FIRMAN ALLAH MEMBAWA KEBAIKAN BAGI YANG PERCAYA

Mazmur 119 ay 129 smpi 136 sermon mentengBahan Sermon Parhalado HKBP Menteng
Epistel Minggu Trinitatis VI 2014

FIRMAN ALLAH MEMBAWA KEBAIKAN BAGI YANG PERCAYA
MAZMUR 119:129-136

A. KONTEKS
Mazmur 119 ditulis dengan sebuah ciri acrostic. Gaya ini digunakan dengan format penulisan setiap alfabet dalam bahasa Ibrani digunakan sebagai huruf awal dari 8 ayat isi mazmur tersebut. Artinya, 22 alfabet (yang digunakan dalam bahasa Ibrani) akan dikali 8 (ayat) berarti totalnya menjadi 176 ayat. Salah satu pesan utama dalam mazmur ini adalah sebuah kehidupan yang menunjukkan kepatuhan kepada Allah, yang adalah Allah dari sebuah keteraturan, yang terlihat dari bentuk mazmur ini sendiri.
Salomo membangun bait Allah di Yerusalem yang kemudian dihancurkan oleh bangsa Babilonia. Setelah kembali dari pembuangan, mereka mulai membangun bait Allah lagi. Mazmur 119 diduga adalah bagian dari mazmur baru yang dibuat untuk merayakan pembangunan dan kembalinya umat Israel dari tanah pembuangan. Ada yang mengatakan bahwa penulis mazmur ini adalah Ezra, seorang pemimpin Yahudi (tahun 450 sM); atau ada juga yang menduga bahwa yang menulis setiap ayatnya adalah orang-orang yang berbeda.
Selain itu, ada 8 kata istimewa yang selalu diulang dalam sebagian besar dari 176 ayat dalam pasal 119 ini. Kata-kata itu adalah:
1. Firman/Hukum (dabar).
2. Ucapan (imrah).
3. Aturan, hukum, sejarah (chuqqim).
4. Penghakiman (mishpatim).
5. Taurat, ajaran (torah).
6. Perintah (mitsvat).
7. Petunjuk (piqqudim).
8. Kesaksian (eduth).
Kedelapan kata ini akan selalu muncul dalam Mazmur 119. Pola umum dalam mazmur ini menampakkan betapa rindunya sang pemazmur akan Firman dan ketetapan-ketetapan dari Tuhan.
Bagian yang kita baca ini adalah delapan ayat yang dimulai dengan alfabet pe – פ. Tiap ayat dimulai dengan huruf pe: “ajaib” (pila’ot), “tersingkap” (petach), “mulutku” (pi), “berpalinglah” (pe’amay), “langkahku” (pe’ami), “bebaskanlah” (pedeni), “wajah-Mu” (paneyka), dan “aliran” (palgey).

B. PENJELASAN TEKS
119:129 Peringatan-peringatan-Mu* (eduth – ‘ê•ḏə•wō•ṯe•ḵā) ajaib, itulah sebabnya jiwaku memegangnya. 119:130 Bila tersingkap, firman-firman-Mu* (dabar – də•ḇā•re•ḵā) memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh. 119:131 Mulutku kungangakan dan megap-megap, sebab aku mendambakan perintah-perintah-Mu* (miswat – lə•miṣ•wō•ṯe•ḵā).
KOMENTAR: Ayat 129-131 menunjukkan bahwa firman, perintah, dan perintah Allah adalah tempat karunia. Pemazmur ingin berpegang dan melakukan segala peringatan Allah. Dari kesadaran akan peringatan ini dia mengajarkannya kepada orang lain. Kata “ajaib” sering digunakan untuk menggambarkan kekuasaan Allah dalam mazmur (mis. 77:10; 105:2). Firman Allah memiliki karakter ajaib ini. Melalui orang yang mencintai dan mendambakan Firman-Nya, Allah membebaskan dan memberikan karunianya kepada orang lain.
Keteguhan pemazmur untuk memberikan penekanan terhadap ketergantungannya atas Firman Allah memperlihatkan bahwa kita tidak boleh melupakan Firman Allah. Kesadaran akan “hukuman” yang mereka pernah alami sebagai sebuah bangsa membuat pemazmur tidak ingin lagi kehilangan arah dalam perintah-perintah Allah.

119:132 Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebagaimana sepatutnya terhadap orang-orang yang mencintai nama-Mu (miswat – kə•miš•pāṭ). 119:133 Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu* (imrah – bə•’im•rā•ṯe•ḵā), dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku. 119:134 Bebaskanlah aku dari pada pemerasan manusia, supaya aku berpegang pada titah-titah-Mu (piqqudim – piq•qū•ḏe•ḵā). 119:135 Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu* (piqqudim – ḥuq•qe•ḵā) kepadaku.
KOMENTAR: Ayat 132-135 meminta Allah untuk tetap memihak kepada orang-orang yang mencintai Firman-Nya. Pemazmur meminta dukungan (berpalinglah kepadaku), tuntunan (teguhkanlah langkahku), pembebasan (bebaskanlah aku dari pada pemerasan manusia), dan berkat (sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu).
Isi dari permintaan ini adalah permintaan dan pengakuan iman yang sangat mendasar bahwa kita tidak bisa mengandalkan iman dan kekuatan kita sendiri. Kita harus percaya dan berpegang kepada perintah allah supaya bisa lepas dari segala kejahatan.

119:136 Air mataku berlinang seperti aliran air , karena orang tidak berpegang pada Taurat-Mu* (torah – ṯō•w•rā•ṯe•ḵā).
KOMENTAR: Kalimat penutup dari bagian ini bukan untuk menunjukkan kesombongan rohani sang pemazmur karena dosa orang lain. Dia justru harus kita baca dalam konteks komunal. Ketika komunitas yang ada di sekitar kita tidak lagi melakukan firman Allah, maka kitalah yang harus mengingatkan mereka untuk kembali ke jalan Allah.

C. POIN UNTUK DIRENUNGKAN
Pada dasarnya Mazmur 119 adalah untuk menyatakan kecintaan terhadap Firman Tuhan. Dari situ kita bisa belajar mengenai siapa Allah dan apa keinginannya atas kehidupan kita. Roma 8:26-30 (evangelium) ingin menunjukkan bahwa kita hanya bisa memahami Firman Allah melalui Roh Kudus, dan semua akan mendatangkan kebaikan kepada mereka yang mengasihi Dia. Semua rencana Allah bagi manusia, termasuk rencana pembuangan dan kedukaan yang tidak kita mengerti, adalah berkat. Mazmur 119:1-2 menyatakan inti dari pasal ini,
“119:1 Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. 119:2 Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.”Ada 3 hal yang bisa menjadi pokok renungan dari teks ini.
1. Kita harus terus menerus memberikan hati dan kerinduan kita untuk belajar lagi mengenai Firman Allah. Pengetahuan kita akan Firman ini harus dilanjutkan dengan pengajaran pengenalan Firman kepada yang belum mengenal Allah. Allah menggunakan kita untuk meraih yang lain. Firman Allah harus selalu menjadi pegangan utama dalam kehidupan orang percaya. Hal ini bisa dikaitkan dengan firman minggu lalu yang menunjukkan bahwa hanya Allah-lah Tuhan kita. Mazmur ini mendorong kita untuk kembali ke hati yang mencintai Firman Allah. Pengetahuan yang semakin berkembang membuat kita semakin kurang menghargai Alkitab.

2. Pengakuan iman yang sangat mendasar bagi orang percaya adalah bahwa kita membutuhkan Firman Allah sebagai dasar dan penunjuk jalan yang benar. Maksud dari Firman ini bisa kita ketahui sepenuhnya ketika kita memiliki dan dituntun oleh Roh Kudus. Karena itu, pengetahuan akan Firman Allah harus diikuti oleh spiritualitas yang baik (baca: Roh Kudus). Ada banyak ahli kitab yang belajar mengenai Alkitab hanya sebagai sebuah buku yang harus dipelajari secara kritis historis tanpa mengimaninya. Ini mengingatkan kita bahwa pengetahuan akan Firman Allah harus kita lakukan dan kita Imani.

3. Kita bertugas untuk mengingatkan mereka yang tidak lagi mencintai Firman Allah untuk kembali kepada petunjuk kehidupan kita. Ketika ada orang yang salah, kita harus mengingatkan mereka akan jalan yang benar. Saya memiliki pemikiran bahwa teologi yang baik harus selalu mengingatkan dan menjawab apabila teologi yang buruk muncul. Kita tidak bisa diam dan membiarkan yang salah berjalan tanpa kita ingatkan.

Pdt. Binsar J. Pakpahan

Viewed 13284 times by 4500 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *