Kuasa Allah Melampaui Dinding Kemah-Nya

temple Jerus-n4iBAHAN SERMON PARHALADO HKBP MENTENG

EPISTEL MINGGU XVII SESUDAH TRINITATIS 2015

Bilangan 11:4-6, 10-16, 24-29

 1. KONTEKS

Pembukaan Bilangan 11 bercerita mengenai keluhan kecil orang Israel dan bagaimana Allah menghukum mereka dengan api di luar perkemahan mereka di Tabera. Namun bangsa Israel sepertinya tidak belajar dan tetap mengeluh karena menginginkan daging – dan sepertinya mereka dipengaruhi oleh orang-orang yang ikut dalam rombongan perjalanan keluar dari Mesir.

Ada perbedaan versi perjalanan menurut Kitab Keluaran dan Bilangan. Dalam Keluaran 16, peristiwa manna dan burung puyuh terjadi dalam perjalanan Israel dari Mesir ke gunung Sinai. Sementara dalam Bilangan 11, peristiwa burung puyuh terjadi dalam perjalanan Israel dari gunung Sinai ke Kadesy (Bil. 13:26). Penulis Keluaran dan Bilangan, terutama untuk bagian ini, memiliki latar belakang tradisi yang berbeda, dan mereka memberi penjelasan geografi berdasarkan ingatan mereka sesuai dengan tempat yang mereka anggap tepat. Waktu peristiwa ini juga bukan dalam sehari, melainkan memakan waktu paling tidak beberapa bulan (dalam jalur melalui Tabera (11:3) dan Kibrot-Taawa (11:35), menuju menuju Kadesy (13:26))

Ada dua kisah utama yang menjadi tema dalam Bilangan 11. Kisah pertama bercerita tentang manna dan burung puyuh dalam Bilangan 11:4-13; 18-24,31-34, dan cerita kedua adalah pemberian Roh Allah kepada tua-tua pemimpin Israel yang mendampingi Musa dalam Bilangan 11:14-17,24-30.

Cerita tentang Musa dan 70 orang tua-tua Israel yang terpilih ini adalah sebuah kisah yang dimulai dari keluhan bangsa Israel. Mereka mengeluh – seperti biasa – bahwa mereka hanya makan manna di padang gurun. Dalam perjalanannya di padang pasir Allah menyediakan manna yang turun dalam embun pagi kepada bangsa Israel sebagai makanan mereka. Namun kemudian, di ayat 4, mereka mengatakan bahwa mereka ingin makan daging. Mereka bosan makan manna setiap hari. “Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih.”

Karena itu Musa menjadi sedih dan Allah menjadi marah terhadap bangsa Israel yang selalu mengeluh dan tidak mengucap syukur. Bangsa Israel sudah terbiasa menerima manna sehingga mereka lupa bahwa manna itu sendiri adalah karunia Tuhan. Mereka menganggap bahwa mereka berhak mendapatkan itu. Musa merasa bahwa dia tidak sanggup lagi memimpin bangsa Israel sendirian. Dia merasakan bebannya untuk memimpin bangsa itu terlalu berat.

Lalu Allah meminta Musa untuk memilih 70 tua-tua yang akan membantunya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin bangsa Israel. Di sinilah inti dari bacaan kita hari ini. Ini adalah tentang kepemimpinan dan kerelaan hati untuk saling berbagi.

2. PENJELASAN TEKS

Bagian pertama: Bilangan 11:4-6

Bangsa Israel tidak tahan lagi hanya makan manna. Mereka merindukan suasana di Mesir dan menginginkan daging. Saya agak meragukan ketepatan terjemahan LAI untuk kata “orang-orang bajingan” karena sebenarnya berasal dari kata wəhāsap̄sup̄ (orang-orang campuran yang dipenuhi nafsu) dan rakus (ta’ăwāh). Kemungkinan besar mereka adalah orang-orang yang bukan orang Israel yang mengikuti umat keluar dari Mesir (lih. Kel 12:38). Mereka juga mereka mempengaruhi orang Israel untuk memberontak kepada Allah dan menginginkan kesenangan yang ada di Mesir (Bil. 11:5). Lihat terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) yang mengatakan, “Dalam perjalanan orang-orang Israel itu ada juga orang-orang asing yang ikut. Mereka itu ingin sekali makan daging, dan orang Israel juga mulai mengeluh. Kata mereka, “Ah, coba ada daging untuk kita!

Bagian kedua: Bilangan 11:10-16

Musa sepertinya tidak tahan lagi mendengar keluhan orang Israel yang menangis di depan pintu kemahnya, Musa merasa bahwa dia memerlukan bantuan atas kepemimpinannya untuk Israel. Mari baca keluhan Musa ini, “Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini? Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangnya?”

Akhirnya Musa berkata, “11:14 Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku.” Begitu beratnya beban ini dirasa Musa sehingga dia mengatakan, “11:15 Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus melihat celakaku.” Musa sudah tidak sanggup lagi menghadapi Israel dan meminta bantuan Allah.

Bagian ketiga: Bilangan 11:24-29

Inti dari teks epistel ini terletak pada apa yang terjadi atas Eldad dan Medad. Mereka adalah dua dari 70 orang yang disiapkan Musa untuk jadi tua-tua Israel. Kebetulan mereka tidak hadir pada upacara pemberian Roh Allah di depan bait Allah. Mereka masih berada di tenda – tempat bangsa Israel tinggal. Tidak ada alasan jelas kenapa mereka tidak hadir – ada yang mengatakan bahwa mereka tidak tahu, karena merasa tidak sanggup, dsb., namun yang pasti bukan karena terlambat. Namun, meskipun mereka tidak hadir dalam bait Allah, mereka tetap kepenuhan Roh Allah dan menerima karunia seperti nabi – sama seperti yang 68 orang lainnya (ay. 25-26).

Ada sebuah pertanyaan yang tidak biasa yang ditanyakan oleh Yosua. Dalam Bahasa Indonesia Terjemahan Baru tercatat, “28 Maka menjawablah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa: “Tuanku Musa, cegahlah mereka!” 29 Tetapi Musa berkata kepadanya: “Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!”

Dalam terjemahan bahasa Inggris (NIV), dicantumkan: “28 Joshua son of Nun, who had been Moses’ aide since youth, spoke up and said, “Moses, my lord, stop them!” 29 But Moses replied, “Are you jealous for my sake? I wish that all the LORD’s people were prophets and that the LORD would put his Spirit on them!”

Dalam terjemahan bahasa Inggris, dikatakan bahwa Yosua cemburu (dari bahasa Ibrani hamqannê: envy). Perkataan Musa, “apakah engkau begitu giat mendukung diriku” ternyata diterjemahkan menjadi, “apakah kau cemburu untukku?” bisa jadi artinya adalah Yosua tidak ingin kuasa Musa dibagi-bagi ke banyak orang. Pertanyaannya adalah, Mengapa Yosua meminta Musa mencegah Eldad dan Medad untuk menerima kepenuhan Roh Allah?

Beberapa ahli tafsir Alkitab mengatakan bahwa mungkin dia ingin mencegah supaya tidak ada orang yang menerima Roh Allah selain daripada dalam bait Allah. Dalam pandangan Yosua, Kemah tempat Tabut Perjanjian harusnya menjadi pusat dari seluruh kegiatan yang diperintahkan Allah. Harusnya orang yang berada di luar Bait Allah tidak boleh menerima Roh Allah.

Teks menunjukkan hal yang luar biasa, bahwa orang juga bisa menerima Roh Allah di luar kemah perjanjian. Artinya kuasa Roh Allah tidak diatur oleh manusia dan Dia akan datang kepada orang-orang yang terpilih, meskipun mereka tidak berada dalam Rumah Allah.

Jawaban Musa menunjukkan bahwa ada juga nada kecemburuan dalam perkataan Yosua ini. Kecemburuan Yosua ini juga bisa menunjukkan bahwa dia ingin kuasa Tuhan hanya ditunjukkan di dalam Rumah Tuhan, dalam tenda tabut perjanjian. Ternyata kuasa Allah memang melampaui akan dan imajinasi kita.

Hal ini mengingatkan kita akan cerita di Markus 9:39-40 di mana murid-murid Yesus meminta Yesus untuk melarang orang-orang yang bukan murid Yesus dalam melakukan kuasa-kuasa atasa nama Yesus. Mereka meminta bahwa kuasa itu harus eksklusif kepada mereka yang benar-benar dekat kepada Yesus seperti mereka, tetapi Yesus justru mendukung tindakan orang2 itu karena mereka dianggap sebagai pengikut Kristus juga. Ini juga menunjukkan bahwa Kuasa Allah memang tidak terbatas hanya bagi orang-orang tertentu.

3. POIN UNTUK DIRENUNGKAN

Pelajaran pertama adalah kita tidak boleh cemburu atau diam-diam berduka atas kelebihan orang lain. Musa menyadari perasaan yang dimiliki oleh Yosua ini dan segera mengingatkannya bahwa karunia Allah, yang juga turun atas orang lain harus disyukuri. Musa berpendapat, bukankah lebih baik lagi kalau semua orang Israel mendapatkan karunia Roh Kudus sehingga semua bisa memahami apa yang diminta Allah dari mereka. Kalau semua orang bisa mengerti maka tugas Musa akan menjadi lebih ringan.

Pelajaran kedua adalah soal pemberdayaan. Cerita ini menunjukkan ciri seorang pemimpin yang baik yang memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya. Dia senang dengan adanya orang-orang baru yang berkualitas di sekitarnya untuk menolongnya. Dia tidak mementingkan posisi dirinya sendiri yang harus dijaga melainkan kepentingan umat. Musa memberikan contoh yang justru berbalik 180 derajat dari pikiran yang takut akan saingan. Musa membongkar pola pikir itu dengan mengatakan bahwa semakin banyak orang yang bisa membantu pekerjaan (mendelegasikan) bisa membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.

Dengan pertolongan dan kerjasama sebuah pekerjaan akan menjadi lebih mudah. Tidak mungkin dalam sebuah tim sepakbola sang kapten takut kepada pemain yang lain yang lebih handal. Yang penting adalah sikap saling mendorong dan menghargai. Seorang pemimpin yang bijak tidak akan takut untuk menggunakan orang pintar. Karena dia tetap menjadi pimpinan mereka, dan orang pintar ini akan merasa didengarkan dan diakomodir kemampuannya.

Pelajaran ketiga adalah bahwa kuasa Allah melampaui tembok dan dinding gereja. Kuasa Allah begitu besar, sehingga dinding gereja tidak dapat membatasinya, meskipun kita tetap harus memeriksa kuasa yang datang kepada kita. Jika ada perubahan yang berasal dari luar, kita tidak bisa mengatakan kuasa itu bukan dari Allah hanya karena cara mereka tidak sama dengan kita. Justru di sinilah ditunjukkan bahwa Allah dan keselamatannya melalui Roh Kudus datang untuk mereka yang berkenan di hati Allah, juga mereka yang berada di luar tenda perjanjian seperti Eldad dan Medad.

Dalam pekerjaan Allah, kita justru harus gembira melihat kuasa Allah dinyatakan juga di luar gereja kita. Ini artinya kita ditantang untuk lebih memberikan pelayanan yang bermutu untuk umat Allah. Kita ditantang dalam kompetisi sehat untuk melayani Allah.

Pdt. Binsar J. Pakpahan

Viewed 171156 times by 14267 viewers

One Comment

  1. Pas banget bang, langsung merasa ditegur haha…
    Semoga menjadi berkat bagi banyak orang :-)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *