Berhadapan dengan Allah

Khotbah Minggu Akhir Tahun Gerejawi/Peringatan akan Orang Mati| Remaja HKBP Menteng & Penabur Int. School |  Daniel 7:9-10;13-14

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Apakah anda pernah dijodohkan oleh teman untuk berkenalan dengan orang lain yang sama sekali kamu belum kenal? Atau apakah kamu pernah kenalan dengan orang baru melalui social media seperti facebook atau twitter? Sebenarnya social media dan internet banyak membantu kita untuk meneliti siapa orang yang akan kita temui. Kita bisa dengan mudah men-google orang yang akan kita temui. Bayangkan dulu banyak orang yang di-matchmaking sama temannya untuk pergi ke sebuah blind date. Kita tidak banyak dengar soal blind date lagi, karena sekarang google membantu kita untuk tidak blind.

Lalu apa yang akan terjadi ketika anda bertemu dengan orang asing, yang masih baru tersebut. Apakah anda akan bisa ngobrol dengan biasa? Atau anda akan kebingungan mencari topik yang baik untuk dibicarakan. Anda akan bicara soal apa? Makanan, fashion, artis baru, gossip? Bayangkan betapa sulitnya memulai pembicaraan dengan orang baru.

Sekarang bayangkan anda sudah punya pasangan dan apa yang terjadi ketika anda akan ditemukan dengan orangtua pasangan anda? Biasanya ini adalah sebuah pertemuan yang membawa anda banyak mempersiapkan diri. Saya mau tampil baik dan memberi kesan yang baik terhadap orangtua pasangan anda.

Lalu sekarang bayangkan kalau anda mau bertemu dengan Allah. Apa yang akan anda lakukan ketika anda berhadapan dengan Dia yang menciptakan dunia ini. Untungnya, kitab Daniel mengajak kita untuk membayangkan kira-kira seperti apa pertemuan itu nantinya.

Saudara-saudara,

– Daniel memiliki visi ini dan menggambarkan bagaimana kira-kira hari penghakiman itu akan terjadi. Dia melihat bahwa “Yang Lanjut Usianya” akan duduk di atas takhta. Kata “Yang Lanjut Usianya” diterjemahkan dari “The Ancient of Days” (Ibrani: Attik Yommim). Istilah ini muncul 3 kali di Daniel 7:9, 13, 22, dan digunakan untuk memberi arti bahwa Allah adalah abadi yang ada sejak permulaan.

Daniel juga menggambarkan bahwa pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;” Allah juga digambarkan dalam cara serupa di Wahyu 1:14: “His head and hair were white like wool, as white as snow, and his eyes were like blazing fire.”

Gambaran Daniel ini bermaksud untuk mengenalkan kita akan konsep Allah, dan mungkin juga bukan gambaran Allah yang sesungguhnya. Daniel mengatakan bahwa Allah akan muncul dalam kemuliaan yang luar biasa. Tentunya baik untuk mengetahui ciri-ciri orang yang akan kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak raja di dunia ini tidak lagi terlihat sebagai raja. Saya membayangkan raja itu akan muncul dengan jubah, dengan mahkota, tongkat di tangan, pedang, dan banyak orang akan mengelilinginya dengan kipas, payung, dan segala kebutuhannya. Namun, sekarang raja sudah banyak berubah, (pengalaman bertemu dengan hamengkubuwono di bandara – dan tidak mengenalinya – terlihat seperti manusia biasa). atau seorang raja di eropa pernah memutuskan untuk keluar dari pengawalan dan pergi ke gereja dengan pakaian biasa. Seorang ibu datang dan memintanya untuk pindah tempat karena dia duduk di tempatnya. Akhirnya di akhir kebaktian, sang pendeta mengatakan bahwa di tengah-tengah mereka sekarang ada seorang raja dan dia diminta untuk berdiri. Sang ibu merasa malu karena perlakuannya terhadap sang raja.

Nah, sekarang kita kembali ke cerita bahwa kita akan berdiri di hadapan Allah bersama dengan ribuan bahkan jutaan manusia lain.

Allah yang digambarkan sebagai Yang Lanjut Usianya bukanlah Allah yang lemah. Bayangkan opung kita – apa yang ada di benak kita? (atau gambaran ini cocok sekali untuk imej dari Santa Klaus). Apakah kita akan membayangkan orang lemah, orangtua yang akan banyak ceritanya dari awal sampai akhir tidak akan selesai? Tidak, Allah ini adalah Allah mahakuasa, ketuaannya melambangkan kebijaksanaan dan kehadirannya dari awal sampai akhir. Ini artinya bahwa dia akan menghakimi dengan bijaksana. Dia bukan duduk di atas kursi roda, namun di atas takhta yang di depannya mengalir sungai api.” Lalu akan ada semua orang berada di depan Dia, dan kemudian dibukalah kitab-kitab (7:10b). Orang yang bijaksana ini akan membuka kitab mengenai kehidupan kita. Tidak ada yang bisa disembunyikan.

Bayangkan buku diari anda dibuka dan dibaca di depan semua orang. Tidak ada lagi yang tersembunyi. Seandainya hidup anda dijadikan film, seperti banyak buku diari yang sudah dijadikan film, apakah film itu akan menjadi film yang menarik, baik, memiliki pelajaran, atau justru berisi sesuatu yang seharusnya tidak dilihat orang lain? Apakah buku anda isinya baik? Apakah anda ingin merobek atau menghapus beberapa halaman dalam hidup anda? Apakah ada beberapa nama yang ingin anda hilangkan dari kitab tersebut? Apakah ada beberapa tindakan bodoh yang anda ingin ubah dari cerita buku itu? Ingat, buku ini akan menampilkan apa yang ada telah lakukan, dan bukan apa yang anda ingin perlihatkan pada orang lain. Semua keputusan mengenai anda akan diambil berdasarkan isi kita ini.

Dan juga, karena sekarang adalah hari peringatan orang meninggal, bahwa dalam hari ini kita mengingat mereka yang telah mendahului kita. Pada hari penghakiman ini, kita akan bertemu lagi dengan mereka, sama-sama berdiri di hadapan Allah.

Mungkin itulah yang membuat kita takut dan belum siap. Di dalam akhir tahun gereja, kita menutup kitab mengenai nama orang yang telah pergi meninggalkan kita, namun buku itu tidak tertutup rapat. Dia akan dibuka lagi pada waktunya.

Apabila kita tahu bahwa kitab mengenai kita akan berisi hal yang baik, maka kita seharusnya bersukacita menanti penghakiman ini. Penantian ini tentunya juga dalam kebahagiaan bahwa Allah akan datang dan kita akan kembali kepadaNya. Hal mengenai penghakiman terakhir di mana Yesus akan menjadi hakim ini –  dan  juga diakui oleh saudara kita Muslim bahwa Nabi Isa akan menjadi hakim hari terakhir” – adalah penting untuk memahami persepektif hidup kita di masa kini. Dengan siap untuk kematian/hasil akhir, maka kita akan menjadi lebih  lepas untuk menang. Amin.

Viewed 20852 times by 4772 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *