Pemulihan Kristus yang Sesungguhnya

parable jairusBahan Khotbah Sekber UEM 28 Juni 2015

PEMULIHAN KRISTUS YANG SESUNGGUHNYA
MARKUS 5:21-43

 

A. PENDAHULUAN DAN KONTEKS

Markus adalah seorang sahabat Petrus (lihat Kis. 12:12, 25; Kis. 13:5, 13) dan menulis Injil tertua di antara ketiga Injil sinoptik. Injil Markus menjadi referensi penulisan Injil Matius dan Injil Lukas. Injil ini ditulis pada tahun 50-60 di daerah Italia. Markus mungkin menulis Injilnya dengan konteks jemaat Roma sehingga dia perlu menjelaskan kebiasaan Yahudi (7:2-4; 15:42) dan menuliskan bahasa aramaik dan menjelaskan artinya dalam beberapa teks (misalnya teks kita “talita kum”). Karena jemaat Roma mulai menghadapi kesulitan, banyak cerita Markus memberi pesan kekuatan di dalam kesulitan karena Kristus akan datang dan menyelamatkan. Beberapa tema utama yang ada dalam kitab Markus adalah: salib, pemuridan, ajaran Yesus, rahasia mesianik, dan Anak Allah.

Markus 4:35 – 5:43 memperlihatkan kuasa Yesus di beberapa level. Yesus mampu mengendalikan alam (4:39); mengusir roh jahat yang mengakui Yesus sendiri sebagai Anak Allah yang Mahatinggi (5:7-13); menyembuhkan perempuan yang mengalami pendarahan tanpa harus menyentuhnya; dan terakhir kuasa atas kematian dengan membangkitkan anak perempuan Yairus. Gambaran kekuasaan Yesus ini harusnya mampu membuat orang yakin, atau paling tidak bertanya-tanya, siapakah yang mampu melakukan hal itu semua?
Teks yang kita baca memperlihatkan bagian di mana Yesus berkuasa atas kesembuhan sang perempuan dan atas kematian. Kedua hal ini ternyata berada dalam kuasa Yesus. Cerita ini menunjukkan kuasa Yesus yang memulihkan seorang perempuan dari berbagai kesulitannya melalui imannya, dan mengembalikan kehidupan kepada sebuah keluarga yang notabene berasal dari golongan yang memusuhinya.

B. PENJELASAN TEKS

Di Markus 4:35, kita bisa membaca bahwa Yesus bertolak ke seberang danau Galilea setelah mengajar banyak orang. Di seberang, di daerah orang Gerasa, Yesus baru saja mengusir roh jahat, Legion, dari seseorang yang berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit. Yesus mengusir roh jahat dari orang tersebut ke dalam kira-kira dua ribu babi. Setelah bertolak kembali lagi ke seberang, karena didesak orang-orang Gerasa untuk meninggalkan daerah itu, Yesus disambut oleh orang banyak. Kedatangan Yairus yang langsung menjatuhkan dirinya di kaki Yesus membuat peristiwa ini menjadi sebuah tontonan yang menarik. Yairus adalah seorang kepala rumah ibadat, imam dari sebuah sinagoge. Posisinya bisa kita samakan dengan seorang imam besar di Mesjid, di mana dia memiliki pengaruh yang besar.

Sebagai seorang ayah yang mencari kesembuhan buat putrinya, Yairus mendengar bahwa Yesus bisa melakukan keajaiban dan menyembuhkan orang-orang sakit. Karena itu, kita bisa membayangkan bahwa Yairus menanti kepulangan Yesus dari seberang danau bersama orang-orang lain. Dia tidak peduli kepada kesepakatan para koleganya untuk menolak ajaran Yesus. Dia sudah mendengar dan mungkin melihat karya Yesus sendiri. Begitu melihat Yesus, dia segera memohon agar Yesus datang dan “meletakkan tangan-Nya” supaya anak perempuannya bisa hidup. Yesus mendengar pemohonan ini dan menyadari gentingnya situasi tersebut, lalu mereka pergi untuk menemui anak perempuan Yairus. Orang banyak tetap mengerumuni mereka sepanjang perjalanan.
Yairus pasti merasa kesal karena perjalanan mereka terganggu oleh banyaknya orang yang mengerumuni Yesus, sementara setiap menit berarti untuk kelangsungan hidup putrinya. Tetapi justru dalam “kepanikan” ini, ada gangguan lain yang datang. Yesus tiba-tiba berhenti lalu bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”

Adalah seorang perempuan yang menderita pendarahan selama dua belas tahun. Penderitaan yang dialaminya melebihi sakit fisik, namun juga pengasingan dan tekanan sosial. Sebagai seseorang yang sakit pendarahan, dia tidak akan diizinkan untuk beribadah di sinagoge karena dianggap tidak suci, tidak boleh berhubungan dengan suaminya, dan tidak boleh menyentuh orang lain. Obat-obatan yang dicobanya juga tidak membuatnya lebih baik. Dari Talmud, cara penyembuhan pendarahan adalah sbb.:
“Minum dari ramuan bubuk dari karet, tawas dan tanaman krokus. Atau meminum ramuan bawang Persia yang dimasak dalam anggur dengan jampi-jampi “Keluarlah dari aliran darahmu!” Ada juga yang meresepkan kejutan tiba-tiba, atau membawa abu telur burung unta dalam kain tertentu (William Lane 1974, 192).”

Perempuan ini adalah kaum yang terpinggirkan dari masyarakatnya, di mana dia dianggap tidak bersih. Kemungkinan, semua uangnya juga sudah dihabiskannya untuk mencari kesembuhan. Perempuan ini merasa bahwa ketika semua harapan sudah habis, dia mendengar kuasa Yesus yang berjalan melewatinya. Karena Yesus dikerumuni orang banyak, perempuan ini yakin bahwa dengan menyentuh jubah Yesus dia akan bisa sembuh. “Tanpa berbicara kepada-Nya pun aku bisa sembuh,” demikian mungkin hal yang ada dalam pikirannya. Karena dia tidak boleh menyentuh manusia lain, maka dia memutuskan untuk menyentuh jubah Yesus.

Setelah menyentuh Yesus, perempuan ini merasa kesembuhan dan dia segera menghilang kembali di keramaian. Tetapi justru di saat inilah, Yesus tiba-tiba berhenti lalu bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”
Murid-murid-Nya menjawab dengan setengah tidak percaya, bahwa di antara sekian banyak orang yang berkerumun dan saling mendorong, Yesus bertanya tentang siapa yang menjamahnya. Sang perempuan yang sembuh ini tahu siapa yang Yesus maksud, karena dia merasa kesembuhan dan bukan orang lain. Di antara sekian banyak yang menyentuh Yesus, justru perempuan itulah yang sembuh. Yesus menjelaskan bahwa iman sang perempuanlah yang menyelamatkannya.

Tindakan Yesus yang berhenti untuk menyapa sang perempuan bisa diartikan ke dalam beberapa hal. Perempuan itu diberi kesempatan untuk menyampaikan kesaksiannya mengenai kesembuhannya, sekaligus kesaksian banyak orang yang menyaksikan hal tersebut. Yesus juga cepat mengungkapkan bahwa bukan jubah-Nya yang menyembuhkan perempuan itu, melainkan iman sang perempuan.

Lalu bagaimana dengan Yairus?

Dia tentu tidak mengharapkan hal ini. Mengapa Yesus harus berhenti dan mencari siapa orang yang menyentuhnya, sementara dia sedang berlomba dengan waktu untuk menyematkan putrinya. Perempuan yang menjamah jubah Yesus bisa menimbulkan dua perasaan bagi Yairus. Pertama, dia merasa semakin yakin atas kuasa Yesus yang berhasil menyembuhkan sang perempuan. Namun di saat yang sama dia juga merasa bahwa Yesus sedang membuang-buang waktu berharga. Namun, siapa yang bisa mempercepat langkah Yesus?

Tepat di saat seperti ini, seseorang datang memberi kabar bahwa putrinya sudah meninggal. Pandangannya langsung gelap. Seluruh dunianya runtuh. Saat ini, pikirnya, tidak seorangpun bisa menolongnya lagi, Yesus pun tidak bisa. Saya tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Yairus ketika Yesus berkata, “Jangan takut, percaya saja!”
Mereka tetap berjalan menuju rumah dan mendapati bahwa proses pemakaman sudah dimulai. Ketika Yesus menyatakan, “Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” orang-orang yang hadir menertawakan-Nya. Mereka adalah orang yang dipanggil untuk berduka secara professional. Dalam tradisi pemakaman Yahudi, para penduka professional adalah orang yang menangis dan meratap dengan suara nyaring. Mereka pasti dipanggil jika seseorang sudah meninggal. Jika ada orang yang baru datang dan mengatakan bahwa yang meninggal itu hanya tertidur, maka orang itu pasti delusional.

Yesus pun mengusir mereka. Hanya ibu dan ayah anak itu yang diajak masuk ke dalam kamar. Lalu Yesus menyentuh anak perempuan itu dan berkata “Talita kum!” (Ταλιθα κουμ) atau “Anak gadis kecil, bangkitlah!” Mereka yang menyaksikannya merasa takjub, karena inilah kali pertama mereka menyaksikan Yesus membangkitkan orang mati.

Yesus memberi dua perintah, yang pertama bahwa tidak seorangpun boleh tahu mengenai apa yang terjadi, karena hal ini akan lebih mempersulit perjalanan Yesus ke depan dengan semua orang yang mendengar mengenai hal ini. Kita bisa membayangkan bahwa akan semakin banyak orang yang datang untuk memohon Yesus menghidupkan orang-orang terkasih mereka. Kedua, Yesus meminta kebutuhan fisik anak perempuan itu dipenuhi, yaitu diberi makan.

C. POIN UNTUK DIRENUNGKAN

1. Kerendahan hati dan keputusasaan untuk meminta bantuan
Yairus yang adalah seorang pemimpin terkenal tentu mengenal siapa Yesus, orang yang dimusuhi oleh kelompoknya sendiri. Yesus adalah orang yang telah menimbulkan gangguan dan guncangan dalam komunitasnya. Tetapi, Yairus mengesampingkan semuanya itu untuk memohon bantuan Yesus. Dalam cerita yang sama di Injil Matius, Yairus datang ketika anak perempuannya sudah meninggal (Mat. 9:18), sehingga keberaniannya mendatangi Yesus adalah luar biasa. Markus bercerita mengenai proses keputusasaan yang mencapai titik nadir ketika Yairus mendengar putrinya meninggal. Sang perempuan mengalami keputusasaan dan akhirnya tidak berani secara frontal meminta bantuan. Di tengah keputusasaan kedua orang ini, mereka berpaling kepada Kristus. Karena imannya, mereka ditolong.

Berapa banyak orang yang berpaling kepada Tuhan ketika berada dalam posisi hopeless dan berapa yang akhirnya mencari kuasa lain di luar Allah? Apa yang menjadi halangan kita dalam meminta pertolongan kepada Allah? Apakah harga diri, ketakutan ditolak, perasaan rendah diri, keraguan akan kemampuan Allah menolong? Berbagai hambatan yang dimiliki kedua orang dalam cerita ini tidak membuat mereka berpaling kepada penolong yang lain.

2. Pemulihan oleh Kristus
Pemulihan yang terjadi karena Kristus datang dari iman. Yesus dengan sengaja berhenti untuk menunjukkan bahwa dia menyadari keberadaan sang perempuan yang mengalami pendarahan. Dia menyapa perempuan itu dan memulihkannya seutuhnya, secara fisik dan sosial. Dia bahkan menegaskan bahwa iman sang perempuanlah yang menyelamatkannya. Yesus mengambil waktu untuk memberi tahu bahwa Dia tahu dan peduli terhadap masalah yang kita hadapi. Orang lain mungkin tidak akan tahu dan merasakannya, tetapi orang yang dipulihkan dan dijamah oleh Kristus tahu persis apa yang terjadi pada dirinya. Kristus memberi sentuhan pribadi melalui ucapan, dan sentuhan kepada anak perempuan Yairus. Sentuhan Kristus seperti apa yang anda rasakan telah memulihkan anda?

3. Interupsi dan Penundaan
Jika anda adalah Yairus, tentu anda menginginkan pertolongan berjalan dengan cepat. Bayangkan ketika anda masuk ke ruang pengobatan, dan sang dokter yang harusnya segera menangani anda ternyata harus pergi ke pasien yang lain dulu untuk menolongnya. Bayangkan jika anda ada dalam ambulans menuju rumah sakit, ternyata harus berhenti karena ada kecelakaan lain yang membutuhkan perhatian dari ambulans yang membawa anda. Kisah sang perempuan yang mengalami pendarahan adalah interupsi dalam perjalanan Yesus menolong anak Yairus, yang akhirnya justru membawa cerita akan kuasa yang lebih besar lagi. Hidup kita memiliki banyak penundaan yang membuat kita resah. Banyak permohonan yang kita ajukan kepada Allah, yang sepertinya terlalu lambat untuk sampai kepada kita. Tetapi, pada akhirnya kuasa Allah ditunjukkan melalui penundaan dan interupsi hidup kita. Pada awalnya hal ini terlihat menyebalkan, namun waktu Allah tidak bisa kita buru, Dia yang mengatur waktu-Nya untuk menolong kita. dalam penantian, kita juga bisa melihat berbagai karya Allah yang lain yang ada di sekitar kita.

Pdt. Binsar J. Pakpahan

Viewed 14343 times by 4154 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *