Allah yang Memenuhi Kebutuhan Kita

Renungan BAKI Minggu kedua setelah Epifania, 20 Januari 2013

Yohanes 2:1-11

Ada hal menarik ketika saya bekerja di PGI sebagai asisten untuk Sekretaris Umum. Kepemimpinan Majelis Pekerja Harian PGI memiliki periode jabatan periodikal sementara para staf adalah pegawai tetap yang sudah lebih lama bekerja di Jl. Salemba No. 10. Pengaturan seperti ini juga saya lihat di beberapa gereja di mana pendetanya memiliki periode jabatan, tetapi penatuanya menetap sampai mereka pensiun. Dalam dunia kerja seperti ini kita bisa bayangkan bahwa seorang pemimpin memiliki tugas yang berat untuk memenangkan kepercayaan orang yang dilayaninya. Para pekerja yang ada di lingkungan seperti ini akan melihat dan cenderung menguji pimpinan baru mereka, apakah sang pimpinan ini layak memeroleh kepercayaan dan kesetiaan mereka.

Dunia Yesus dan para murid mungkin tidak sama persis dengan situasi di atas, namun para murid baru saja dipanggil untuk mengikut Yesus (Yoh. 1:35-51). Dalam perjalanan awal ini, para murid mungkin masih memiliki pertanyaan apakah Yesus layak memeroleh kesetiaan mereka, dan apakah Dia mampu memenuhi kebutuhan mereka kalau mereka mengikutNya.

Sekarang Yesus dihadapkan pada ‘kasus’ pertamanya. Apa yang dilakukan Yesus di situasi ini dapat menjadi tolok ukur para murid akan kemampuan Yesus. Tempat ujiannya adalah sebuah pesta perkawinan di Kana, sebuah desa kecil kira-kira 15 km di luar Nazareth. Anggur untuk para tamu telah habis sementara pesta masih berlangsung. Dalam masa itu, pasangan yang gagal menyediakan pelayanan yang baik terhadap tamunya dapat dituntut sampai ke tahap tertentu. Maria, yang sepertinya mengenal baik pemilik pesta – karena mampu memerintah para pelayan, mengatakan “mereka kehabisan anggur”. Kita tidak tahu apakah ini sebuah laporan atau permintaan kepada Yesus untuk melakukan sebuah mujizat, namun, Maria sepertinya sadar bahwa Yesus mampu menyelamatkan muka penjamu pesta. Yesus yang mulanya menolak dengan sopan, bahkan memanggil ibunya dengan sebutan yang jarang diucapkan seorang anak kepada ibu (Yunani: mētēr harusnya diterjemahkan menjadi ‘perempuan’), akhirnya memenuhi permintaan Maria. Air dalam enam tempayan yang digunakan untuk penyucian dalam tradisi Yahudi kemudian diubah Yesus menjadi anggur. Yesus mengubah sekitar 472-709 liter air menjadi anggur. Pemimpin pesta yang berfungsi mengatur jalannya acara juga kemudian mengakui bahwa anggur yang disediakan kemudian ini terasa lebih baik, katanya, “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”

Sungguh sebuah mujizat yang luar biasa. Namun, kita harus ingat bahwa hanya segelintir orang yang mengetahui peristiwa mujizat ini: Maria, para pelayan yang mengisi air, dan murid-murid Yesus. Pemilik dan pemimpin pesta pada mulanya tidak mengetahui hal ini, entahlah kalau seusai pesta mereka mendapat informasi dari para pelayan.

Dalam Injil Yohanes, hanya mujizat ini yang ditunjukkan Yesus sebelum Dia dan para murid memasuki dan menyucikan Bait Suci di Yerusalem. Tentunya peristiwa di Kana membuka mata para murid bahwa Yesus bisa melakukan hal luar biasa untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti pemilik pesta. Karena awal yang meyakinkan ini, para murid tidak segan untuk mengikut Yesus melakukan semacam ‘pemberontakan’ di Bait Suci. Para murid kemudian yakin bahwa apapun yang terjadi, Yesus akan dapat mengatasinya seperti mujizat yang pernah ditunjukkanNya.

Sama dengan para murid, kita sebenarnya sudah mengalami mujizat Allah dalam hidup kita. Ada tiga peran yang berbeda dalam melihat mujizat ini: pertama, kita mungkin dapat melihat mujizat Allah seperti para murid; atau yang kedua seperti sang pemilik pesta yang tidak dapat melihatnya namun merasakan mujizat itu. Banyak hal dalam hidup adalah mujizat: kesehatan, makanan yang kita santap, keluarga, teman, dll, kita hanya tidak mengenalinya. Namun, kita sadari atau tidak, Allah selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Yang penting adalah bagaimana kita mengenali karya Allah dalam memenuhi kebutuhan kita, meskipun kita tidak melihatnya. Kalau kita sudah menyadari hal ini, maka kita pun akan selalu memberikan kesetiaan kita kepadaNya. (Binsar Pakpahan)

 

Viewed 37088 times by 8297 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *