Lima Tahap Menghadapi Masa Sulit di STT Jakarta

The 5 Stages of Facing Difficult Times in STT Jakarta

Setelah mengamati dan bercakap-cakap dengan beberapa mahasiswa STT Jakarta, saya mengamati bahwa ada beberapa tahap yang dilalui dalam menghadapi kesulitan studi mereka. Tahap ini tidak harus dijalani semuanya, dan tidak juga berurutan prosesnya, namun umumnya mahasiswa STT mengalami minimum 3 dari 5 tahap-tahap ini ketika berada dalam masa sulit di STT Jakarta.

1. Mempertanyakan Motivasi Studi

Tahap pertama ini dilalui oleh hampir semua orang yang belajar di STT Jakarta dan mengalami masa sulit. Pertanyaan yang diajukan kepada diri sendiri adalah, “Mengapa aku belajar di sini?”; “Apa yang aku lakukan di sini?”; dan “Is this what I really want?” Ciri orang yang berada pada tahap ini adalah ketidakpedulian terhadap tugas dan mata kuliah yang akan diambil. Mereka masih tetap kuliah seperti biasa, namun tidak lagi termotivasi untuk menyelesaikannya dengan baik.

2. Menutup Diri

Pada tahap ini mahasiswa akan menutup diri dari semua hal yang berhubungan dengan STT Jakarta, termasuk tidak menjawab telepon teman, dosen, atau administrasi STT Jakarta. Biasanya orang yang berada pada tahap ini juga akan absen dari kampus, juga dari kegiatan Gereja, karena tidak mau bertemu orang yang menanyakan soal perkembangan kuliahnya di STT Jakarta.

3. Menyalahkan yang Lain

Setelah menutup diri, mulailah mahasiswa yang kesulitan ini mencari pihak-pihak yang turut menambah kesulitannya di STT Jakarta. Pihak yang biasa disalahkan adalah dosen yang memberi terlalu banyak tugas, atau yang kurang perhatian, atau yang menurut mahasiswa memiliki sentimen negatif pribadi terhadapnya. Mahasiswa juga bisa menyalahkan orangtua, atau keluarga yang mendorongnya masuk ke STTJ, sementara dia sendiri tidak begitu berminat untuk belajar teologi. Dia juga bisa menyalahkan teman seangkatan yang menurutnya tidak peduli terhadap masalahnya. Ciri orang yang berada pada tahap ini adalah kemarahannya terhadap semua hal yang menurutnya berkontribusi terhadap kesulitannya saat ini.

4. Putus Asa

Tahap ini hampir mirip dengan tahap menutup diri, tetapi lebih dalam intensitasnya. Mereka yang berada pada tahap putus asa hanya akan melihat semua deadline tugas terlewat tanpa berusaha untuk melakukan sesuatu. Orang yang berada pada tahap ini masih mungkin berada di sekitar kampus, namun tidak lagi peduli terhadap semua nasihat yang didengarnya. Kalimat yang mungkin kita dengar dari mereka adalah, “mau gimana lagi?” atau “ya udahlah.”

5. Mencari Sekolah Lain/Berjuang untuk Lulus

Ini adalah tahap terakhir dalam menghadapi kesulitan di STTJ. Ada dua pilihan dalam tahap ini: pertama, mereka melihat bahwa masalah di STTJ tidak mungkin terpecahkan lagi sehingga mereka siap untuk mencari sekolah lain – bisa STT lain atau justru bidang studi lain atau bahkan berhenti sekolah sama sekali. Kedua, mereka memutuskan untuk berusaha lulus dari STTJ, mengambil gelar pendidikan Sarjana Sains Teologi, kemudian bekerja di luar institusi Gereja. It can go either way.

 

PS: This is not a seriously written or thought through article, so lighten up and keep up the good spirit! Cheers. Binsar Pakpahan.

 

Viewed 60748 times by 7412 viewers

4 Comments

  1. Ada beberapa kawan yang begitu tapi saya pribadi gak segitunya deh ^_^

  2. Ad setuju, ad gak stujunya bang. Setujunya adl, sepengamatan saya gak ad satupun mahasiswa yg gak bergumul dgn studinya. Tp masalahnya tentu saja beda-beda. Lha, gak kuliah aja hidup kita udah brmasalah,apalagi kuliah hehehe!Puji Tuhan, sy hanya sampai tahap satu (ehm…kayaknya sih hehe!) Gak sampe nutup diri apalagi ogah studi, meski masalah akademik sy bisa jadi sangat berat waktu itu dan rasanya ingin menyerah saja. Keinginan itu muncul timbul tenggelam. Tp, ini yg luar biasa. Menurut saya, kuncinya justru jgn menutup diri melainkan membuka diri. Termasuk sama Tuhan. Kl kita bisa jujur sama motivasi kita sendiri di hadapan Tuhan, pasti gak harus nunggu sampe fase lima. Fase satu aja dah selesai…da ketemu jawabannya..what a reflecting article, Gb bang Binsar!!

  3. bagus deh kalau fase satu selesai, ini kan buat mereka yang stress supaya ga terlalu stress lagi hehehe… thanks buat tanggapannya Dina.

  4. It sounds like Binsar’s version of Kübler-Ross five stages. Nicely put!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *