Memberitakan Pembebasan Allah bagi Dunia

Renungan Minggu ketiga setelah Epifania, 27 Januari 2013

Lukas 4:14-21

Mortgage (hipotek) adalah kata yang paling sering digunakan di tahun 2010. Hal ini muncul setelah krisis kredit dunia menyebabkan beberapa perusahaan tutup dan harga properti menurun tajam di beberapa negara maju. Yunani adalah negara yang paling merasakan efek ini. Mereka dinyatakan bangkrut. Persatuan Uni Eropa bahkan berpikir untuk mengeluarkan mereka dari zona Euro. Krisis yang dalam menyebabkan banyak orang kehilangan harapan, dan angka bunuh diri meningkat tajam. Tanpa harapan, orang tidak lagi ingin menjalani hidupnya. Bayangkanlah kalau pada saat seperti ini ada yang membawa berita kepada mereka dan mengatakan bahwa mereka dibebaskan dari hutangnya. Perkataan ini akan membawa harapan dan sukacita yang memberi semangat hidup yang baru.

Situasi serupa tapi tak sama dihadapi oleh Yesus ketika dia kembali ke Nazareth, tempat dia dibesarkan. Di satu hari Sabat, Tuhan Yesus membaca Taurat, lalu duduk dan mulai mengajar, sebagai rangkaian dari tradisi klasik dari ibadah di sinagoge. Biasanya ibadah dalam sinagoge akan dimulai dengan pembacaan Kitab, dari Taurat dan dilanjutkan oleh Kitab para Nabi, kemudian diikuti doa atau berkat. Kalau seorang rabbi hadir, maka dia akan berkhotbah setelah pembacaan Alkitab, dan inilah yang dilakukan oleh Yesus.

Yesus memulai pengajarannya dengan penuh kuasa Roh yang baru saja diterimanya setelah berpuasa di padang gurun (Luk. 4:1-13). Dengan pimpinan Roh, Dia membaca nas dari kitab Yesaya. Kutipan Lukas akan kitab Yesaya 61:1-2 ini diambil dari terjemahan bahasa Yunani dan bukan bahasa aslinya (Ibrani) sehingga menimbulkan sedikit perbedaan. Perbedaan pertama yang muncul adalah kata “miskin” (Luk. 4:18) menggantikan “sengsara” (Yes. 61:1). Kabar baik bagi orang miskin merujuk kepada kondisi orang-orang Yahudi yang miskin pada abad pertama karena pajak tinggi yang dikenakan pemerintah Roma kepada mereka. Dan kemungkinan besar kalimat “pembebasan kepada orang-orang tawanan” (Luk. 4:19) juga merujuk kepada mereka yang ditahan karena hutang. Karena itu, bacaan Yesus ini memang secara spesifik ditujukan kepada mereka yang mendengarNya di sinagoge itu.

Lalu perbedaan selanjutnya adalah ketika Yesus menyampaikan janji penglihatan untuk orang-orang buta, yang kemudian dilakukanNya di Markus 10 dan Yohanes 9. Kalimat Yesus yang terakhir adalah “membebaskan orang-orang yang tertindas.” Banyak ahli kembali merujuk ayat ini kepada pembebasan orang Israel dari penindasan Roma terhadap mereka. Ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hampir 50% orang di kerajaan Roma adalah budak yang berasal dari negara-negara taklukan mereka. Praktek penyaliban di luar gerbang kota juga normal dilakukan terhadap budak yang dianggap melawan tuannya. Dalam konteks seperti inilah Yesus memberitakan bahwa, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”

Mari kita bayangkan emosi orang yang mendengar perkataan Yesus ini. Mungkin ada yang terkejut, senang, tertantang, atau mungkin marah karena tidak menyukai berita ini. Berita kesukaan yang diberikan Yesus betul-betul seperti sebuah sumber air di tengah gurun penindasan yang dialami oleh orang Yahudi. Berita pembebasan memberi harapan kepada mereka yang sedang tertindas. Tetapi tidak semua orang antusias mendengar kabar baik ini. Pada nas selanjutnya, Yesus diusir dari tempat itu bahkan hampir dilemparkan ke tebing (Luk. 4:28-30). Berita kesukaan juga tidak selalu disambut gembira, karena pembebasan mengandaikan ada pihak yang kehilangan kuasanya atas orang-orang yang dibebaskan.

Pembebasan yang Yesus tawarkan datang dalam bahasa yang sangat riil bagi pendengarNya saat itu. Bayangkan kalau sekarang ada yang memberitakan pembebasan bagi mereka yang sedang ditindas; penghapusan hutang kepada mereka yang dililit hutang; kedatangan makanan kepada mereka yang kelaparan; atau memberitakan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Pesan seperti inilah yang perlu dibawa kepada dunia karena memang itulah yang dibawa Kristus. Kita sebagai murid Kristus bukan hanya ditugaskan tapi juga dimampukan untuk membawa berita pembebasan Allah bagi dunia yang dilanda bermacam konflik, bencana, dan krisis. Inilah misi Allah, missio Dei, yang mana kita turut serta di dalamnya. Dengan membawa berita ini, kita membagi harapan kepada dunia. (Binsar Pakpahan)

 

Viewed 44801 times by 10971 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *