Janji Pertolongan Tuhan terhadap Orang yang Benar

Khotbah Minggu XIII sesudah Trinitatis

HKBP Singapore

Mazmur 34:15-22 (16

Di dalam hidup ini kita menemukan banyak hal yang membuat kita tidak puas. Ada orang yang korupsi tetapi justru hidup dengan tenang, lalu ada orang yang tidak naik pangkat karena tidak mau membuat laporan ganda. Ada orang yang menjadi kaya karena menipu dan ada yang menjadi dikucilkan karena kejujurannya. Kadang-kadang, keadaan dunia ini yang begitu tidak memihak kepada jalan kebenaran membuat kita tergoda untuk mencoba jalan yang lainnya.

Banyak berita belakangan ini memperlihatkan bahwa ketika Indonesia baru saja berulang tahun ke 67, ternyata banyak koruptor yang juga memeroleh remisi. Sementara itu, banyak orang yang semakin menderita akibat praktek korupsi yang merajalela di Indonesia. Beberapa hari belakangan, seorang pengacara terkenal, yang banyak membela tersangka korupsi baru menuntut seorang wakil menteri hukum dan ham Indonesia karena mengatakan, “pengacara yang membela orang yang korupsi dan makan dari uang itu sama dengan para koruptor.” Mengatakan pendapat yang memerlihatkan kebenaran pun ada harganya. Begitu gawatnya praktek ini, dan begitu minimnya hukuman yang diperoleh oleh para koruptor, maka anak-anak sekolah/muda kita sekarang jadi memiliki cita-cita untuk menjadi koruptor, karena uang banyak dan hukuman sedikit. Biarlah dihukum, tapi memiliki uang, sesuai dengan pepatah Indonesia, “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit di penjara dulu, bersenang-senang dengan uang tabungan kemudian.”

Tetapi, tentu perspektif menghakimi yang salah ini menjadi mudah kalau kita tidak mengalaminya langsung. Kita tentu mudah menunjuk kepada orang yang bersalah kalau kita sendiri tidak melakukannya. Tetapi, bagaimana kalau anda juga pernah melakukan kesalahan yang sama, dan anda juga bersalah, maka pertanyaannya, apakah anda masih boleh mengatakan hal yang sama? “Bolehkan anda memeringatkan orang akan kesalahan mereka, sementara anda sendiri pernah melakukan kesalahan yang sama?” Kasarnya, bolehkan “eks maling” teriak “maling”?

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Itulah yang menjadi dilema dalam Mazmur 34 ini. Mazmur yang ditulis Daud ini merupakan salah satu cerita menarik dalam kehidupan Daud. Judul Mazmur ini menunjukkan situasinya, “Mazmur Daud pada waktu dia pura-pura tidak waras pikirannya, sehingga diusir, lalu pergi.” Jadi, mazmur ini juga sempat menimbulkan perdebatan, apakah mazmur yang ditulis seseorang yang barus saja menipu orang lain layak dipanjatkan kepada Tuhan? Saudara-saudara terkasih, saya mau bertanya kepada anda, jika saudara baru saja menipu orang, dan berhasil, apakah anda akan mengucap syukur kepada Tuhan?

Atau lebih parah lagi, apakah anda akan pura-pura gila sambil memuji Tuhan supaya dapat menyelamatkan diri anda? Akan menjadi lebih kontradiktif lagi kalau kita membaca ayat 14, di mana Daud berkata, “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu.” Bukankah ini jadi terdengar munafik? Seseorang yang berbohong tetapi justru memperingatkan orang untuk tidak berbohong.

Saya akan bercerita dulu mengenai konteks waktu Mazmur ini ditulis. Daud waktu itu sudah menjadi popular di kalangan orang Israel karena dia berhasil memenangkan beberapa perang dan membunuh Goliath. Raja Saul iri kepadanya dan berusaha membunuhnya. Karena takut, Daud kemudian lari menghindari Saul. Kita tentu tahu cerita di mana Daud 3 kali membiarkan Saul hidup, meskipun dia memiliki kesempatan untuk membunuhnya. Namun, sebagai manusia biasa, Daud juga takut akan hidupnya.

Daud telah beberapa kali berbohong untuk menyelamatkan dirinya dari Saul. Pertama, dia lari dari jendela, dibantu Mikhal, isterinya yang juga puteri Saul. Mikhal kemudian menipu Saul tentang keberadaan Daud. Lalu dia pernah meminta Jonathan, anak Raja Saul, untuk berbohong mengenai ketidakhadirannya dalam makan bersama (1 Sam. 20:1-6), karena Saul mau membunuhnya. Atau ketika Daud berbohong kepada Imam Ahimelek (1 Sam. 21), di mana dia mengatakan bahwa Raja Saul mengutusnya, padahal dia sendiri sedang lari dari Raja. Imam kemudian memberi dia bekal roti dan juga pedang Goliath. Saul yang kemudian mengetahui hal ini menjadi marah besar dan membunuh 85 orang imam dari kota Nob. Hanya satu keturunan imam Ahimelek yang hidup, namanya Abyatar, yang kemudian dilindungi Daud.

Daud juga menutupi identitasnya kepada Raja Akhis, dan orang-orang di Gath (1 Sam. 21:10dst). Karena takutnya, Daud berlaku seperti “orang yang sakit ingatan di depan mata mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka; ia menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya (1 Sam. 21:13).”

Dan inilah mazmur yang kemungkinan besar dinyanyikan Daud ketika dia menghadapi raja dan orang-orang Gat. Tidak berhenti di situ, Daud juga kemudian kembali ke raja Akhis (1 Sam. 27) dan bahkan menjadi prajuritnya, dan berperang untuknya, yang notabene adalah musuh bangsanya sendiri.

Lalu, sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana kita harus memahami mazmur ini?

Jawabannya tidak muncul di mazmur ini, kita bisa melihatnya di Mazmur 56. Mazmur 56:1 menyatakan, “Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Merpati di pohon-pohon tarbantin yang jauh. Miktam dari Daud, ketika orang Filistin menangkap dia di Gat.” Mazmur ini ditulis pada saat yang sama dengan Mazmur 34. Mazmur 56 berisi tangisan, ketakutan, kemanusiaan Daud yang disampaikannya kepada Allah.

Jadi Daud, akhirnya menyadari kesalahannya dan menyadari kebenaran dan keagungan Tuhan. Ketika Daud menyatakan hal ini, dia sebenarnya mengajari orang untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dengan dirinya. Dan karena itu dia meminta kita untuk takut kepada Allah.

Saudara-saudara, dengan konteks inilah, kita membaca mazmur ini. Ada pelajaran yang bisa kita petik dari Mazmur Daud ini.

1. Allah bisa memakai kekurangan kita untuk memuji namaNya. Tetapi pujian yang disampaikan bukan pujian yang pura-pura, melainkan pujian yang lahir dari relasi yang baik. Ketika kita memiliki relasi yang baik dengan Allah, maka kita akan mengerti bahwa Allah adalah pengasih, yang memberi pengampunan kepada mereka yang mengakui dan menyesali kesalahannya. Dalam masa yang sama, Daud minta ampun dan menyesali kesalahannya. Tidak ada yang sempurna, namun ketidaksempurnaan kita membuat kita sadar akan kesempurnaan Allah.

Karena itu kita juga melihat banya pimpinan institusi agama yang jatuh ke dalam pencobaan, namun mencoba menunjukkan kehidupan yang baik.Mazmur ini bukan alasan bahwa “pemimpin agama juga  manusia” namun untuk memperlihatkan betapa rapuhnya manusia yang bisa sewaktu-waktu jatuh ke dalam pencobaan.

Karena itu saudara-saudara, dengan penuh kesadaran, maka saya juga berkhotbah sebagai seorang manusia berdosa kepada manusia berdosa lainnya. Tetapi, kita harus tetap memuji dan memuliakan Tuhan dari ketidaksempurnaan kita.

Selalu ada dua sisi dari manusia. Manusia yang jahat pun pasti memiliki kebaikan, dan manusia yang baik juga memiliki kekurangannya sendiri. Buktinya, preman yang handal dan bonafit, biasanya membangun jaringannya dan menyekolahkan banyak orang yang kemudian akan menganggap dia sebagai orang yang baik. Sementara orang baik pun memiliki kesalahan, sehingga kita pun cepat kecewa kalau kita tahu ada orang yang kita anggap baik ternyata melakukan kesalahan juga. There’s always two side of the same coin, some has one side more significant than the other, some are not and stay consistent. Tapi ketika kita mengenal dua sisi ini, maka kita menjadi lebih paham akan kehidupan orang tersebut.

Saya diundang untuk berkhotbah di kebaktian di KPK bulan September nanti untuk menyampaikan Firman Allah kepada mereka yang menjadi tahanan di sana. Tidak banyak penghuninya, hanya 3-5 orang. Mereka yang ikut kebaktian ini katanya adalah intelektual Kristen yang mencari jawaban terhadap apa yang mereka sedang hadapi pada saat ini. Lalu penatua yang menghubungi saya menyampaikan beberapa hal mengenai situasi rohani mereka pada saat ini. Pertanyaannya, apakah saya manusia yang lebih baik dari mereka untuk memperingatkan mereka akan kesalahannya? Atau berita apakah yang akan saya sampaikan. Ternyata, berteriak “anda salah” dari luar lebih mudah daripada ketika kita mengenal mereka secara pribadi. Inilah yang dikatakan oleh Daud, orang berdosa itu. Bahwa di tengah dosanya, Allah memakainya sebagai manusia yang berdosa untuk menyatakan kesempurnaan Allah.

Hal kedua, Mazmur 34:15-22 mengajarkan kita bahwa Allah tidak alpa dari orang-orang benar, dan telingaNya selalu tajam mendengarkan mereka yang minta tolong. Hal ini diungkapkan pemazmur yang merasa lega akan pertolongan Tuhan setiap saat dirinya merasa terancam oleh lawannya. Allah adalah Tuhan yang menentang orang-orang berbuat jahat. Mereka bukan hanya ditentang, tetapi ingatan tentang mereka juga akan dihapuskan, artinya pada suatu saat nanti akan ada situasi di mana kita tidak akan mengingat lagi kejahatan yang terjadi di masa lampau.

Hal ini tentunya merupakan sebuah harapan yang disampaikan Daud yang juga telah mengalami hal yang sama dalam pergumulan hidupnya.  Pada akhirnya Allah akan melindungi mereka yang berlindung kepadaNya. Ini adalah janji yang membawa harapan buat orang-orang yang ditindas karena kebenaran. Kalau pada saat ini kita belum merasakan pertolongan Tuhan, itu bukan berarti karena Dia tidak memerhatikan kita. Ingatlah bahwa mata dan telinga Tuhan terarah kepada mereka yang percaya kepadaNya.

Kalau saudara pada saat ini mengalami penindasan karena melakukan hal yang benar, bahkan akhirnya harus menutup diri karena kebenaran, maka sepertinya nyanyian Daud, Allah akan mendengar suara kita. Harapan membuat kita bertahan dalam pergumulan hidup kita. Tanpa harapan, kita akan cepat menyerah dan tidak mau melanjutkan hidup lagi. Harapan membuat kita bisa melihat apa yang tak bisa kita lihat dan yakin akan hal yang belum kita rasakan. Mazmur ini juga mengandung harapan. Persis ketika Daud merasakan kesulitan karena dikejar Saul, dia menyatakan harapannya, keyakinannya bahwa Allah tidak akan meninggalkan dia. Saudara-saudara, ketika saudara berada di tengah kesulitan, ingatlah mazmur Daud ini, bahwa Allah tidak akan meninggalkan orang yang berlindung kepadaNya. Tetaplah berharap dan arahkanlah  permohonanmu kepada Tuhan. Amin.

 

Viewed 33619 times by 6893 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *