Tuhan Menentang Penindas Orang Miskin

poor-and-needyKhotbah Minggu 11 Agustus 2013

HKBP Tj. Priok, HKBP Sudirman, HKBP Menteng

 

Tuhan Menentang Penindas Orang Miskin

Amos 8:4-7

Peringatan terhadap orang yang mengisap sesamanya

8:4 Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini 8:5 dan berpikir: “Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, 8:6 supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?” 8:7 TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: “Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!

 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Di pulau samosir, ada sebuah kedai ikan na tinombur, yang berani menjual ikannya di atas 70 rb, tanpa memberitahu lebih dulu kepada pembelinya mengenai harganya. Ikan yang dijual pun jadi terasa pahit di lidah setelah mengetahui harganya ketika akan membayarnya. Ketika diprotes, dia mengatakan memang harganya seperti itu. Sementara itu, sudah semakin banyak saudara-saudara kita pendatang yang berjualan bakso di sana dan menjualnya dengan harga benar. Mereka mencantumkan harga dan menjual makanan dengan kualitas baik sehingga banyak orang datang ke situ. Kita harus berpikir mengenai kejujuran dan kualitas. Orang tidak akan datang lagi kepada mereka yang berlaku tidak adil. Inilah kerugian untuk diri sendiri.

 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Amos berasal dari selatan Yerusalem dan bernubuat untuk kota Samaria dan Betel. Amos harus keluar dari pekerjaannya, zona nyamannya, dan menyampaikan sesuatu yang dikatakan Allah.  sendiri. Ini adalah tugas nabi, seseorang yang dipanggil Allah. Amos sendiri bukan seorang nabi professional. Perlu saudara ketahui, waktu itu nabi adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan banyak orang. Pada waktu itu, beberapa orang akan bekerja untuk melihat ke masa depan, dan bahkan ada sekolah/pendidikan khusus untuk nabi.

Sebelum menjadi nabi, Amos adalah seorang gembala dan petani/pemungut buah ara di hutan (7:14). Pelayanannya sebagai nabi dimulai di kota Tekoa tahun 750 SM, Yehuda, Selatan Yerusalem.  Meskipun berasal dari Selatan Kerajaan Yehuda, dia bernubuat terhadap Kerajaan Israel Utara, terutama kota Samaria dan Bethel. Dia berkhotbah di masa perkembangan ekonomi dan tepat sebelum penaklukan Israel oleh bangsa Asyur di tahun 722 SM. Dia banyak menubuatkan kehancuran Israel karena penghianatannya kepada Allah. Para raja, imam, dan juga rakyat Israel terlalu terpengaruh oleh kejahatan sehingga sulit untuk membuat mereka bertobat.

Di antara kesalahan Israel, hal yang ingin diprotes oleh Amos adalah eksploitasi terhadap rang miskin, dan kepura-puraan mereka terhadap religiusitas keagamaan mereka. Kesalahan mereka yang melakukan penindasan terhadap mereka yang miskin ini nanti akan banyak diingatkan oleh nabi lain, seperti Yesaya, Yehezkiel, dll.

Apa persisnya yang mereka lakukan? Pada masa itu, Tepung diukur dengan ukuran efa, dan satu efa sama dengan 35 liter. Lalu mereka juga mengukur uang dengan syikal, yaitu perak seberat kira-kira 11 gram, atau seberat pensil atau stabillo (kira-kira).

Ekonomi berkembang dengan pesat pada masa itu, namun secara spiritual orang Israel semakin menjauh dari Allah. Mereka tetap melaksanakan perayaan pergantian bulan dan juga memperingati Sabat. Namun demikian, sambil mereka merayakannya, pikiran mereka berada pada, “supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?” (8:5-6). Hidup mereka dipenuhi oleh pikiran yang merencanakan kecurangan, bahkan ketika mereka sedang memuji Tuhan di hari Sabat.

Bayangkan, kesalahan mereka yang pertama adalah mereka memikirkan pekerjaan mereka saat sedang memuja Tuhan. Ketika mereka beristirahat, menguduskan hari Sabat, mereka justru tidak sabar lagi untuk segera bekerja dan mencari keuntungan. Kesalahan kedua, mereka bahkan memikirkan bagaimana caranya berlaku curang supaya bisa meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Daripada menggunakan ukuran yang benar, mereka akan mengecilkan efa mereka supaya tidak sampai penuh 35 liter, melainkan kurang dari itu. Karena mereka hanya melihat dan tidak mengukur diameternya, maka kecurangan sangat mungkin terjadi. Lalu, timbangan yang digunakan untuk mengukur syikal juga dibesarkan, sehingga mereka harus membayar lebih banyak syikal untuk efa yang kurang. Kecurangan tidak berhenti di sini, terigu yang mereka jual juga dicampur dengan terigu yang kualitasnya tidak baik. Siapa saja yang membelinya sudah tertipu tiga kali, membeli terigu kualitas campuran dengan harga lebih mahal dan jumlah yang lebih sedikit.

Bagaimana dengan orang miskin yang tidak punya uang? Karena semua orang harus makan, orang miskin akan dimintai jaminan untuk makanan yang mereka beli, dan kalau mereka tidak bisa membayarnya, mereka akan dijual sebagai budak (ay. 6).

Apabila saudara pernah mendengar pepatah, “sudah jatuh, tertimpa tangga, dilindas mobil,” maka orang yang diceritakan Amos ini adalah orang yang mendorong yang jatuh tersebut, mendorong tangganya supaya jatuh di atasnya, lalu mengendarai mobil dan melindasnya. Sampai begitu ketidakadilan yang dilakukan oleh orang yang senang beribadah kepada Allah.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Apa yang bisa kita petik dari Firman Tuhan hari ini?

Pertama, jika kita beribadah, maka fokuskanlah diri kepada ibadah dan bukan kepada hal lain, apalagi hal yang merugikan orang lain.

Marilah kita memeriksa hati kita. Para pedagang yang Amos kritik tidak lagi mengarahkan hatinya ke ibadah, melainkan ke pekerjaan mereka. Terus terang, banyak sekali hal yang bisa membuat kita mengalihkan perhatian dari ibadah ini. Bisa saja anda berpikir, apakah harga daging akan turun besok atau tidak, apakah harga jengkol dan petai masih mahal, kapan musim hujan akan berakhir, apakah jemuran sudah kering, nanti siang mau makan apa, dsb. Begitu mudahnya perhatian kita dialihkan dari ibadah, apalagi ke pekerjaan kita (Tapi saya tidak yakin kita semua sudah tidak sabar lagi untuk kerja besok).

Di mana pikiran anda sekarang? Ada di sini atau di lapo tempat makan sesudah kebaktian ini selesai? Apakah pikiran anda ada di emas anda yang harganya sedang turun sekarang? Atau pikiran ada di property anda yang belum terjual? Atau jangan-jangan ucapan saya justru mengingatkan anda untuk melakukan sesuatu?

Saudara, kita memang mudah sekali diaihkan perhatiannya, lagu yang tidak baik, pengkhotbah yang membosankan, liturgi yang monoton, dsb. Kita diingatkan untuk tetap memusatkan perhatian kepada Tuhan. Ibadah adalah ibadah.

Kedua, berlakulah adil terhadap semua orang, terutama kepada yang miskin, yang tertindas, yang kesusahan. Jangan mengambil lagi apa yang seharusnya menjadi hak mereka.

Berpikir tentang pekerjaan saja sudah tidak baik ketika sedang ibadah, apalagi kalau kita berpikir tentang bagaimana cara mencurangi orang lain. Apakah ada yang berpikir tentang bagaimana menjual perhiasan kepada orang lain dalam gereja ini? Atau memikirkan bagaimana bisa menaikkan bunga uang pinjaman, karena ada orang yang memiliki profesi sebagai pembunga uang. Atau mungkin ada yang memikirkan untuk memasang argo yang sudah diutak atik di taksinya? Apakah ada yang berpikir untuk menaikkan harga gila-gilaan terhadap barang? Saya tahu persis, bahwa di Indonesia ini banyak sekali yang bisa dijadikan proyek: mengurangi 5 cm aspal dari jalan raya, mengambil Rp. 5000 dari setiap kg daging sapi yang diimpor, dsb. Seorang motivator pernah berkata, “semua hal bisa dijadikan uang.” Ini benar. Tetapi sejauh mana kita harus mencari uang dari semua hal?

Saudara-saudara, dunia bisnis memang meminta kita untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Namun, hal ini tidak membuat kita menjadi rakus dan mengindahkan keadilan.

Karena keinginan untung, kita secara langsung atau tidak langsung telah merugikan orang lain. Saudara-saudara, banyak orang berpikir, saya tidak merugikan siapa-siapa dalam melakukan ini. Hal ini tidak tepat. Ketika anda mengambil 5 cm dari jalan raya, bayangkan berapa pengemudi sepeda motor yang berada dalam keadaan bahaya karena aspal yang tiba-tiba habis di pinggir jalan? Ketika anda menebang pohon untuk mencari uang, berapa banyak kerugian yang akan terjadi di lingkungan hidup?

Perilaku memberi pinjaman dengan bunga yang luar biasa besar sepertinya menjadi hal yang terjadi dan membuat orang bisa semakin menekan yang sedang membutuhkan pertolongan. Bayangkan ada keluarga yang meminjam uang karena tidak ada uang untuk acara penguburan orangtuanya, lalu kita memberinya uang dengan catatan bunganya mencapai 25%, lalu kita menerima bunga yang besar setiap bulan karena dia tidak akan pernah bisa membayar inti hutangnya. Suatu saat, satu persatu hartanya akan kita sita sebagai jaminan, sementara dia sebenarya sudah membayar semua bunganya lebih dari hutang awalnya. Dia semakin miskin, yang meminjamkan semakin kaya. Lalu anda memikirkan bagaimana bisa melakukan ini, terhadap siapa target yang tepat, dalam gereja ini, ketika kita sedang beribadah.

Saudara-saudara, hal yang penting untuk kita lakukan adalah memberi timbangan yang tepat untuk perkiraan kita, dan memberi jasa/barang yang memiliki kualitas. Tanpa hal ini, yang sebenarnya dirugikan, selain orang lain, adalah diri kita sendiri. Di mana ruginya? Dalam reputasi diri sendiri, dan dalam hukuman Tuhan.

Ketiga, Tuhan akan mengingat perilaku yang jahat seperti ini. Bahkan dalam Epistel kita minggu ini di Lukas 16, kita diajar mengenai kesalahan untuk tidak perduli terhadap orang-orang susah yang ada di sekitar kita.

Saudara-saudara, bayangkan jurang yang semakin lebar antara yang kaya dan yang miskin kalau mereka yang punya uang semakin menekan orang yang tidak punya uang. Allah sangat tidak menyukai orang yang melakukan hal seperti ini. Alkitab mencatat beberapa ayat mengenai relasi pembayaran kepada yang berhak.

Roma 13:7, Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.

Ulangan 24:15: Pada hari itu juga haruslah engkau membayar upahnya sebelum matahari terbenam; ia mengharapkannya,j  karena ia orang miskin;k  supaya ia jangan berseru kepada TUHAN mengenai engkau dan hal itu menjadi dosal  bagimu.

Yakobus 5:4,6: “Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu. Kamu telah menghukum bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.”

Saudara-saudara,

Kita tidak usah menunjuk orang lain sambil menepuk dada, bahwa saya bukan orang yang melakukan ketidakadilan itu. sadar atau tidak sadar, kita semua pernah melakukan ketidakadilan terhadap mereka yang lebih lemah dari kita. Marilah fokuskan hati kepada Tuhan dalam ibadah, berlakulah adil, ambillah keuntungan yang benar dan tidak menekan orang lain, dan tolonglah mereka yang membutuhkan. Amin.

Viewed 83630 times by 16246 viewers

One Comment

  1. Trimakasih renungannya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *