Bertumbuh dalam rencanaNya

Bertumbuh dalam rencana AllahKhotbah Minggu sesudah Natal| 30 Desember 2012 | GKI Menteng | 1 Samuel 2:18-20, 26; Kolose 3:12-17; Lukas 2:41-52

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Kita semua tentu punya rencana untuk anak-anak kita. Si A akan menjadi dokter. Si B akan menjadi insinyur. Si C akan menjadi presiden. Kita juga sering memilihkan pendidikan yang kita inginkan untuk anak kita, misalnya kursus dan lain-lain. Ada yang mengatakan orangtua sering menjadikan anaknya sebagai sarana pelampiasan mimpi yang tak tercapai, misalnya menjadi model, pemain bola, dsb. Kadang-kadang ada orangtua yang sudah memiliki rencana sebelum anak itu lahir. Intinya kita ingin yang terbaik untuk anak kita.

Kalau kita ingin anak itu menjadi dokter, maka kita akan mulai mengarahkan dia dari sekarang. Kita memberi mainan atau pendidikan yang menurut kita akan membentuk dia menjadi dokter. Tidak mungkin kita memberi dia arahan untuk menjadi koki kalau kita ingin dia menjadi dokter.

Namun, teori pendidikan masa kini memiliki pengarahan yang berbeda.

Dunia pendidikan anak sekarang menganjurkan kita untuk melihat potensi anak dan mengembangkannya berdasarkan kekuatannya sendiri. Orangtua tidak lagi dianjurkan untuk memilih untuk sang anak, melainkan mengajarkan anak untuk belajar memilih apa yang baik untuknya.

Sekarang ini dunia pendidikan di Indonesia sedang memiliki tema pendidikan berdasarkan karakter. Dengan kurikulum baru ini, siswa diajar untuk bertumbuh berdasarkan karakter yang benar. Lembaga pendidikan pun sudah bermacam-macam bentuk dan usianya, mulai dari PAUD, Pendidikan Anak Usia Dini (Taman Kanak-kanak), lalu pendidikan dasar yang juga dibagi berdasarkan minat – misalnya banyak sekolah untuk anak yang menawarkan pendidikan berbahasa Inggris, dll.

Tentunya sebagai orangtua, kita harus selektif memilih pendidikan yang baik untuk anak kita. Kita ingin yang terbaik. Sebagai orangtua, dan orang Kristen, tentunya kita semua ingin juga agar anak kita bertumbuh dalam karakter Kristiani yang benar. Namun, sekarang banyak orang yang menawarkan pendidikan berbasis  karakter yang bermacam-macam, bukan hanya karakter kristiani.

Apa yang membedakan seorang dengan karakter Kristiani dengan mereka yang berasal dari dunia ini? Apa yang membedakan seorang Kristen dengan yang bukan? Apakah dari kesuksesannya? Dari kerajinannya ke gereja? Dari banyaknya perayaan natal yang diikutinya? Dari KTP nya? Apa yang membuat seorang disebut sebagai orang Kristen? (Pergi ke gereja tidak otomatis membuat seseorang disebut Kristen).

Yang membuat kita memiliki ciri Kristen adalah karena karakter Kristiani yang kita miliki.

Karena itu pendidikan yang mendasar kepada Kristus adalah pendidikan berbasis karakter kristiani yang kuat kepada anak mereka. Dengan pendidikan karakter kita membiarkan rencana Allah terjadi atas diri anak anda, sekaligus tidak melupakan tugas untuk memberikan dasar yang kuat kepada mereka.

Dengan dasar yang kuat kita diharapkan akan bisa bertumbuh dengan baik. Karena itu penting sekali untuk memulai sejak awal menanamkan karakter yang baik kepada anak.

Pendidikan ternyata juga sudah bisa dimulai sejak dini, sejak anak berusia 0-6 tahun, pendidikan karakter sudah harus dimulai.

Hari ini kita mendengar Firman Tuhan mengenai karakter hidup orang Kristen, apalagi pembicaraan ini kita lakukan masih dalam masa Natal. Menjadi pengikut Kristus berarti menjadi seperti Kristus – Christ like. Namun, apakah kita sudah mengetahui apa karakter yang benar untuk bertumbuh dalam Kristus?

Kita telah membaca cerita mengenai masa kecil dua orang pemimpin besar, Samuel dan Yesus. Samuel telah diserahkan kepada Allah oleh ibunya Hana sebelum dia dilahirkan. Samuel memang diserahkan kepada imam Eli untuk kemudian dididik melayani Allah. Dasar pendidikan yang diajarkan pun kuat, apalagi mengenai kuasa Allah. Samuel menerima ajaran ini, menerima panggilan Allah kepada dirinya dan bertumbuh menjadi seorang nabi yang mengurapi kedua raja pertama Israel.

Ibunya Yesus, Maria, tahu bahwa anaknya ini akan menjadi hamba Allah yang hebat dan memimpin umat Israel. Yesus datang ke bait Allah di Yerusalem ketika dia berusia 12 tahun sebagai bagian dari tradisi Yahudi pada hari raya Paskah. Tiap tahun orangtuanya membawa dia ke sana. Artinya, Yesus diajarkan tentang nilai yang baik oleh orangtuanya, karena itu Yesus juga mengembangkan dirinya dan tahu panggilannya sejak usia muda. Dia sudah berkata bahwa dia sedang ada di rumah BapaNya. Dia siap melayani Allah.

Kedua orang ini tentunya juga dididik dalam pendidikan karakter yang benar agar mereka bisa bertumbuh dalam rencana Allah. Samuel dan Yesus besar di sekitar bait Allah. Namun kita harus ingat bahwa tanpa dasar yang kuat, kedua anak ini tidak akan bisa bertumbuh dalam rencana Allah.

Pertumbuhan kedua anak ini juga penting ketika mereka diajarkan sebuah nilai yang sangat baik, yang menjadi inti dari ajaran Yesus dan inti dari karakter kekristenan.

Inilah juga yang hendak diajarkan Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Kolose.

Kolose 3 adalah sebuah surat indah yang menggambarkan apa itu sebenarnya menjadi Kristen. Kolose adalah sebuah kota kecil, yang jemaatnya berdiri karena pelayanan Paulus di Efesus dan menjalar ke Kolose melalui Epafras (Kol. 1:7; 4:12). Paulus sendiri tidak pernah mengunjungi Kolose (Kol. 2:1), dan dia menulis surat ini dari dalam penjara. Pada waktu itu ada ajaran palsu yang muncul dan mengancam Jemaat Kolose. Mereka menjadi lupa tentang apa sebenarnya inti percaya kepada Yesus yang sebenarnya. Ajaran palsu ini hendak mencampur ajaran Kristus dengan filosofi Yunani yang menekankan pentingnya menjauhi prinsip duniawi, lalu memegang teguh hukum Taurat, bahkan cenderung menjadi kaku. Ada juga orang yang menyembah malaikat (Kol. 2:18), dan melupakan ajaran Kristus. Karena alasan-alasan inilah Paulus menulis surat ini untuk memberi petunjuk mengenai apa itu ajaran Kristen yang sesungguhnya.

Paulus menulis dalam pasal 3 ini mengenai bagaimana orang Kristen harus bersikap. Pertama, kita harus mengosongkan diri, menanggalkan keinginan duniawi kita (Kol. 3:5), dan bahwa di dalam Kristus “tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu” (Kol. 3:11). Artinya sekarang, pengikut Kristus tidak lagi terikat pada satu suku atau satu ras, atau satu golongan, tetapi pengikut Kristus sudah menjadi satu. Kita semua sudah mengenakan seragam yang sama dalam karakter Kristus. Karakter kasih adalah tanda bahwa kita adalah pengikut Kristus.

Ternyata menjadi Kristen berhubungan dengan karakter seseorang. Paulus berkata, seorang Kristen adalah: orang yang: mengenakan: “12 … belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. 3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” KASIH adalah karakter kita sebagai orang Kristen.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Kasih yang ditunjukkan di sini adalah kasih agape (ay. 14), yaitu  kasih yang rela memberi, kasih yang bukan hanya aktif, tetapi juga mau mengorbankan diri bagi yang lain. Ini adalah karakter yang dimiliki oleh orang Kristen, bukan karakter mengorbankan orang lain bagi keselamatan dirinya.

Kasih (agape) selalu diikuti oleh tindakan. Tindakan ini adalah rela berkorban (Yoh. 15:12-13) “12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

Kasih kita kepada Allah harus diikuti dengan kasih tehadap sesama. Kasih kita terhadap Allah bahkan hanya bisa ditunjukkan melalui kasih terhadap sesama.

Karakter kasih bisa memutus pola kekerasan yang berulang. Apabila ada keluarga yang berantakan, kasih bisa mencegah pola yang sama berulang dalam keluarga itu. Hanya saja, sayangnya, tidak semua orang yang rajin ke gereja atau tinggal di bait Allah akan memiliki dasar yang kuat. Kedua anak imam Eli, Hofni dan Pinehas, tumbuh ke arah yang berbeda dari Samuel. Mereka tidak menjadi imam seperti ayahnya, meskipun dibesarkan dalam lingkungan yang demikian. Inilah ancaman kalau kasih tidak betul-betul diajarkan dan diterapkan, dan hanya diajarkan di bibir saja. Kasih agape adalah kasih yang berhubungan dengan aksi dan bukan hanya lip service. Kasih harus ditunjukkan.

Karakter kasih yang rela berkorban inilah yang menjadi pakaian kita sebagai pengikut Kristus, sehingga kita bisa mengatakan bahwa kita adalah pengikut, bahkan sahabat Kristus. Amin.

 

Bacaan PL:                           1 Samuel 2:18-20, 26

Bacaan Mazmur:              Mazmur 148:1-14

Bacaan Surat Rasul:         Kolose 3:12-17

Bacaan Injil:                        Lukas 2:41-52

 

Bacaan PL: 1 Samuel 2:18-20, 26

2:18 Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. 2:19 Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan. 2:20 Lalu Eli memberkati Elkana dan isterinya, katanya: “TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu dari perempuan ini pengganti yang telah diserahkannya kepada TUHAN.” Sesudah itu pulanglah mereka ke tempat kediamannya… 2:26 Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.

Bacaan Mazmur: Mazmur 148:1-14

148:1 Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! 148:2 Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya! 148:3 Pujilah Dia, hai matahari dan bulan, pujilah Dia, hai segala bintang terang! 148:4 Pujilah Dia, hai langit yang mengatasi segala langit, hai air yang di atas langit! 148:5 Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta. 148:6 Dia mendirikan semuanya untuk seterusnya dan selamanya, dan memberi ketetapan yang tidak dapat dilanggar. 148:7 Pujilah TUHAN di bumi, hai ular-ular naga dan segenap samudera raya; 148:8 hai api dan hujan es, salju dan kabut, angin badai yang melakukan firman-Nya; 148:9 hai gunung-gunung dan segala bukit, pohon buah-buahan dan segala pohon aras: 148:10 hai binatang-binatang liar dan segala hewan, binatang melata dan burung-burung yang bersayap; 148:11 hai raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; 148:12 hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda! 148:13 Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit. 148:14 Ia telah meninggikan tanduk umat-Nya, menjadi puji-pujian bagi semua orang yang dikasihi-Nya, bagi orang Israel, umat yang dekat pada-Nya. Haleluya!

Bacaan Surat Pastoral: Kolose 3:12-17

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. 3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. 3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. 3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Bacaan Injil: Lukas 2:41-52

2:41 Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. 2:42 Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. 2:43 Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. 2:44 Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. 2:45 Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. 2:46 Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. 2:47 Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. 2:48 Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” 2:49 Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” 2:50 Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. 2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. 2:52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

Viewed 33859 times by 10341 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *