Semua adalah Karya Allah Semata

church lutheranBahan Sermon Parhalado HKBP Menteng Epistel Minggu Sesudah Trinitatis 2 2015

Markus 4:26-34

A. KONTEKS

Sebagai kitab Injil sinoptik yang paling awal ditulis, Markus merupakan kesaksian yang paling singkat mengenai Yesus. Kemungkinan Injil ini ditulis pada tahun 50-60 M untuk jemaat Penulis Injil Markus bercerita mengenai perjalanan Yesus seperti sebuah drama yang punya awal, klimaks cerita, dan sebuah akhir cerita. Salah satu ciri utama dari Injil Markus adalah bahwa para murid tidak pernah tahu siapa Yesus sesungguhnya sampai beberapa saat. Seperti sebuah cerita misteri, tokoh Yesus digambarkan sebagai seseorang yang tidak dimengerti oleh orang-orang yang dekat dengannya. Para murid hanya mengenalnya sebagai seorang yang bisa melakukan tindakan ajaib, mujizat, mengusir setan, tetapi tidak mengetahui identitas Yesus yang sesunguhnya. Hanya di Markus 8:27-28 lah Petrus mulai mengakui Yesus sebagai sang Mesias, Anak Allah.

Markus 4 ini bisa disebut juga seperti khotbah di tepi danau (Mrk. 4:1). Yesus mengajar orang yang mengerumuninya dari tepi danau. Karena jumlah pendengar yang sangat besar, Yesus harus naik ke sebuah perahu yang berlabuh dan duduk di atasnya. Dalam pasal yang sama, Yesus bercerita mengenai 3 aspek yang berbeda mengenai perumpamaan tentang penabur, benih, dan bagaimana benih itu tumbuh. Dalam Markus 4:1-8, Yesus bercerita mengenai kondisi tempat benih ditabur memengaruhi pertumbuhannya. Dalam penjelasannya kemudian (Mrk. 4:14-20), Yesus menjelaskan bahwa situasi para pendengar juga berpengaruh terhadap bertumbuhnya Firman Tuhan di hati mereka. Lalu, aspek pertumbuhan kedua adalah tentang rahasia pertumbuhan benih itu sendiri (Mrk. 4:27-29). Perumpaan biji sesawi menguatkan kembali betapa suburnya biji sesawi, meskipun berbentuk kecil, dia bisa tumbuh menjadi lebih besar dari sayuran yang lain (Mrk. 4:30-32).

Dalam Markus 4:10, kita bisa melihat bahwa para murid juga tidak mengerti perumpamaan yang dijelaskan Yesus. Mereka harus mendengar penjelasan mengenai perumpamaan itu dari Yesus sendiri. Di ayat 33b-34, tertulis, “Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu dengan cara tersendiri.” Sepertinya tidak semua orang ynag pada waktu itu mendengar perumpamaan Yesus akan dapat memahami sepenuhnya apa yang Dia ceritakan dalam kitab Markus.

 

B. PENJELASAN TEKS

4:26 Istilah Kerajaan Allah diterjemahkan dari he basileia tou theou. Basileia dapat juga diterjemahkan sebagai kuasa atau otoritas seorang raja. Ada sebuah tafsir yang menawarkan bahwa kita harus melihat istilah ini sebagai kekuasaan Allah dan bukan kerajaan Allah, sehingga dia menunjuk kepada sebuah situasi di mana Allah berkuasa dan bukan sebuah lokasi.

4:27 Masih ada perdebatan apakah orang yang menabur benih itu adalah Allah sendiri, Yesus, atau kita sebagai murid-muridNya. Jika Allah adalah penanam benih, maka seharusnya Dia mengetahui bagaimana tunas bertumbuh. Mungkin lebih tepat jika kita menerjemahkan penabur itu sebagai orang-orang yang bekerja untuk mengabarkan Kabar Baik.

4:28 Pesan bahwa Kerajaan Allah bertumbuh bukan karena sang penanam adalah penting. Pertumbuhan benih Kerajaan Allah adalah hasil ajaib yang merupakan pemberian Allah sendiri. Kita, yang menaburkannya, juga tidak akan memahami bagaimana benih itu tumbuh. Ayat ini mengatakan bahwa “Bumi dengan sendirinya (automate) mengeluarkan buah.” Pemahaman misi yang baru mengenai Missio Dei menjelaskan bahwa sebenarnya Allah sendiri yang memiliki misi di dunia ini, dan kita hanya berfungsi sebagai pekabar Injil. Tidak ada manusia yang boleh mengambil penghargaan untuk keberhasilan penginjilan karena itu semua adalah hasil kuasa Allah sendiri.

4:29 Masaknya buah memerlukan waktu. Schweizer, seorang ahli Perjanjian Baru mengatakan,
“The parable with its assurance that the harvest will come stands in opposition to any form of doubt or care which, instead of waiting for God to fulfill his promise, endeavors to force the coming of the Kingdom or to build it — by a revolution like the Zealots, by exact calculations and preparation like the Apocalyptists, or by complete obedience to the law like the Pharisees. Thus the parable is asking if we are willing, for Jesus’ sake, to wait with him for God to do what he is sure to do, and if we are willing to wait with the carefree attitude which is becoming to the children of God, without any spiritual maneuvering or misguided efforts. To build one’s life in this way — entirely upon God’s promise and no longer upon one’s own ability or inability — demands all the feeling, thinking, doing, and speaking of which we are capable” (The Good News According to Mark, 103).

Tetapi, satu hal yang patut kita perhatikan adalah bahwa Allah tetap memerlukan orang yang akan bekerja dan menyabit serta memanen buahnya (Luk. 10:42; Yoh. 4:35).

4:30 Lalu Yesus bertanya lagi mengenai perumpamaan apa yang paling cocok untuk menggambarkan Kerajaan Allah.

4:31 Pada ayat ini Yesus menggambarkan Kerajaan Allah seumpama biji sesawi (mustard seed). Biji sesawi digunakan untuk mengilustrasikan ukuran sebuah benda yang kecil (Mat. 17:20; Luk. 17:6), meskipun di Timur Tengah, biji sesawi bukanlah benih yang terkecil, benih anggrek misalnya berukuran lebih kecil. Yang mau diceritakan dari keutamaan biji sesawi ini adalah bahwa dia adalah benih yang tumbuh di padang pasir dan memberi kesejukan kepada tanah yang gersang. Sesawi adalah semacam semak yang banyak ditemukan di Israel.

4:32 Keistimewaan sesawi adalah dia bertahan hidup di cuaca yang tidak mendukung dan memberi kesejukan bagi makhluk hidup yang lain. Ayat ini mengajar kita untuk tidak melihat pertumbuhan yang besar dan luar biasa. Jika ingin menggambarkan kemegahan pohon yang biasa ditemui di Timur Tengah, seharusnya Yesus menggunakan perumpamaan pohon zaitun atau pohon ara yang bisa tumbuh hingga diameter 4 meter. Dalam kesederhanaannya, pohon sesawi bisa tumbuh dan memberi perlindungan kepada makhluk yang lain.

4:33-34 Ayat ini semakin mengukuhkan misteri yang hendak ditonjolkan oleh kitab Markus bahkan juga bagi para murid yang mengikut Yesus.

C. POIN UNTUK DIRENUNGKAN

1. Kerajaan Allah itu menunjukkan kuasa Allah yang bekerja di luar akal manusia. Kita dipanggil sebagai orang-orang yang menyebarkan benih, dan juga memanen, namun pekerjaan menumbuhkan benih tersebut ada di tangan Allah. Perumpamaan ini hendak mengingatkan pendengarnya supaya bekerja mengabarkan kabar baik, namun tidak jatuh kepada kesombongan jika pekerjaannya berhasil. Semua pekerjaan yang berbuah adalah hasil karya Allah. Ini adalah hal yang sulit untuk mereka yang ingin dikenal dan diakui karyanya dalam mengabarkan kabar baik. Paulus adalah salah satu contoh yang menunjukkan prinsip ini. Dia mengatakan bahwa tugasnya adalah mengabarkan Injil, dan upahnya adalah bahwa dia boleh mengabarkan Injil tanpa upah (1Kor. 9:18). Jika kita melihat karya Allah, maka kita akan selalu diingatkan akan karyaNya yang luar biasa. Tidak ada seorangpun manusia yang boleh mengambil

kredit atas apa yang Allah lakukan, terutama dalam menumbuhkan benih Kerajaan Allah. Ungkapan-ungkapan seperti: “Saya yang membangun gereja itu!” atau “Kalau bukan karena saya, mungkin jemaat ini tidak akan bisa bertahan!” tidak boleh keluar dari seseorang yang menyadari akan besarnya kuasa Allah.

  1. Kerajaan Allah terlihat dari fungsinya yang meneduhkan dan memberi tempat bersandar bagi orang-orang yang memerlukan perlindungan. Mungkin banyak orang yang masih mencari Kerajaan Allah dalam bentuk kemegahan gedung gereja, banyaknya orang yang datang (mega church) atau pengaruh politik gereja dalam sebuah negara. Perumpamaan sesawi mengajarkan saya, bahwa kekuasaan Allah terlihat dari sesuatu yang tampak biasa – semak belukar, hingga pohon sesawi. Hal yang membuat sesawi menjadi luar biasa adalah ketika dia menjadi peneduh dan melindungi makhluk yang lain. Fungsi Kerajaan Allah menjadi jelas bukan ketika dia naik ke tampuk kekuasaan yang paling tinggi, atau ketika dia berhasil membuat yang lain ketakutan melihatnya, melainkan ketika dia memberi naungan kepada makhluk hidup yang kehausan di tengah padang gurun.
  2. Tidak semua orang bisa memahami sepenuhnya kabar baik yang diajarkan oleh Yesus. Dalam zaman sekarang ini, di tengah banyaknya ahli tafsir dan penerjemah, arti sebenarnya dari Injil justru tidak semakin mudah ditemukan. Firman Tuhan sering terdistorsi oleh ragam tafsiran, mulai yang ortodoks sampai yang liberal. Tuhan Yesus perlu menguraikan kepada para murid agar mereka bisa memahaminya. Dalam hal ini, saya melihat bahwa semua orang perlu betul-betul mengenal Kristus secara pribadi setelah dia berkenalan dengan Firman Tuhan dalam komunitas. Dalam sebuah skripsi, seorang mahasiswa STT Jakarta menuliskan “Dinamika Otonomi, Heteronomi dan Teonomi: Tinjauan terhadap Pemikiran Karl Barth dan Paul Tillich Mengenai Dinamika Otoritas yang Hadir dalam Kekristenan.” Dalam skripsi ini, dia bergumul mengenai, siapakah yang memiliki otoritas tertinggi dalam memahami apa makna Firman Allah sesungguhnya dalam pemikiran dua teolog besar: Karl Barth dan Paul Tillich. Penemuannya adalah bahwa hubungan pribadi seseorang dengan Allah (otonom dan Teonom) akan membawa seseorang mengetahui apa kehendak Allah dengan pemeriksaan kepada unsur heteronomi (orang lain/komunitas). Kenalilah Firman Allah, belajarlah mencari kehendak Allah, dan bagikanlah misterinya dalam komunitas murid Kristus untuk menjadi penabur benih dan penyabit panen dalam Kerajaan Allah.

Pdt. Binsar J. Pakpahan

Viewed 70382 times by 9266 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *