Kenali Buahnya!

Khotbah Minggu 12 Agustus 2012

HKBP Tangerang Kota & HKBP Menteng

Matius 7:15-23

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Di masa sekarang ini banyak sekali hal palsu. Semua barang bisa dipalsukan. Ada dua jenis pemalsuan barang yang saya tahu. Pertama, ada barang yang dipalsukan untuk mendapatkan keuntungan, tetapi konsumen tidak menyadarinya, seperti obat palsu yang banyak dijual di berbagai toko obat, buku bajakan -> bahkan banyak Kidung Jemaat bajakan, KTP palsu, paspor palsu, uang palsu, dll. Kedua, jenis barang/benda yang dipalsukan karena memang harga barang aslinya terlalu mahal, sehingga orang tetap membeli barang palsu tersebut, seperti tas KW 1, KW 2, sepatu, jam tangan rolex KW 1 dan 2. Ada juga orang yang menjual barang asli tapi palsu seperti barang reject, yang katanya memiliki kecacatan pada produksi namun tetap layak pakai. Mereka yang memilih barang palsu ini biasanya mengutamakan gaya dan penampilan daripada kekuatan produknya. Manusia ingin menampilkan yang terbaik sehingga pilihan untuk menampilkan yang palsu pun kita tidak segan. (sepatu eagle dulu namanya eagel, atau iPhone buatan Cina).

Hebatnya lagi, manusia tidak hanya memalsukan barang yang tampak dari luar/sesuatu yang dibeli, tetapi juga barang yang ditanamkan ke dalam tubuh. Di Korea Selatan, praktek operasi plastik menjadi sebuah kewajaran. Para selebriti Korea mempopulerkan praktek ini dengan tidak segan memberitahu mengenai hasil operasi mereka pada hidung, mata, rahang, dll. Orangtua juga sering menjanjikan operasi menghilangkan kerutan mata, atau memancungkan hidung jika anak mereka lulus ujian.  Pada tahun 2009, satu dari lima perempuan di Seoul usia 15-49 telah mengalami paling tidak satu kali operasi plastik. Sementara itu di Indonesia praktek ini masih diam-diam. Banyak orang pergi ke Korea Selatan untuk menjalani operasi plastic ini. Ternyata, klinik Tong Fang tidak bisa membantu orang untuk memperbaiki penampilan fisik mereka. Tetapi, saya mau memberitahu bagaimana kita bisa membedakan yang pernah operasi plastic, dan mereka yang belum pernah, lihat dari anak mereka. Kalau orangtuanya hidungnya mancung dan anaknya tidak, maka mungkin hidung orangtuanya pernah mengalami operasi plastic.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Keinginan orang menampilkan yang palsu, membuat kita kadang-kadang sulit melihat yang mana yang asli dan mana yang palsu.  Ini juga membuat orang mau menyediakan produk palsu. Ada demand dan supply. Yang menjadi masalah adalah ketika seseorang menyediakan ajaran palsu, apalagi ajarannya mengenai Kerajaan Allah. Hal inilah yang diperingatkan oleh Tuhan Yesus dalam khotbah di bukit.

Teks yang kita baca ini adalah bagian akhir dari khotbah di bukit. Setelah khotbah mengenai para pengajar palsu ini, Yesus menjelaskan mengenai orang yang melakukan FirmanNya akan sama seperti orang yang membangun rumah di atas batu, yang memiliki pondasi yang teguh. Karena itu, sebelum kita melakukan ajaranNya, Yesus memeringatkan  kita untuk terlebih dulu memilah ajaran yang asli dari yang palsu.

Tuhan Yesus memberi peringatan terhadap pengajaran sesat. Dari tampilan luar, para pengajar ini akan terlihat innocent dan imut-imut seperti domba, bahkan digemari oleh banyak orang, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas (7:15).

Bagaimana cara mengenali serigala sesungguhnya dan serigala berbulu domba? Inilah  nasihat Yesus. Penampilan luar yang menipu akan terlihat dari buahnya. Sebaik-baiknya serigala itu menyamar sebagai domba, keturunannya akan tetap menjadi serigala.  Tuhan Yesus berkata, “7:16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 7:17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 7:18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.” Kita bisa mengenali mereka dari buahnya, dari tujuannya. (Lihat juga  Luk. 6:43, 44)

Karena itulah Tuhan Yesus berkata bahwa tidak semua orang yang berseru dan memanggil nama Tuhan akan masuk ke kerajaan Allah. Bahkan, tidak semua orang yang bernubuat dan mengusir setan atas nama TUHAN akan masuk ke kerajaan Surga. Ada orang yang melakukan hal tersebut dengan kepalsuan.

Sayangnya, ayat ini digunakan oleh orang Kristen juga untuk saling menyerang. Saya sudah beberapa kali mendengar beberapa khotbah yang secara spesifik menyerang pengkhotbah atau aliran gereja tertentu. Semua saling mengklaim bahwa yang lainnya itulah pengajar sesat. Ironisnya, ayat ini digunakan untuk saling menyerang.

Padahal maksud Tuhan Yesus bukanlah untuk membangkitkan fitnah di antara pengikutnya mengenai siapa yang asli atau yang palsu. Ini bukan kalimat yang bertujuan untuk menciptakan keresahan di antara pengikut Kristus. Ini adalah peringatan untuk berhati-hati.

Peringatan ini diberikan, seperti saya katakan tadi, karena agama adalah sebuah komoditas yang bisa dijual. Karena itu, agama pun menjadi produk jualan. Sama seperti masa kini, agama juga menjadi produk jualan. Bagaimana kita bisa membedakan ajaran yang sesungguhnya dari ajaran yang palsu yang hanya untuk komoditas jualan, bisa kita lihat dari buahnya.

Agama itu bisnis di Indonesia. Kita bisa melihat bahwa para tokoh agama pun sekarang menjadi selebriti. Para tokoh agama meluaskan sayapnya menjadi bintang iklan, penasihat perusahaan, pebisnis, hingga juru kampanye seorang tokoh politik, seperti yang dilakukan oleh “abang” kita minggu lalu mengenai calon gubernur DKI tertentu. Isu tentang agama menjadi barang jualan, bahkan juga dijual dengan sengaja. Kita bisa melihat dari motifnya, apakah seseorang itu benar-benar mengabarkan suara Allah untuk Kerajaan Allah atau hanya kepentingannya sendiri.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Kita harus membedakan pengajar palsu dan pengajar tidak baik. Pengajar palsu adalah mereka yang dengan sengaja berbulu domba untuk menipu. Sementara pengajar yang tidak baik adalah mereka yang tidak memiliki kualitas yang baik.  Pengajar sesat biasanya charming dan menarik, sementara pengajar tidak baik memang tidak berkualitas. Yang paling sulit adalah mengenali pengajar sesat, karena pengajar tak berkualitas memang tidak baik.

Sekarang ini banyak orang yang menjadi pengajar palsu untuk keuntungan dirinya. Misalnya, kecenderungan untuk menggunakan gelar yang panjang untuk menakut-nakuti orang lain. Sekarang, banyak sekolah menjual gelar, karena orang suka gelar yang panjang. Anda bisa membeli gelar apapun, lalu menjadi pengajar berdasarkan gelar itu.

Sekarang ini ada sekitar 280 STT di Indonesia. STT ini berkisar dari Sekolah seperti STT Jakarta, yang melahirkan para pemikir, teolog, dan calon pendeta berkualitas untuk gereja-gereja (maaf agak menyombongkan diri), hingga STT yang menghasilkan lulusan sarjana dalam waktu 1 tahun, dengan pengajar dan program studi yang “ala kadarnya.” Kita bisa bayangkan kualitas yang dihasilkan dari sekolah ini, tentu pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik. Sekarang banyak juga universitas yang sekedar berdiri tanpa memerdulikan siapa yang mengajar, fasilitas, dll, hanya mengejar uang mahasiswanya. Bayangkanlah tempat seperti ini akan menghasilkan lulusan, yang kalau dipercaya akan mengajar juga di tempat yang sama. Tapi ini tidak masuk dalam kategori pengajar sesat, mereka hanya pengajar yang tidak berkualitas.

Tuhan Yesus menunjuk bagaimana kita bisa mengidentifikasi siapa pengajar sesat itu. Lukas 6:45 mengatakan, “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” Banyak orang hidup adalam kepura-puraan dan mungkin bisa menunjukkan karunia Roh di dalam perbuatannya (1 Kor. 13), namun yang membedakan adalah hasilnya.

Buah apa? Ketika seorang mengajarkan tentang kesetiaan dan ternyata dia beristri lebih dari satu atau selingkuh, maka dia adalah pengajar palsu. Ketika seorang pengajar yang baik justru memperkaya diri sendiri sementara orang miskin yang ada di sekitarnya tidak memeroleh pertolongan, maka dia adalah pengajar palsu. Ketika ada aliran yang malah memisahkan keluarga bukan menyatukannya, maka itu adalah pengajar palsu. Sebuah gereja yang baik bisa dirasa dari buah yang baik.

Ada pepatah Indonesia yang serupa dengan perkataan Yesus ini, “Hujan di atap, jatuhnya di pelimbahan juga.” Atau dalam bahasa Batak, “ndang dao tubis sian bona na.” Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

Kalau sikap kita terhadap pohon yang buruk sudah jelas, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana dengan buahnya? Dalam kehidupan kita sekarang, kita sering juga langsung menghakimi buah yang berasal dari pohon yang tidak baik. Pepatah ini sering digunakan untuk menghakimi buah yang dihasilkan dari pohon tersebut. Sering kali pernikahan dalam adat batak gagal karena pepatah ini: “bibit, bebet, bobot.” Kita menghakimi pohon dan juga buahnya. Sepertinya kita tidak memberi kesempatan kepada buah yang dari pohon yang buruk ini untuk berkembang.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa pohon yang tidak baik itu yang ditebang dan dimasukkan dalam api. Bagaimana dengan buahnya? Memang tidak dikatakan apa yang harus kita lakukan terhadap buahnya. Idealnya, buah ini harus kita maksimalkan. Apakah buah buruk selalu menghasilkan pohon yang buruk? Namun dengan teknologi sekarang, buah yang buruk juga bisa menjadi makanan yang enak. (atau bahkan sekarang sedang ngetrend buah organik, mereka justru mencari buah yang agak sedikit busuk, atau yang didatangi lalat karena artinya buah ini adalah tanpa bahan pengawet).

Saudara-saudara, kebijaksanaan yang diajarkan Tuhan Yesus ini memeringatkan kita untuk berhati-hati terhadap pengajar palsu. Bagaimana membedakannya, lihat buahnya! Kenali pohon yang baik dari buah yang baik. Kenali Firman Allah untuk mengenali ajaran yang tidak baik, jadilah bijak, dan berjaga-jagalah. Amin.

Viewed 22416 times by 8159 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *