Refleksi Pribadi Usai Sidang Central Committee World Council of Churches

Refleksi Pribadi Mengikuti Sidang Central Committee World Council of Churches

21-28 Juni 2016 – Trondheim, Norwegia

Group photo of the WCC Central Committee meeting 2016

Group photo of the WCC Central Committee meeting 2016

Ada beberapa pengalaman dalam hidup yang bisa menjadi highlight, yang mungkin anda akan ingat selamanya. Salah sayu pengalaman berharga buat saya adalah ketika saya diminta untuk menjadi proxy atau pengganti dari Ephorus HKBP, Pdt. Willem T.P. Simarmata, MA dalam sidang Central Committee World Council of Churches/WCC (Dewan Gereja Dunia/DGD). Central Committee adalah delegasi yang terpilih dalam Majelis Pusat DGD yang bertugas untuk mengesahkan program, membuat pernyataan, mengawasi pekerjaan Sekretaris Jenderal, dsb. Mereka bertugas selama 7 tahun setelah terpilih. Tidak semua gereja anggota WCC memiliki perwakilan di Central Committee. Dari 150 anggota Central Committee, ada 20 orang Executive Committee yang bertugas lebih intensif dan bertemu setahun dua kali. Central Committee memilih anggota berdasarkan keseimbangan keterwakilan tiap benua, golongan usia (tua/muda), perempuan/laki-laki, tahbisan/awam, disabilitas, indigenous people, dan denominasi. Ada beberapa orang anggota Central Committee yang sudah sering mengikutinya, sidang ini bukanlah hal baru. Dalam sidang itu, ada beberapa “veteran” yang sudah lama menjadi anggota Central Committee bahkan selama 20 tahun. Saya sendiri tidak pernah mengikuti sidang dalam level ini. Ini adalah pengalaman yang luar biasa berharga.

 

20160622_084207Tadinya, saya memiliki keraguan untuk menjadi proxy Ephorus HKBP karena sebenarnya saya sudah memiliki jadwal lain untuk presentasi di sebuah konsultasi teologi misi di Dumagette, Filipina. Namun, Ephorus HKBP, yang juga akan hadir di acara di Filipina, memutuskan untuk mengutus saya, dan meminta izin kepada Pdt. Dr. Andar Pasaribu, yang adalah penyelenggara dari acara di Filipina dari United Evangelical Mission (UEM), agar mengizinkan saya pergi ke Trondheim. Bang Andar memutuskan bahwa pengalaman sidang di WCC akan lebih membuka wawasan saya dan merelakan saya absen dari acara UEM tersebut. Selebihnya adalah sejarah buat saya.

Pengalaman kali ini menjadi berkesan karena beberapa hal.

4rd day of the meeting of the Central Committee

4rd day of the meeting of the Central Committee

Pertama, saya diminta untuk memimpin bible study di salah satu morning prayer. Saya dihubungi oleh Pdt. Dr. Ester Pudjo Widiasih, dosen STT Jakarta yang sekarang sedang bertugas sebagai staf di bidang spiritual life WCC. Dia merekomendasikan saya untuk memimpin bible study tentang tema religion and violence. Sebelumnya, saya diminta untuk mengirim resume singkat untuk dikirim ke Sekretaris Jenderal, sebagai semacam seleksi apakah saya memang mampu melakukannya. Saya menerima surat konfirmasi sehari sesudahnya dalam bentuk undangan untuk memimpin bible study. Saya sudah memimpin banyak bible study, jadi harusnya hal ini bukanlah hal baru. Namun, memimpin bible study di antara 150 orang yang terpilih untuk duduk di sebuah majelis pusat gereja dunia, bersama dengan para pemimpin organisasi ekumenis lainnya, ternyata mulai menghantui saya ketika saya akan berangkat menuju Trondheim. Fakta ini sempat membuat saya agak gentar karena bukan saja saya belum pernah ikut dalam sidang WCC dan ternyata harus memimpin bible study, saya hanya punya waktu kurang dari seminggu untuk mempersiapkannya.

Trondheim beautiful city“Ternyata gentar juga ya…” ujar saya kepada istri dan mama saya ketika akan berangkat. Sepanjang perjalanan ke Trondheim, saya berdoa untuk kekuatan dan kebijakan untuk mempersiapkan yang terbaik, karena bukan hanya saya membawa nama HKBP, tapi juga Indonesia, dan mungkin Asia, sebagai salah satu orang yang mendapat kesempatan berbagi firman Tuhan. Puji Tuhan, saya bisa menyampaikan topik yang membuka banyak percakapan dan diskusi setelahnya. Pada siang hari, ketika saya dan Sekretaris Jenderal secara tidak sengaja sedang mengambil minuman pada waktu pause, dia mengucapkan terima kasih dan mengatakan pikirannya tentang tema yang saya bawakan. Seorang perwakilan dari dewan gereja Belanda menghampiri saya sesudah presentasi Bible Study dan mengatakan dia sudah pernah mendengar tentang saya dari kolega di Belanda, dan mengucapkan terima kasih untuk tema penting yang mereka juga perlu diskusikan dalam kehidupan di Belanda. Puji Tuhan.

3rd day of the Central Committee meeting. Afternoon Prayer at Bakke Church

3rd day of the Central Committee meeting. Afternoon Prayer at Bakke Church

Hal kedua, kak Ester lagi-lagi memberi berbagai tugas kepada saya dalam hal ibadah, yaitu bermain musik. Saya diajak untuk satu ibadah sore untuk bermain gitar dan djembe, serta di penutupan untuk bermain djembe. Dalam hal ini, saya merasa lebih nyaman karena saya memang sudah bisa bermain untuk persidangan2 gereja seperti ini sejak sidang Reformed Ecumenical Council tahun 1999 atas undangan Pdt. Dr. Kadarmanto. Namun, lagi-lagi, ekspektasi saya akan standar yang diminta juga sempat membuat saya mengumpulkan konsentrasi, terutama dalam ibadah akhir. Syukurlah, musisi-musisi luar biasa dan professional dari Trondheim (beberapa kuliah di konservatori) membuat permainan musik jadi lebih hidup. Peserta sidang menari keluar diiringi lagu Siya Hambe, suatu pemandangan yang rupanya agak jarang terjadi di persidangan WCC. Untung para peserta dari gereja Afrika memberikan approval mereka akan iringan musik yang kami mainkan.

Indonesian delegatesPengalaman ketiga, adalah untuk mengetahui bagaimana kita bisa memberi kontribusi pemikiran terhadap persidangan tersebut. Ibu Pdt. Dr. Eri Lebang, Ketua PGI yang menjadi anggota Executive Committee sebagai utusan Gereja Toraja, mengatakan bahwa benua Asia memang agak pasif dalam persidangan seperti itu, mungkin karena faktor bahasa, budaya, atau yang lainnya. Dalam dua hari pertama, saya lebih banyak diam, mengobservasi, menginternalisasi, dan belajar tentang jalannya persidangan. Setelah itu, saya sudah memberanikan diri untuk bicara mengenai hal-hal penting yang perlu diutarakan, dari perspektif Indonesia, atau sebagai seorang teolog. Saya banyak belajar dari kolega, rekan, Prof Dr. Fernando Enns tentang momen dan substansi yang harus diutarakan. Saya juga menyerap banyak ilmu mengenai hal tersebut dan memberikan kontribusi pemikiran dalam beberapa hal. Not bad for a newbie.

20160627_161451Pengalaman keempat yang saya dapat adalah betapa luasnya isu yang melanda dunia yang menjadi bagian dari pemikiran dan refleksi dari gereja-gereja. Beberapa dari topik itu memang sudah saya ketahui dan bahkan menjadi diskusi dalam kelas teologi sosial yang saya ampu. Namun mendengar perspektif yang berbeda dari perwakilan Kolombia mengenai perang sipil di sana, kekerasan Boko Haram di Nigeria, diskusi mengenai relasi Israel-Palestina, bahkan mendengar dan menghibur Pdt. Dr. Fransina Yoteni dari GKI Tanah Papua mengenai duka rakyat Papua adalah pengalaman yang menjadi pembelajaran dalam hidup.

20160627_162451Pelajaran pengalaman kelima adalah mengenai banyaknya dokumen WCC yang begitu kaya dan penting yang perlu menjadi perhatian gereja-gereja di Indonesia, misalnya Dokumen Gereja yang Ramah terhadap Anak, Dokumen eklesiologi gereja menuju visi bersama, dokumen identitas dalam konteks multireligius, dsb. Saya menyadari bahwa gereja HKBP sendiri belum menaruh perhatian yang signifikan terhadap dokumen tersebut dan memberi reaksi atas teologi ekumenis tersebut. Ini menjadi poin perhatian yang cukup krusial.

20160624_173939Pengalaman terakhir adalah kesempatan menyaksikan penerimaan kembali gereja Dutch Reformed Churches yang sempat keluar dari persekutuan WCC atas alasan persetujuan mereka akan teologi apartheid. Setelah melalui proses panjang, dan juga dukungan dari dewan gereja Afrika Selatan dan rekan-rekan lainnya, DRC diterima kembali sebagai anggota. Dalam komisi yang saya ikuti yaitu Policy Reference yang salah satu tugasnya adalah membahas keanggotaan baru, saya menyaksikan peristiwa yang mengharukan. Sekretaris Jenderal DRC, menyatakan penyesalan mereka akan apa yang telah terjadi, dan mereka telah belajar dari kesalahan mereka serta merasakan pahitnya terasing dari persekutuan WCC. Bishop dari gereja Lutheran di Tanzania, ketua komisi tersebut, berdiri dan berkata bahwa mereka dulu pertama kali berdiri dan menolak kehadiran DRC di WCC karena teologi apartheid mereka, dan sekarang ingin menjadi yang pertama menyambut mereka. Beliau berdiri dan memeluk sekretaris jenderal dari DRC.

20160627_182037 20160627_161536 20160626_122546 20160626_194044Beberapa persahabatan personal juga tumbuh, termasuk kepada beberapa staf dalam percakapan dan rencana untuk membuat beberapa rencana penelitian bersama, dengan beberapa pemimpin gereja yang secara intens menjadi partner bicara saya, seperti Bishop dari Tanzania, perwakilan gereja Baptis Amerika Serikat, bishop gereja Presbyterian dari Zimbabwe, Bishop gereja Lutheran dari Estonia, adalah beberapa nama yang sempat saya ajak bicara secara mendalam. Mendengar kisah konteks mereka membuat saya kagum atas kompleksitas masalah dan pergumulan gereja di dunia, sambil bertanya bagaimana kesatuan tubuh Kristus bisa betul-betul terwujud.

20160622_194111Tulisan ini menjadi refleksi personal saya atas hal yang terjadi selama persidangan tersebut, yang menjadi poin pembelajaran pribadi. Istri saya selalu mengingatkan agar saya tidak boleh menjadi tinggi hati karena saya diberi kesempatan seperti ini. Namun saya merasa justru sebaliknya, pengalaman seperti ini membuat saya menyadari banyaknya kekurangan saya dan perlunya saya untuk belajar lebih banyak lagi. Laporan lengkap akan tentang perjalanan dan pesan dari WCC akan saya tulis bersama dengan delegasi Indonesia lainnya sebagai laporan kepada gereja-gereja di Indonesia, Saya bersyukur kepada Tuhan atas kesempatan ini, dan juga kepada Ephorus HKBP yang memberikan saya kepercayaan ini. Kiranya nama Tuhanlah yang dimuliakan melalui pengalaman ini.

 

Rev. Dr. Binsar J. Pakpahan

Huria Kristen Batak Protestan

Central Committee member (substitute)

Viewed 2432409 times by 140211 viewers

One Comment

  1. Terimakasih amang….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *