Kedatangan Tuhan

OLYMPUS DIGITAL CAMERAKhotbah Minggu 24 November 2013 HKBP Sutoyo

Kedatangan Tuhan

1 Tesalonika 4:13-18

 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Ketika saya tinggal dan melayani sebagai pendeta jemaat di Belanda, ada sebuah nasihat yang diucapkan oleh promotor/dosen pembimbing doktoral saya mengenai pelayanan sebagai pendeta. Beliau mengatakan bahwa peristiwa kematian/penguburan adalah kesempatan yang terbaik untuk mengabarkan harapan kepada masyarakat yang semakin kehilangan kepercayaan kepada Allah.

Saya telah menghadiri beberapa pemakaman tanpa upacara agama, ya upacara pemakaman non-religius. Dalam aula, jenazah akan dibaringkan di depan, dan pengunjung akan masuk ke ruangan diiringi oleh lagu favorit sang mendiang. Foto-foto akan ditampilkan di layar di depan. Semua acara sudah diatur dengan baik oleh perusahaan pemakaman – yang diatur oleh asuransi pemakaman yang dipilih oleh mendiang semasa hidupnya. Pembawa acara akan membuka acara tersebut, beberapa orang akan mengucapkan kata-kata perpisahan terhadapnya, sambil menampilkan foto dan video yang ada. Pada akhirnya, semua pengunjung akan berjalan mengelilingi peti jenazah, memberi penghormatan terakhir, dan berjalan ke luar di mana kopi, teh, dan kudapan ringan menanti mereka. Dalam upacara pemakaman seperti itu, semua yang hadir menyadari bahwa kehidupan akan berakhir, dan tidak ada hal yang lain sesudahnya. Kematian adalah akhir segalanya.

Salah satu cara untuk meneruskan kenangan akan orang-orang yang mendahului kita, orang Belanda memiliki cara unik, yaitu menempatkan abu kremasi menjadi pupuk bagi benih pohon. Pohon ini kemudian ditanam, dan keluarga memiliki kesempatan untuk merawatnya. Seseorang tidak akan berakhir, melainkan akan meneruskan kehidupannya menjadi pohon. Menurut saya ini adalah sebuah ide yang baik, namun juga bisa dipertanyakan, misalnya apa yang akan terjadi kemudian dengan pohon itu kalau dia mati?

Apakah kematian merupakan akhir dari segalanya? Di sini ucapan promotor saya menjadi jelas. Dia hendak mengingatkan bahwa sebagai orang percaya, kita tahu bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Karena Kristus telah bangkit, kita yang percaya juga akan dibangkitkan pada akhirnya nanti. Kematian adalah awal dari suatu kehidupan yang baru. Paulus bahkan mengatakan bahwa kematian dalam Kristus adalah keuntungan (Fil. 1:21).

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Surat 1Tesalonika adalah surat pertama yang ditulis oleh Paulus bersama dengan surat Galatia. Apabila kita memperhatikan Surat 1Tesalonika ini, maka kita akan melihat betapa besarnya perhatian Paulus terhadap kedatangan Kristus yang kedua kali.

Misalnya: (1Tes. 1:10) “dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.”

(1Tes. 2:19) “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu?”

(1Tes. 3:13) “Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.”

Lalu bagian yang kita baca ini, dan terakhir di 1Tesalonika 5:2, “karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.”

Intinya Paulus mau mengatakan bahwa pada akhirnya Kristus akan datang dan membawa semua orang percaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Pertanyaan utama dalam Jemaat Tesalonika adalah apa yang akan terjadi kepada mereka yang telah meninggal sebelum Kristus datang kembali? Di sini, kita bisa memahami apa yang Paulus katakana, bahwa yang telah meninggal akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia (ay. 14), lalu kita yang hidup akan diangkat bersama-sama dengan mereka (4:17).

(LUKAS 20:27-38 -> mengenai seorang perempuan yang memiliki 7 suami)

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus, apa maksud ayat ini untuk kita saat ini?

1. Jangan berdukacita tentang orang yang telah meninggalkan kita seperti orang yang tidak mempunyai pengharapan. Kematian buat orang percaya adalah sebuah awal baru. Kita semua akan memiliki kehidupan kembali sesudah kematian.

Dukacita akan kehilangan yang kita kasihi memang sangat dalam, namun kita tidak berduka seperti orang yang tidak punya harapan. Kita masih punya harapan.

Contoh: kedukaan yang membawa kegelapan.

2. Kematian bukan akhir, melainkan awal yang baru, sudah berapa siapkah kita menyambutnya?

Ketika saya pulang ke Indonesia Juni 2010 yang lalu saya tahu bahwa ompung (nenek/ompung) saya sakit keras. Beliau berusia 82 tahun dan sudah hampir 10 tahun berjuang melawan hepatitis c. Saya tahu bahwa kepulangan saya adalah saat terakhir kali saya bisa bertemu dengan beliau. Saya hanya pernah mengenal satu ompung, yaitu dia. Orangtua ayah saya sudah meninggal ketika ayah masih muda. Jadi ompung ini adalah ompung yang membela saya ketika saya nakal, yang memberi uang jajan ekstra, yang menghibur kalau dimarahi orangtua, dia adalah ompung yang sangat saya sayangi. Sebelum saya pulang, saya beberapa kali menelepon dia dan meminta dia untuk menunggu saya pulang. Satu hal yang selalu dia bilang bahkan sebelum dia kritis adalah, “Jangan lagi berdoa umur panjang, ompung sudah ingin kembali ke Rumah Allah.”

Lalu, ketika saya tiba di Indonesia, saya diminta untuk segera terbang ke Medan karena keadaan ompung sudah kritis. Saya segera ke Medan. Malam itu, hari Jumat, saya menemuinya di Rumah Sakit di Medan. Keadaannya sangat payah, tetapi dia masih sadar. Dia melihat saya dan tersenyum… Lalu dia berkata, “Kamukah itu Binsar? Sampai juga kamu ya.” Lalu dia melanjutkan ucapannya lagi, “Jangan lagi doakan kesembuhanku, ompung sudah ingin kembali ke rumah Allah.” Ini adalah ucapan yang terus menerus diucapkannya kepada kami.

Hari minggu, saya memimpin kebaktian minggu di kamarnya di rumah sakit. Lalu semua putra putrinya sepakat untuk berdoa agar kehendak Tuhanlah yang terjadi atas hidup ompung. Setelah kebaktian saya usap kepala ompung, menciumnya, dan berkata, “Pulanglah ompung dalam damai.” Lalu ompung berkata, “Sudah selesai semua cucuku.” Ompung meninggal dunia tiga jam kemudian, diiringi doa dan nyanyian gereja dari keturunannya yang hadir di situ.

Satu hal yang saya ingat adalah, dia selalu berkata, “Saya mau pulang ke rumah Allah.” Ompung tahu bahwa dia akan kembali ke Rumah Allah. Dan dia kembali ke rumah Allah.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Orang-orang yang akan kita peringati hari ini sudah pergi dari tengah-tengah kita. Mereka sudah meninggalkan kita. Kalau mereka hidup untuk Tuhan, mereka akan kembali ke rumah Bapa di sorga. Mereka sudah tenang bersama sang Penciptanya.

Memperingati kepergian orang-orang yang sudah meninggal sebenarnya bukan untuk mereka yang telah pergi. Kita melakukannya untuk kita sendiri. Kita melakukannya untuk menghibur hati yang terluka karena ditinggal pergi suami, isteri, ayah, ibu, anak, atau anggota keluarga yang lain. Mereka sudah kembali ke rumah Bapa. Tugas mereka sudah selesai. Tetapi kita masih di sini.

Karena itu kita bergembira karena Tuhan Yesus sudah menyiapkan tempat bagi kita, Yohanes 14:2 berkata “Di Rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagiMu.”

3. Percaya kepada kehidupan sesudah kematian bukanlah hal yang bodoh, melainkan hal yang meyakinkan kita akan jaminan kehidupan abadi Allah.

Ketika saya tinggal di Amsterdam, saya sempat mendiami sebuah rumah bersama dua orang mahasiswa Belanda. Kami sering berinteraksi dan berbagi mengenai macam-macam hal. Seorang teman, Hugo, adalah orang yang sangat penasaran dengan kepercayaan saya. Dia sendiri berasal dari keluarga yang pergi ke gereja, namun memutuskan bahwa iman itu tidak lagi kompatibel dengan apa yang dipelajarinya dalam sains. Beberapa pertanyaan yang pernah diajukannya adalah: “Apa tujuan Tuhan membuat dunia ini?” “Apa kemungkinannya bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam semesta yang begitu kompleks?” “Mengapa Gereja sering menuduh sains sesat?” dan lain sebagainya. Salah satu diskusi kami yang cukup hangat adalah mengenai siapa yang menciptakan Tuhan. Dia mengatakan bahwa di tengah kerumitan alam semesta, dan jika memang Tuhan yang menciptakannya, maka siapa yang menciptakan Tuhan? Kami mengakhiri diskusi itu dengan kesepakatan untuk tidak sepakat.

Ateisme adalah sistem kepercayaan yang tidak percaya terhadap seorang “teos” (Yang Ilahi). Definisi ini tentu memiliki beberapa masalah. Beberapa agama sendiri tidak percaya kepada “Yang Ilahi” namun lebih ke konssep mengenai pemenuhan diri sendiri (mis. beberapa cabang dalam Buddhisme). Ada yang mengatakan bahwa ateisme bukanlah orang yang tidak percaya kepada Yang Ilahi, namun lebih kepada sistem pemikiran yang tidak percaya kepada lembaga agama. Namun demikian, definisi ini juga mengundang pertanyaan lebih lanjut, jika memang definisi ini benar, maka dalam menolak lembaga keagamaan, ateisme juga menjadi sebuah lembaga.

Ada perbedaan Antara “ateisme lemah” dan “ateisme kuat.” “Ateisme lemah” adalah sikap skeptis terhadap keberadaan Allah. Sementara itu, “ateisme kuat” adalah penolakan terhadap keberadaan Allah. Ada perbedaan mendasar di antara kedua paham ini. Istilah lain yang sering dicampur dengan paham ateisme adalah agnostik. Definisi modern agnostik adalah kepercayaan bahwa keberadaan atau ketiadaan Yang Ilahi adalah tidak bisa dipastikan. Agnostisime memegang sikap skeptis terhadap pertanyaan ini, jadi mereka selalu berada di tengah dan meragukan keduanya. Menurut kaum agnostik, manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah Allah ada atau tidak ada (T.H. Huxley 1876).

Sementara itu, ada juga kaum yang menyebut dirinya sebagai “freethinker,” yaitu orang yang berpikir secara bebas dan terbuka untuk semua kemungkinan, namun bersedia menguji bukti dan diuji melalui metode saintifik.

Ada beberapa argumen yang mereka ajukan yang perlu saya garisbawahi:

Tidak ada surga atau neraka

Sesudah manusia mati, maka segala sesuatu berhenti baginya. Untuknya, tidak ada kehidupan sesudah kematian. Jika ada kehidupan sesudah kematian, maka dia memilih untuk menjalani hidupnya sekarang dengan nilainya sendiri, menjadi manusia yang humanis, tanpa berpikir tentang konsekuensi sesudah kehidupan.

Kebahagiaan berasal dari diri sendiri

Manusia menjadi bahagia karena pilihan-pilihan yang dibuatnya dan bukan karena sebuah makhluk yang tak terlihat – yang ucapannya diartikan oleh sejumlah penafsir/tokoh agama – yang mengatur hidupnya, dan menjelaskan apa itu kebahagiaan baginya. Prinsip kasih muncul dalam hidupnya karena alam semesta memberi petunjuk agar manusia bisa hidup bersama dengan makhluk yang lain. Berdasarkan kehidupan demikian, manusia menjadi bahagia.

Beberapa argumen yang diajukan oleh kaum ateis terdengar rasional dan juga sesuai dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh zaman ini. Dalam banyak hal, ateisme adalah sebuah protes terhadap kaum agama – atau institusi religius – yang melakukan berbagai hal dengan mengatasnamakan Tuhan. Mereka melihat bahwa, meskipun banyak hal baik muncul dari orang yang memiliki iman kepada Tuhan, banyak perang dan kekacauan juga dilakukan oleh mereka yang didorong oleh iman mereka tersebut.

Spiritualitas yang mereka tawarkan adalah nilai moral yang berpusat kepada eksistensi manusia itu sendiri. Ini adalah ciri utama ateisme. Tentu, kita bisa mempertanyakan berbagai argumen yang mereka ajukan untuk tetap menjadi ateis; namun perkembangan mereka yang tidak lagi percaya kepada sebuah sistem religius harus kita hiraukan (2,01% dari populasi dunia dan 9,66% menyatakan non-religius – World Factbook 2010). Kaum ateis juga bertumbuh di Indonesia (lihat http://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/ dan http://indonesianatheists.wordpress.com/

Saya sendiri masih melihat bahwa pertumbuhan ateisme dimulai oleh kemajuan teknologi – yang juga merupakan hasil dari Reformasi Kristen dan Abad Pencerahan, serta kekecewaan orang terhadap kekerasan yang masih dilakukan oleh lembaga atau orang-orang yang mengaku memiliki kepercayaan tertentu. Kita harus menyikapi ini dengan menampilkan wajah sesungguhnya dari iman kita kepada Allah yaitu kasih terhadap yang lain. Semoga makalah singkat ini bisa membawa kita kepada diskusi mengenai Ateisme (BJP).

Viewed 19858 times by 5714 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *