Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu

Khotbah Wisuda STT Jakarta, Sabtu, 9 Juni 2012

 Yosua 1:1-9

Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu

 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, para wisudawan-wisudawati,

Waktu wisuda adalah waktu yang penuh dengan emosi yang bercampur. Wisuda adalah titik akhir dari satu perjalanan studi, dan titik awal dari perjalanan yang lain. Ada sedikitnya tiga arti wisuda buat mereka yang sebentar lagi akan resmi menyandang gelar Sarjana Sains Teologi, Master Teologi, Master of Divinity, Magister Ministry, dan Doctor Ministry. 

Pertama, buat sebagian orang, wisuda adalah sebuah insentif, di mana dunia penuh kesempatan menjadi terbuka buat mereka. Kedua, wisuda adalah tanda mulainya mereka memasuki dunia yang sesungguhnya, sekaranglah saatnya mengabdikan ilmu yang telah diperoleh. Lalu bagi sebagian lagi, jenis ketiga, wisuda adalah saat yang menegangkan, karena sampai saat ini mereka masih kebingungan akan langkah mana yang akan ditempuh setelah wisuda ini, apakah akan kembali ke gereja atau melanjutkan studi, atau istirahat dulu.

Karena saya sendiri juga di waktu yang tidak begitu lama dari sekarang pernah duduk di bangku yang sama dengan para wisudawan, maka ijinkanlah saya menyampaikan sebuah teori mengenai perjalanan studi di STT Jakarta. Sebelum resmi menjadi mahasiswa, para calon mahasiswa memasuki kampus STT dengan beberapa ide mengenai apa sekolah ini  dan memulai ujian masuk mereka. Mereka menjalani ujian masuk dengan wajah tegang. Hal ini berubah ketika mereka memulai kuliah di STT Jakarta, mahasiswa S1 khususnya, memulai dengan wajah optimis dan ceria. Kebersamaan dan kegembiraan menjadi ciri khas mereka yang masuk asrama. Mahasiswa mulai membaca buku yang katanya menggoyahkan atau membangun iman mereka. Mereka belajar dan menimba ilmu. Lalu di pertengahan studi rasa bosan mulai menghampiri. Ketika memasuki akhir masa studi, para mahasiswa mulai tegang, bukan saja karena bimbingan skripsi yang mengungkapkan berapa ratus kesalahan penulisan yang mereka miliki, tapi juga karena mulai muncul pertanyaan apa yang akan saya lakukan setelah ini. Setelah mengumpulkan skripsi mereka bergembira atas pencapaian mereka.

Tetapi, keluarga dari wisudawan, saya mau memberitahu saudara sebuah rahasia, tidak semua wisudawan tahu apa yang akan mereka lakukan sesudah wisuda ini, dan ini menjadi pergumulan mengenai masa depan mereka. Setelah wisuda sebagai sebuah titik finish telah dicapai, awal ini juga kembali mengundang perenungan yang baru. Pertanyaan yang muncul adalah, “Apa yang akan saya lakukan? Sanggupkah saya melakukannya? Siapkah saya melakukannya?” Intinya, mahasiswa masuk dan keluar dari STT Jakarta dengan muka tegang.

Mereka yang memutuskan untuk kembali ke gereja melalui jalur gerejawi yaitu menjadi pendeta atau gembala, masih akan menjalani beberapa proses lagi di gereja masing-masing. Bagi mereka yang belum tahu mau melakukan apa, mereka harus segera menentukannya. Sekarang lulusan STT Jakarta, juga banyak yang berkiprah di bidang lain selain pelayanan di gereja, misalnya di dunia asuransi, organisasi nir-laba, NGO, kantor pemerintah, pejabat militer, dan lain-lain. Apalagi buat mahasiswa ministry non-pendeta, mereka pasti akan kembali ke dunia kerja mereka dengan perspektif baru.

Intinya dalam wisuda, ada berbagai perasaan bercampur: excitement, harapan, dan juga kecemasan akan apa yang akan menyongsong di depan, apalagi saat ini saudara-saudara akan kembali ke tantangan dunia yang beragam. Tidak ada yang tahu masa depan seperti apa yang menanti anda. Apalagi kalau kita bicara soal masa depan bersama dalam dunia ini.

Berbagai masalah kita hadapi dalam konteks kita sekarang. Bumi sekarang semakin panas karena global warming; rusaknya hutan tropis dengan cepat di Indonesia yang kalau tidak ditanggulangi diprediksi akan hilang pada tahun 2022 (menurut perhitungan tahun 2010, maka akan ada kira-kira 700 m2 (50 km2 per hari) hutan yang ditebang pada saat khotbah ini saya akhiri); lalu kita berada dalam sebuah proses transisi di mana magnet bumi akan beralih sehingga utara menjadi selatan dan selatan menjadi utara (terakhir terjadi 780,000) tahun yang lalu; konteks bencana alam di Indonesia. Kita belum bicara kepada masalah krisis ekonomi global yang belum betul-betul pulih, lalu entah apa yang akan terjadi pada ekonomi Indonesia kalau Uni Eropa terkena krisis ekonomi gelombang kedua yaitu kebangkrutan Spanyol dan Italia. Inilah realitas dunia yang kita hadapi.

Lalu bagaimana kita bisa melangkah menuju masa depan bersama?

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, para wisudawan-wisudawati,

Inilah saatnya kita belajar dari kisah Yosua ini. Kalimat “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu!” adalah tema besar dalam Yosua 1. Bukan hanya karena kalimat ini diucapkan sebanyak 4 kali dalam Yosua 1 ini (3 kali dalam bacaan kita ini, dan terakhir ayat 18), tetapi juga karena kalimat ini sudah diucapkan sebelumnya kepada Yosua ketika Musa memberitakan akhir pelayanannya kepada bangsa Israel.

Yosua sendiri bukan orang baru bagi bangsa Israel. Sebagai penerus Musa, Yosua sudah pernah turut dalam perang Israel melawan orang Amalek (Kel. 17:9-13), menjadi salah seorang dari 12 mata-mata yang dikirim ke tanah Kanaan (Bil. 13:8) yang mana hanya dia dan Caleb yang mendukung Musa untuk mengambil tanah tersebut. Yosua juga muncul sebagai asisten ketika Musa naik ke Gunung Sinai (Kel. 24:13; 32:17). Jadi Yosua memang sudah dipersiapkan untuk meneruskan kepemimpinan Musa.

Di dalam Ulangan 31, Musa mengatakan kepada Israel bahwa dia tidak akan masuk ke tanah perjanjian. Tentu Israel berada dalam kebimbangan, siapakah yang sanggup menggantikan Musa memimpin mereka?

Dan persis di saat seperti ini Musa berkata kepada Israel, dalam Ulangan 31:6 “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,  janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan  engkau.”

Setelah itu, Musa memanggil Yosua, dan berkata kepadanya di depan seluruh orang Israel: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya.”

Sekarang bayangkanlah kalau anda adalah seorang calon pengganti Musa. Siapa saja yang meneruskan kepemimpinan Musa harus mempertimbangkan bahwa dia adalah manusia yang dipanggil Tuhan langsung, berbicara melalui api dalam semak yang tidak terbakar, memimpin umat selama 40 tahun, membelah laut dengan tongkatnya, membuat mata air ketika bangsa Israel kehausan, mengubah sungai menjadi semerah darah, mendatangkan manna, dan banyak lagi karya ajaib lainnya; dan belum lagi fakta bahwa dia sanggup memimpin sebuah bangsa yang selalu mengeluh dan protes atas kesusahan apa saja yang mereka hadapi. Orang seperti Musa inilah yang Yosua harus lanjutkan tongkat kepemimpinannya.

Sebagai manusia, sudah tentu Yosua memiliki banyak keraguan, bukan hanya dari pandangan bangsa Israel yang mungkin meragukannya, tapi juga dari dalam batinnya sendiri yang bertanya, “Apakah saya sanggup melakukan hal ini?” Lalu Yosua tentu memiliki ketakutan mengenai masa depannya bersama bangsa Israel. Masa depan seperti apa yang akan dihadapinya sebagai pemimpin yang baru, yang langsung dihadapkan pada sebuah tugas berat, merebut kota Yerikho, yang digambarkan oleh 10 mata-mata yang menolak untuk menyerang kota itu sebagai kota para raksasa. Di dalam suasana seperti inilah, masa yang penuh keraguan dari luar, dari diri sendiri, dan akan masa depan, firman Allah yang menyapa Yosua, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu!” menjadi sangat relevan.

Ada tiga kali kalimat ini terdengar dalam bacaan kita. Pesan pertama “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu!” (ay. 6) berhubungan dengan damai di dalam diri mengenai kepastian pemilihan Tuhan, mengenai sebuah kesinambungan masa lalu dengan dirinya. Firman Tuhan meyakinkan Yosua, bahwa dialah yang dipilih untuk memimpin bangsa Israel.

Kalimat kedua (ay. 7) memiliki sebuah penekanan, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh!” Hanya di pesan kedua ini kita menangkap sebuah penekanan, “be strong and very courageous.” Kalimat ini dihubungkan dengan perintah untuk terus menjaga dan menaati Hukum Taurat Tuhan sebagai pegangan hidup Yosua. Artinya, Yosua diminta untuk sungguh-sungguh mendasarkan hidupnya hanya kepada Firman Tuhan.

Lalu kalimat ketiga dihubungkan dengan perasaan manusia: kecut dan tawar hati. “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu” sebab Tuhan menyertai langkah Yosua ke manapun dia pergi. Di sini kita melihat mengenai janji Tuhan akan penyertaanNya terhadap Yosua di masa yang akan datang.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, para wisudawan-wisudawati,

Kita telah melihat tantangan yang akan kita hadapi bersama dalam masa depan kita. Buat Yosua, masa depannya adalah real, ada di depan matanya. Dia harus segera memimpin bangsa Israel memasuki tanah perjanjian. Tantangan masa depannya ada di depan mata. Sama seperti kita sekarang, tantangan kita juga ada di depan kita. Kita tidak bicara mengenai masa depan yang jauh, tetapi sudah terjadi sekarang juga.

Karena itu Firman Tuhan kepada Yosua juga meyapa kita semua saat ini. Pertama, “kuatkan dan teguhkanlah hatimu”, karena Allah memilih anda semua, wisudawan/wati, untuk datang ke STT Jakarta dan belajar bersama di sini. Kita ada di sini karena Allah yang menginginkannya. Sama seperti Allah memilih Yosua, Allah juga memilih kita semua untuk ada di tempat ini, baik sebagai wisudawan/wati atau sebagai keluarga besar.

Nasihat kedua “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh!” ingin mengingatkan kita agar selalu berpegang kepada Firman Tuhan. Banyak yang mengatakan bahwa lulusan STT Jakarta sesat, atau menjadi tidak perduli terhadap Firman Allah. Kita harus hati-hati terhadap kesombongan iman, sehingga kita merasa sudah tahu apa Firman Allah tanpa mendalaminya lebih lanjut. Firman Tuhan kepada Yosua juga akan saya bacakan lagi buat para wisudawan/wati: “bertindaklahhati-hati sesuai dengan seluruh hukumyang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa;janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri,supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.1:8 Janganlah engkau lupa memperkatakankitab Taurat  ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Dengan berpegang kepada Firman Tuhan, kita akan beroleh kekuatan.

Lalu nasihat terakhir, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu”, janganlah kecut atau tawar hatimu menghadapi dunia yang semakin tidak menentu ini. Jangan takut menghadapi masa depan yang belum pasti.

Kerajaan Allah memang akan datang, tetapi di dalam penantian kita harus bekerja bersama untuk mewujudkan hal itu. Salah satu kelebihan lulusan STT Jakarta adalah kepedulian dan kepekaan dalam bidang sosial. Karena itu hendaknya dalam mewujudkan masa depan bersama, sebagai orang-orang yang dipilih Tuhan, yang setia kepadaNya, marilah kita bersatu, dan membangun masa depan kita sekarang.

Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, karena Allah memilih, menyertai orang yang menjaga FirmanNya. Paulus berkata, “Jikalau Allah di pihak kita, siapakah lawan kita?” saudara-saudara, wisudawan/wati terkasih dalam Kristus, keluarlah dari institusi ini dengan langkah mantap dan pasti, layanilah Allah, dan Dia akan bersama dengan kalian. Amin.

 

Pdt. Binsar Jonathan Pakpahan

 

Viewed 65733 times by 19691 viewers

4 Comments

  1. tina haisma saragih

    mantaaaap…mang binsar…Puji Tuhan!!!

  2. tina haisma saragih

    Mantaaappp…mang Binsar…. puji Tuhan!!!!…

  3. sosok Josua ” membekas ” banget di hati aku ‘to. kalau boleh sharing sedikit, dulu kepengurusan remaja diimpin sama kk kami ka meltrine. dia memang jauh lbh tua dr kami semua pengurus. dia dihormati ( disegani ) gak cuma sm pengurus, tp jg sm sintua. pendalaman FT-nya – buat aku nih – mantaf !! selalu saja dapat sesuatu yg baru kalau sdh dia yg pimpin komsel atau PA. suatu kali dia apply U.S green card dan dijawab. sebelum pergi dia pesan sm aku, kalau aku lah yg harus menggantikan dia ( padahal msh ada salah satu pengurus yg lbh senior dr aku ). makanya sejak aku baru jd pengurus, dia selalu mengajarkan aku apa yang perlu, khususnya ttg melayani Tuhan.

    beberapa bulan menjelang keberangkatan dia ke amrik, perasaan aku gak karuan. pikiran dan perasaanku persis seperti yg ito tuliskan : ” Sekarang bayangkanlah kalau anda adalah seorang calon pengganti Musa. Siapa saja yang meneruskan kepemimpinan Musa harus mempertimbangkan bahwa dia adalah manusia yang dipanggil Tuhan langsung, berbicara melalui api dalam semak yang tidak terbakar, memimpin umat selama 40 tahun, membelah laut dengan tongkatnya, membuat mata air ketika bangsa Israel kehausan, mengubah sungai menjadi semerah darah, mendatangkan manna, dan banyak lagi karya ajaib lainnya; dan belum lagi fakta bahwa dia sanggup memimpin sebuah bangsa yang selalu mengeluh dan protes atas kesusahan apa saja yang mereka hadapi. Orang seperti Musa inilah yang Yosua harus lanjutkan tongkat kepemimpinannya.

    Sebagai manusia, sudah tentu Yosua memiliki banyak keraguan, bukan hanya dari pandangan bangsa Israel yang mungkin meragukannya, tapi juga dari dalam batinnya sendiri yang bertanya, “Apakah saya sanggup melakukan hal ini?” Lalu Yosua tentu memiliki ketakutan mengenai masa depannya bersama bangsa Israel. Masa depan seperti apa yang akan dihadapinya sebagai pemimpin yang baru, yang langsung dihadapkan pada sebuah tugas berat ”

    biar bagaimanapun sosok dia sbg pemimpin besar sdh melekat di benak para pengurus. nah gue, siape ?? hahaha … malah aku sempat mengalami yg namanya ” penolakan ” mereka ( para pengurus ) meskipun tidak terang2xan. aku juga sempat ragu apa benar Tuhan pilih aku sbg ganti kk-ku ? soalnya kl disandingkan dgn dia, waduuuuhhh jauh bangetttttttttttt. 50%nya aja gak ada. bisa apa gue ??

    ajaibnya, saat lg persiapan utk pimpin PA Pekerja, aku dapat ayat ini : ” No man shall be able to stand before you all the days of your life. As I was with Moses, so I will be with you; I will not fail you or forsake you ” [ Joshua 1 : 5 ] ” dan semakin mantaplah langkahku meneruskan kepemimpinan ka meltrine terdahulu.

    belakangan ini memang aku lg merasa down soal pelayanan. banyak masalah, as usual :P ( kalo gak ada masalah gak seru kali yeeee ). masalah yg terbesar adalah dlm tubuh kepengurusan remaja itu sendiri. visi dan misi kami sdh mulai kabur. kesetiaan dan kerajinan sdh mulai kendor. sdh tdk mau berlelah lg utk Tuhan. apa-apa bawaanya capek, pdhl belum jg kerja. doaku malah berubah, ” Tuhan, pilih aja deh yg lain. aku udh gak kuat lg “. tapi Tuhan diem aja ( kesel kali yeeee sm gue … hahaha … )

    tp puji Tuhan, pas aku saat teduh diingatkan kembali. dan tulisan ito ini menyemangati lg. waaahhh, Tuhan memang peduli sm kondisiku ini ! :) terima kasih sudah ber bagi berkat melalui tulisan ini.

  4. terima kasih untuk sharingnya to, memang kadang-kadang kita pikir kita tidak mampu kalau mengandalkan pikiran sendiri. Semoga ito tetap semangat dalam melayani remaja, dan selalu ingat bahwa orang yang melayani pasti dilengkapi dengan Roh Tuhan, meski kita sendiri kadang masih takut menjalaninya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *