Waktu dan Hikmat

Renungan Kebaktian Pegawai PD Jaya Ancol

Jumat 20 Juli 2012

Pengkhotbah 6:12;Mazmur 90:9-15

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Hari ini tema yang diberikan adalah mengenai waktu dan hikmat. Mari kita bicara soal waktu, dalam skala yang kita mengerti: skala detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dekade, abad, dan millenia. Kalau kita mau berhitung soal waktu, maka tentunya 1 hari=24 jam=1440 menit=86400 detik. Detak jantung normal adalah 60-100 detak per menit. Dalam situasi normal, mata kita berkedip sebanyak 10 kali per menit, sementara itu ketika kita membaca, mata berkedip hanya 3-4 kali per menit. Artinya, dalam satu hari, jantung kita sudah berdetak sebanyak 86,400 kali dan kalau kita menghabiskan  8 jam sehari tidur, maka mata kita akan berkedip sebanyak 9600 kali. Kita baru bicara mengenai skala waktu yang melibatkan kehidupan kita sehari-hari.

Kalau kita bicara mengenai skala kehidupan manusia, maka dengan rata-rata usia hidup 70 tahun, yaitu 613,200 jam hidup, jantung seseorang akan berdetak sebanyak 2,2075,520,000 kali dan berkedip sebanyak 245,280,000 kali. Tentu banyak sekali dalam hitungan manusia.

Tetapi, mari kita coba break down kehidupan kita itu, apa yang kira-kira kita lakukan sepanjang hidup kita. Menurut sebuah website, http://akorra.com/2010/03/04/top-10-things-we-spend-our-lifetime-doing/, kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia sepanjang hidupnya adalah: menonton tv (11 tahun, 8 bulan/ 4 jam sehari), makan (2 tahun 11 bulan/1 jam sehari), ke wc (20 menit sehari = 354 hari), bicara, bekerja (8 jam sehari selama 35 tahun= 7 tahun 8 bulan), sekolah/membaca (2 tahun 7 bulan/ 5 jam sehari x 6 hari/ 48 minggu/16 tahun), berpindah tempat/berjalan kaki (56,327 km seumur hidupnya, ini sesuai dengan jarak dua kali Paris ke Shanghai pp atau 2 tahun 11 bulan/sejam sehari ), dan tidur (23 tahun, 4 bulan). Bayangkan, kalau kita menjumlahkan semua kegiatan kita ini, maka kita mendapatkan waktu sebanyak 49,3 tahun. Berarti sisa hidup anda yang produktif tinggal 20 tahun, belum dipotong mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci dan meyetrika, memasak, terkena macet, bengong, berpacaran, mengurus anak/orangtua, dll. Waktu untuk beribadah dalam hidup kita, dengan rata-rata 3 jam seminggu dalam dua hari (jumat dan minggu), lalu 5 hari x 10 menit, sebenarnya hanyalah 581hari (1 tahun 6 bulan). Bayangkanlah itu adalah waktu rata-rata yang kita gunakan untuk berhubungan dengan Allah.

Sekarang saya akan mengajak saudara-saudara untuk berkelana soal waktu dan membayangkan tentang waktu yang dimiliki oleh seorang manusia dibandingkan alam semesta ini.

Saudara-saudara yang terkasih,

Banyak orang mengeluh karena merasa tidak cukup waktu untuk melakukan apa-apa dalam hidupnya. Waktu. Apa itu waktu? Karena itu ketika seseorang bertanya, apa sebenarnya yang disebut dengan waktu? St. Agustinus berkata: “What, then, is time? If no one asks me, I know; if I wish to explain to him who asks, I do not know. Yet I say with confidence, that I know that if nothing passed away, there would be no past time; and if nothing were coming, there would be no future time; and if nothing were, there would be no present time.”

Dalam bukunya “Confesssions”, St. Agustinus bergumul dengan pengertian waktu. Apa yang dimaksud dengan waktu? Apa yang dimaksud dengan masa lalu dan masa depan? Dan apa yang disebut dengan saat ini? Agustinus berkata, Augustine melihat bahwa ada tiga bagian waktu yang berbeda: sebuah masa lalu yang hadir sekarang(ingatan/memori), masa kini yang hadir saat ini (persepsi), dan masa depan yang hadir saat ini (harapan). Menurutnya tidak ada masa kini yang sesungguhnya, yang ada adalah persepsi kita sekarang mengenai masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ingatan kita akan selalu berubah karena waktu. Masa ini akan selalu berlalu karena setiap detik yang lewat sudah menjadi masa lalu. Ok, mungkin ini semua terlalu rumit buat kita.

Sementara itu ada orang lain yang berkata bahwa yesterday is the past, tomorrow is the future, and today is the present. The present is a gift. Masa kini adalah masa yang perlu kita jalani, tak usah khawatir akan masa lalu dan masa depan. Makanya ada lagu, “tak ku tahu kan hari esok…”

Mari kita sekarang melihat pemazmur dalam mazmur 90. Mazmur ini adalah mazmur yang ditulis oleh Musa dan bukan Daud. Mazmur yang dipanjatkan oleh Musa ini menunjukkan bahwa kita harus melihat hari-hari dengan bijaksana. Musa menuliskan mazmur tertua ini justru ketika dia memasuki usia tua. Penulisannya dilakukan ketika Israel berada di bagian akhir perjalanan menuju tanah perjanjian. Musa sudah memimpin bangsa Israel berjalan selama hamper 40 tahun, dan Musa sendiri sudah di atas 100 tahun ketika menulis Mazmur ini. Justru ketika memasuki usia senja Musa berkata mengenai belajar menghitung hari sedemikian hingga beroleh hati yang bijaksana. Musa menunjukkan bahwa ada korelasi antara menghitung waktu dan menjadi bijaksana. Orang yang mengetahui waktu dan kegunaannya akan menjadi lebih bijaksana.

Memang ini betul. Musa berkata bahwa hidup manusia terbatas dan singkat. Masa hidup jika kuat adalah 80 tahun. Sebenarnya Musa bukan berbicara mengenai usia maksimum manusia, karena dia sendiri waktu itu berusia lebih dari 100 tahun, mungkin sudah hampir 120 tahun. Dia bicara mengenai generasi Israel yang dihadapinya waktu itu. Kita tentu mengingat ketika Israel membangun patung lembu emas, dan Musa membanting kedua loh batu berisi Hukum Taurat. Allah marah dan berkata bahwa tidak ada dari generasi Israel yang akan memasuki Tanah Perjanjian. Karena itu generasi yang dipimpinnya waktu itu masih muda dan paling berusia maksimum 70 atau 80 tahun. Generasi Musa sudah lenyap seperti janji Tuhan. Hanya Musa yang paling tua. Musa berkata bahwa segala hari berlalu karena gemas Allah (ay. 9) dan waktu berjalan tanpa terasa mereka menghabiskan 40 tahun di padang gurun.

Dalam skala kosmik waktu, maka kehidupan manusia yang 70-80 tahun bukanlah apa-apa. Dalam planet yang katanya berusia 4,5 juta tahun ini, 70-80 tahun bagaikan sebuah titik kecil dalam kehidupan. Piramida Giza di Mesir selesai dibangun tahun 2560 SM, dan karena itu usianya yang mencapai 4500 tahun sekarang membuatnya bangunan tertinggi buatan manusia yang tertua. Bahkan saya pernah melihat sebuah program tv, kalau bumi ini ditinggalkan manusia, piramida masih akan bertahan 5000 tahun lagi tanpa perawatan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangunnya?

Karena itu manusia ingin melakukan banyak hal dalam waktu sesingkat mungkin. Kita tahu bahwa mereka yang mengetahui singkatnya hidup ini akan lebih menghargai waktu.

“cerita mengenai aircrash investigation.”

Doa yang kita panjatkan bukan doa untuk mengetahui kapan dan bagaimana kita akan meninggal, bukan, mungkin kalau kita tahu, waktu kita akan tersita memikirkan itu. tidak, doanya adalah: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian sehingga kami beroleh hati yang bijaksana.”

Mereka yang bijaksana adalah mereka yang menghargai waktu. Bukan dalam arti waktu adalah uang, atau time is money. Tetapi doa yang dipanjatkan Musa adalah agar Allah memampukan kita menghargai waktu, menggunakannya dengan bijaksana.

Yang menakjubkan adalah Musa berkata, “90:15 Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.” Artinya Musa mengatakan bahwa sukacita juga harus dirasa ketika ada kesusahan. Ketika mereka merasa hidup mereka ada dalam kesulitan, Musa meminta Allah untuk mengajar mereka agar mereka bisa menikmatinya. Jadi hari yang baik dan hari yang buruk juga harus kita gunakan dengan bijaksana.

“cerita mengenai masa sulit yang dialami oleh seseorang yang membuatnya mengerti untuk belajar dari kesusahannya.”

Bijaksana atau hikmat adalah kemampuan untuk menilai dengan benar, menentukan piliha yang tepat dan mengambil jalan terbaik untuk tindakan berdasarkan pengetahuan dan pengertian. Dalam Alkitab ada beberapa jenis kebijaksanaan. Ada hikmat dunia, hikmat manusia, hikmat zaman, dan hikmat Allah. Hikmat sejati dimiliki oleh Allah dan tidak bisa diterima oleh mereka yang menaruh kepercayaannya terhadap hikmat dunia. Yakobus 1:5 mengatakan, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, –yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit–,maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Dan Yakobus 3: 17 berkata, “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihandan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.” Inilah hikmat sejati.

Sumber dari memperoleh hikmat ini adalah kemampuan untuk menghitung hari, mengetahui terbatasnya waktu, baik atau buruk, dan meminta pengertian dari Allah.

Kita sering merasa bahwa waktu tidak cukup dan kita selalu dikejar oleh waktu. Tetapi justru dengan waktu, kita sadar bahwa tidak ada yang abadi. Manusia memiliki batas waktu. Kita semua ada waktu kadaluarsanya. Bahkan waktu itu sendiri pun akan kadaluarsa ketika Allah memutuskan untuk mengakhirinya dan menggantinya dengan keabadian. Karena itu belajarlah untuk menjadi bijaksana, dengan waktu di depan kita.

 

Viewed 25650 times by 5996 viewers

2 Comments

  1. commet yg pertama timbul di hatiku setelaah baca renungan ini, adalah: mooi heheee…

  2. Apakah ini atas undangan Tony Purba, apakah pegawai dri Ancol banyak or Cristen???

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *