Perjanjian Baru dalam Allah

taken from internet.

Khotbah Minggu XXI Sesudah Trinitatis

Perjanjian Baru dalam Allah

Yeremia 31:7-9

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Dulu saya pernah melayani di Belanda sebagai pendeta jemaat di sana. Banyak hal menarik yang bisa saya jadikan bahan perenungan, terutama mengenai perbedaan pola pikir yang ada. Di sana ada banyak jemaat kita yang berasal dari tanah Batak, bahkan banyak dari mereka yang termasuk golongan Batak Tembak Langsung Kalipun (BTLK), yaitu tidak pernah ke Medan, tidak pernah ke Jakarta, langsung ke Belanda. Persaudaraan kita semua di sana sangat erat dan saling mendukung (mungkin juga karena masih sedikit, sebab kalau banyak jadi per-marga, bahkan per horong ompung).

Namun satu hal yang hendak saya bagi adalah cara pemakaman. Karena Belanda sekarang lebih merupakan dunia sekuler yang tidak begitu menaruh perhatian terhadap iman, pemakaman menjadi tempat yang baik untuk mengamati perbedaanya. Umumnya akan ada pemutaran lagu, lalu sambutan dari keluarga dan rekan-rekan yang mengenalnya, lalu lalu perpisahan, dan kemudian orang berjalan menuju peti untuk memberikan kata terakhir. Perbedaan utama dengan pemakaman Kristen adalah bahwa dalam setiap kedukaan, kita selalu diingatkan bahwa pertemuan kita tidak berakhir di situ. Kita percaya akan janji Allah bahwa akan ada hidup baru dan pertemuan baru. Dalam pemakaman Kristen, kita bisa melihat harapan yang dibagikan di akhir dari sebuah peristiwa duka. Harapan ini justru semakin besar terasa ketika acara kedukaan dan bukan ketika dalam acara kelahiran/peristiwa lainnya. (usul untuk membuat usaha pemakaman dsb, di mana di Jakarta sudah banyak penuh dan berhasil, mungkin untuk Gereja hkbp khusus di daerah). Berdasarkan ingatan kita akan janji Allah ini, peristiwa pemakaman Kristen menjadi berbeda dengan pemakaman biasa, ada harapan yang terkandung dalam peristiwa duka.

Saudara-saudara terkasih,

Hari ini kita akan merenungkan khotbah mengenai harapan di balik hukuman yang ada. Kitab Yeremia yang kita baca akan menunjukkan pesan ini kepada kita.

Nabi Yeremia bertugas untuk bernubuat kepada bangsa Yehuda. (Israel Selatan: suku Benyamin dan Yehuda – keturunan raja Daud – Rehabeam / sementara Israel Utara [sepuluh suku] memilih Yerobeam yang bukan keturunan Daud). Yeremia, putra seorang imam, lahir dan dibesarkan di Anatot, desa para imam (6 km di timur laut dari Yerusalem) selama pemerintahan Raja Manasye yang jahat. (ingat khotbah mengenai Yeremia yang akan dibunuh di Anatot – Yer. 11:18-23)

Nubuat Yeremia yang memperingatkan Yehuda tentang hukuman Allah. Tentunya ini adalah tugas yang sulit untuk memberitakan pesan yang tidak menggembirakan ini kepada bangsanya sendiri. Walaupun ditolak seumur hidupnya, Yeremia termasuk nabi yang paling tegas dan berani.

Yeremia menyatakan bahwa hukuman Allah yang pasti jadi dan tidak terelakkan ketika umat-Nya melanggar perjanjian dan bersikeras dalam pemberontakan terhadap Allah dan firman-Nya. Salah satu kata kunci dalam kitab Yeremia ialah “murtad,” (dipergunakan 8 kali) dan “tidak setia” (dipakai 9 kali), dan tema yang muncul terus ialah hukuman Allah yang tidak terelakkan lagi atas pemberontakan dan kemurtadan.

Kalau kita lihat bagian awal Yeremia, maka pasal 2-29 berisi mengenai nubuat kehancuran Yehuda. Hanya di pasal 30 lah Yeremia mulai memberikan cerita lain dari rencana Tuhan, yaitu bahwa rencana keselamatan dan pemulihan. Satu-satunya penyataan teologis yang terbesar di kitab ini ialah konsep “perjanjian baru” yang akan ditetapkan Allah dengan umat-Nya yang setia pada saat pemulihan kelak (Yer 31:31-34).

Kenapa Yehuda akan dihukum? Karena Raja-raja Yehuda adalah orang-orang yang tidak setia kepada Allah, bahkan memimpin bangsa untuk menyembah Allah palsu, seorang raja bahkan menggunakan tulisan Yeremia mengenai nubuat Allah sebagai pemanas ruangannya (oleh raja Yoyakim dalam Yer 36:22-23) (587 sM). Ketidakpatuhan Israel terhadap perjanjian mereka dengan Allah akan membawa sangsi yang berat yaitu kematian atau pembuangan. Kehancuran Yerusalem dihubungkan dengan ketidakpatuhan. Ini adalah sebuah pesan yang kita tangkap dari Yeremia.

Tetapi secara khusus, Yeremia 31, terutama dalam ayat 31-34, berisi mengenai perjanjian baru, dan sebuah harapan baru. Yeremia berharap bahwa pada waktunya nanti semua orang akan mengingat perjanjian antara Allah dan Israel. Kalau Israel mengalami pertobatan, maka Allah akan mengampuni mereka dan mengembalikan mereka ke tanah Perjanjian. Ayat 34 dari pasal ini adalah ayat yang sering digunakan sebagai ayat pengampunan dosa: “Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.” Dalam kitab nabi Yeremia kita bisa melihat bahwa sesudah nubuat kehancuran, ada juga nubuat keselamatan.

Ada satu hal yang mau kita tekankan hari ini dari bacaan kita, bahwa di bagian kedua dari nubuatnya, Yeremia bicara mengenai perjanjian baru dan pemulihan Yehuda dari kejatuhannya. Umat Tuhan yang terserak akan dikumpulkan kembali, bahkan mereka yang selama ini terpinggirkan seperti yang buta, lumpuh, dan perempuan mengandung. Jika biasanya dalam kelompok besar yang berjalan bersama, golongan inilah yang terpinggirkan dan terlupakan, maka janji pemulihan Tuhan akan mengikutkan mereka juga (ay. 8). Orang-orang akan datang dan menangis, bukan karena sedih, melainkan karena bahagia akan pimpinan Allah ke tanah perjanjian, di mana hubungan mereka sebagai umat Allah kembali dipulihkan.

Saudara-saudara yang terkasih, apa arti pesan Yeremia ini?

Pertama, pesan firman Allah sebenarnya adalah firman mengenai keselamatan dan kehidupan yang baru. Keselamatan ini tentunya dapat diraih setelah kita mengalami perubahan dan pertobatan. Sayangnya, banyak orang terpaku pada pesan kehancuran sehingga tidak bisa masuk kepada pesan keselamatan. Kita begitu terobsesinya terhadap neraka sehingga kita lupa bercerita mengenai surga.

Apabila kita sedang keluar dan menyimpang Tuhan mau mengingatkan kita untuk kembali kepadaNya. Tetapi saya melihat bahwa hal ini juga bukanlah suatu hal yang digunakan untuk menakut-nakuti kita bahwa kita harus bertobat untuk selamat. Terlalu sering saya mendengar orang menghubungkan ajakan bertobat sebagai ancaman. Ajakan bertobat bukanlah ancaman agar orang harus terus ke gereja atau perintah untuk percaya kepada Allah.

Ada satu ungkapan yang dilontarkan oleh tokoh kartun favorit saya Homer Simpson. Dia bilang, “I’m not a bad guy! I work hard, and I love my kids. So, why should I spend half my Sunday hearing about how I’m going to hell?”

Homer mengatakan hal ini dalam sebuah episode di mana dia memilih untuk tidak pergi ke gereja lagi. Suatu ketika Tuhan mengajak Homer bicara dan bertanya kenapa dia tidak mau ke gereja. Alasannya adalah dia bosan mendengar gereja menakut-nakuti orang tentang neraka buat orang yang justru pergi ke gereja.

Saya juga banyak berpikir tentang hal ini. Apa maksud dari nubuat Yeremia dan juga nabi-nabi lainnya tentang kehancuran dan pembaruan? Apakah ini berarti kekejaman Allah? “Kalau kamu tidak bertobat, maka kamu akan celaka?” Apakah ini memang bahasa yang ingin disampaikan oleh Tuhan kita yang justru penuh kasih? Sepertinya hal ini tidak sesuai dengan karakter Tuhan yang penuh kasih.

Ada beberapa pihak yang mendukung pendapat ini. Gereja yang melakukan hal ini hanya menjadi gereja yang menakut-nakuti jemaat, dan membuat gambaran Allah yang kelihatannya kejam, galak, dan siap menghukum siapa saja yang bersalah. Ini adalah gambaran Allah yang menurut saya didasarkan kepada psikologi ketakutan. Seperti apa sebenarnya hubungan kita dengan Allah? Apakah kita memang harus selalu takut kepada Allah yang pemarah?

Tetapi di sini kita bisa melihat pesan dari Yeremia ini. Allah memberikan juga janji keselamatan di balik kehancuran. Kehancuran itu justru ada untuk membawa hidup baru. Seperti cerita di awal tadi, kehidupan justru harus mengalami sebuah akhir, sebelum sampai pada awal baru. (Fillipi 1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan).

 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Buat orang yang memiliki orientasi kehidupan baru, maka hal ini akan membaawa kita melangkah dalam keyakinan akan pertolongan Tuhan. Ketika kita melangkah dengan orientasi masa depan, maka kita tidak takut menghadapi masa kini. Ketika kita tahu akhirnya kita akan bersama Tuhan, maka kita juga akan menjadi lebih semangat untuk hidup di masa kini karena akhirnya akan menjadi indah.

–         Cerita mengenai kisah latihan berat yang harus dialami orang yang mau sukses: penyanyi, pemain bola, atau bahkan diet. Kalau hasil akhirnya jelas, maka kita juga mau menerima kesusahan yang kita lami sekarang. Sama seperti itu jugalah kita harus melihat janji Allah mengenai keselamatan sesudah penderitaan pembuangan Israel ini. Pembuangan akan membawa Israel kembali semakin dekat kepada Allah.

Yang luar biasa dalam nubuat kehidupan baru dari Yeremia adalah ikutnya golongan yang selama ini terpinggirkan. Dalam Yerusalem baru, kaum yang terpinggirkan seperti yang buta, lumpuh, dan perempuan mengandung akan disertakan (ay. 8). Tangis duka akan berubah jadi tangis suka.

 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Pesan hari ini menunjukkan bahwa kasih selalu menjadi karakter Allah dalam kepemimpinannya, sekalipun ketika dia sedang menghukum umatnya.  Ketika kita memahami karakter Allah yang seperti ini, kita akan selalu dikuatkan dalam saat penderitaan, bahwa selalu ada kasih Allah di balik semua peristiwa kedukaan yang sedang kita alami, selama kita tetap setia dan kembali kepadaNya. Amin.

Viewed 27220 times by 9436 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *