janji. Meski demikian, jika anomali Jakarta digunakan secara nasional untuk pemilihan ke depan, tingkat kepuasan akan kinerja belum tentu membuat anda terpilih lagi. Ikatan emosi kelompok atau golongan yang irasional lebih membuat seseorang terpilih daripada prestasi dan kebersihannya. Be on guard Mr. President.

Tapi, ada satu berita yang ingin saya ulas sedikit. Berita itu bisa dilihat di pranala berikut. Tamatan “Sekolah 212” (saya tidak tahu apakah SD, SMP, atau SMA) sekarang sedang membela pengusaha grup MNC dan ketua partai.

Masih segar di ingatan saya teriakan kafir tidak boleh memimpin, tapi kalimat ini menyejukkan bahwa yang penting tidak memimpin, kafir yang didzalimi akan dibela. Tapi coba jawab beberapa pertanyaan berikut:

1. Bukankah pemimpin kafir sebenarnya sedang didzalimi persis karena dianggap kafir? Dengan mengatakan kata “kafir” sedang menunjukkan bahwa anda sedang “mendzalimi” dan mengambilalih keputusan dan penghakiman yang ada di tangan Yang Mahakuasa?
2. Didzalimi ini kriterianya apa ya? Apakah ada perbedaan sikap “bela atau tidak bela” terhadap penyumbang dana dan yang menolak memberikan dana? Apakah ada perbedaan definisi dan pada akhirnya pembelaan yang diberikan kepada kafir dan ka(f/s)ir?
3. Apakah pembelaannya akan sedahsyat arak-arakan “Sekolah 212” yang menamatkan mereka? Atau apakah alumni lain akan marah karena sekelompok alumni sedang mencatut nama “sekolah” untuk kepentingan sesaat?

Arah protes-protes yang lalu semakin terbuka dan jelas yaitu hasrat berkuasa golongan petualang politik. Sementara itu, buat teman-teman yang sekarang sudah bisa membaca arah politiknya, mari kembali tenang dan mendukung pembangunan bangsa. Mari tingkatkan ibadah, tapi curigalah terhadap berbagai provokasi yang menamakan Tuhan namun ujungnya adalah untuk kekuasaan dunia. Memprotes dan menghancurkan itu mudah, membangun itu tugas bersama.

Viewed 76559 times by 8609 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *