Bahan Sermon Parhalado HKBP Menteng
Epistel Minggu XII Dung Trinitatis 2015
PERLENGKAPAN ROHANI
(Efesus 6:10-20)
A. KONTEKS
Efesus adalah sebuah kota yang memiliki banyak tempat menyembah berhala dan mempraktikkan ilmu sihir. Kuli Dewi Diana (Artemis) terletak di kota itu. Paulus pernah tinggal selama 3 tahun di kota Efesus (Lih. Kis. 19:8, 10; 20:31). Surat Efesus dimaksudkan untuk diedarkan secara luas untuk kelompok Kristen di daerah itu dan sekitarnya. Surat ini ditulis dari dalam penjara. Bahasa yang digunakan oleh surat ini banyak mengambil istilah politis yang ada. Bagian yang menjadi epistel kita ditulis Paulus dengan membayangkan prajurit Roma yang sedang menjajah orang Yahudi pada waktu itu.
Ketika Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, mereka sedang menghadapi perpecahan karena adanya dua kelompok Jemaat: Jemaat orang Yahudi, dan non Yahudi. Bagi Jemaat Kristen yang baru ini, perbedaan antara asal usul ternyata berpengaruh. Orang Yahudi merasa bahwa dirinya adalah pilihan Tuhan. Mereka merasa bahwa sebagai bangsa terpilih, status mereka di dalam Jemaat haruslah berbeda daripada Jemaat non Yahudi. Bangsa Yunani juga menganggap dirinya istimewa karena dibesarkan dalam suasana akademis. Paulus menulis pesan agar para jemaat menyatukan diri meskipun memiliki karunia yang berbeda (pasal 4). Sementara itu, mereka sendiri adalah minoritas di abad pertama.
Tujuan surat ini juga untuk menguatkan jemaat untuk meninggikan nama Yesus Kristus serta pentingnya persekutuan yang kuat untuk menjadi alat penyebaran Injil (lihat pasal 5). Paulus lalu mengingatkan jemaat untuk menggunakan kesempatan (kairos) dengan baik sebagai anak-anak terang (5:15-16). Penutup surat ini, yaitu bagian yang kita baca, memperingatkan bahwa orang Kristen selalu berada dalam konflik dengan kuasa kejahatan. Bagian ini mungkin adalah tulisan Paulus yang paling banyak menunjukkan bagaimana peperangan rohani harus dilakukan. Tanpa kekuatan Allah, kita tidak akan berdaya menghadapi pertempuran ini (bnd. Yes. 59:15b-18).
B. PENJELASAN TEKS
(6:10) Paulus meminta umat untuk tetap kuat dalam kuasa Tuhan. Yang dimaksud sebenarnya adalah bahwa kita akan dibuat kuat dalam kuasa Tuhan. Dalam Efesus 1:19b-23, Paulus sudah menjelaskan apa yang dimaksud dengan “kuasa-Nya” yaitu “dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang.” Kuasa yang disebut disebut meliputi keyakinan akan masa yang akan datang.
(6:11) Kita diminta untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah. Paulus memiliki gambaran seorang tentara Roma dalam menuliskan hal ini. Kita harus selalu siaga dan tidak takut atau terintimidasi karena kita memiliki kekuatan untuk melawan muslihat Iblis. Tipu muslihat diterjemahkan dari kata methodeia (lht. Ef. 4:14) dan dapat didefinisikan sebagai sebuah upaya sistematis dan terencana untuk menyesatkan seseorang. Dnegan perlengkapan senjata Allah, kita tetap bisa bertahan dari muslihat ini.
(6:12) Paulus menjelaskan bahwa lawan sesungguhnya “bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Karena melawan musuh yang tidak biasa ini, kita memerlukan segala perlengkapan tersebut. Kita bisa juga memahami peperangan ini sebagai usaha Iblis yang berusaha menghancurkan manusia sejak dari Taman Eden.
(6:13) Kita diingatkan kembali untuk melengkapi diri dengan perlengkapan senjata Allah untuk tetap berdiri dan melawan pada hari yang penting. Perlengkapan ini sepertinya dibuat untuk membantu pemakainya berdiri tegak (histemi) (lih. Ef. 6:11, 13, 14) dan bukan untuk bergerak agresif menyerang. Anthistemi juga muncul pada ayat 13, yaitu untuk menguatkan orang percaya untuk mengadakan perlawanan.
(6:14-18) Berisi bagian mengenai perlengkapan yang harus dikenakan.
i] Ikat Pinggang. Kita diminta untuk mengenakan ikat pinggang kebenaran, yang diletakkan di depan kita. Mengatakan kebenaran bukanlah hal yang mudah dilakukan, terutama ketika kebenaran akan mengancam posisi kita. Tetapi tanda seorang murid adalah kekuatan kejujuran yang diposisikan di bagian depan kita.
ii] Baju Zirah. Kita harus mengenakan baju zirah dari bagian atas seperti mengenakan pelindung dada. Pelindung dada kita adalah keadilan, berlaku adil. Keadilan justru akan melindungi kita dari ancaman yang datang dari luar.
iii] Kasut Kaki. Kita diminta untuk mengenakan kasut kaki untuk memberitakan Injil damai sejahtera. Kemanapun kita melangkah, sebaiknya perkataan yang keluar dari kita selalu membawa damai sejahtera bukan pertentangan dan konflik. Kita juga membutuhkan damai sejahtera untuk bisa berdiri dengan tegak dalam peperangan rohani.
iv] Perisai. Dalam segala keadaan, iman harus menjadi pelindung kita dalam menangkis setiap serangan kuasa jahat kepada kita. Iman akan menjadi pelindung pertama kita dalam menangkis panah api dari si jahat. Kuasa jahat akan mengincar kita dari kejauhan melalui panahnya, karena itu perisai iman kita harus selalu kita siagakan. Godaan terbesar adalah untuk menganggap diri kita aman dari bahaya dan di situlah panah api si jahat akan datang.
v] Ketopong/pelindung kepala. Pelindung kepala adalah sepertimemiliki jaminan keamanan dari yang mengutus kita. Pelindung kepala prajurit Roma menutup kepala dengan baik dan pada saat yang sama membantu kita untuk tetap bisa melihat dengan baik.
vi] Pedang. Satu-satunya alat yang bisa kita gunakan untuk menyerang dalam peperangan rohani adalah pedang. Ungkapan pena lebih tajam dari pedang juga bisa kita bayangkan, bahwa Firman Allah dan doa adalah pedang yang tajam untuk menghancurkan kuasa jahat. Doa harus kita gunakan sepanjang waktu untuk mengalahkan kuasa kejahatan. Kita juga harus berdoa dengan segala orang kudus. Orang kudus adalah orang-orang yang memiliki iman luar biasa kepada Allah dan kita diminta untuk mengikuti cara mereka mengenakan persenjataan rohani mereka.
(6:19-20) Paulus juga meminta jemaat Efesus untuk berdoa baginya, supaya dia juga memberikan perkataan yang benar dalam pemberitaan Injilnya kepada yang dilayaninya. Dia meminta supaya saudara-saudara dalam iman tetap berdoa baginya agar dia selalu mampu menyatakan kebenaran Allah.
C. POIN UNTUK DIRENUNGKAN
1. Peperangan rohani.
Gereja arus utama sepertinya mulai melupakan betapa krusialnya kita mempersiapkan diri menghadapi peperangan rohani yang terus menerus kita jalani. Seperti seseorang yang mempersiapkan pidato penutup untuk membakar semangat orang-orang untuk menghadapi perang, Paulus mengucapkan peringatan mengenai peperangan rohani ini. Kita harus selalu ingat bahwa ketika kita lengah, kuasa Iblis akan mengambil alih diri kita. Saya sendiri merasa bahwa kita perlu selalu ingat bahwa peperangan rohani kita mengambil bentuk yang lebih elegan: kejahatan terselubung, keputusan abuabu, dan kejahatan mengatasnamakan Tuhan. Peperangan rohani yang kita hadapi sekarang lebih sulit karena lawan kita tidak begitu terlihat bentuknya.
2. Perlengkapan yang dibutuhkan.
Kebenaran, keadilan, damai sejahtera, iman, pelindung dari Kristus, doa dan Firman Allah. Hal-hal ini adalah perlengkapan yang diperlukan orang-orang Kristen untuk memenangkan pertempuran rohani. Ketujuh hal di atas bukanlah mudah untuk dikenakan di zaman sekarang ini. Bayangkanlah betapa sulitnya kita untuk menjadi benar dan adil, sambil membawa damai sejahtera dan berpegang teguh kepada iman dan Kristus dalam doa dan Firman Allah. Berpakaian satu hal saja sudah sulit apalagi semuanya. Namun, jika kita ingin bertahan sampai akhir, tetaplah mengenakan itu semua. Bertahanlah dan tetap berdiri.
3. Kuasa doa dan Firman Allah.
Paulus pada akhirnya meminta jemaat Efesus untuk mendoakannya. Paulus juga menuliskan bahwa doa dan Firman Allah adalah alat yang bisa dipakai untuk menyerang kejahatan. Kita perlu doa untuk menghadapi tantangan zaman. Doa harusnya menjadi fondasi kehidupan kita. Doa adalah ban utama dalam kendaraan kita dan bukan ban serep ketika segala usaha lain gagal barulah kita berpaling ke doa. Kita perlu pendoa-pendoa untuk segala pelayanan dalam gereja kita.
Pdt. Binsar J. Pakpahan
Viewed 103075 times by 8273 viewers