De medemens helpen

Lukas 3:3-16

4e zondag Advent/Khotbah Minggu Advent ke-4

 

Menolong Sesama Manusia

 Saudara-saudara terkasih dalam Kristus.

Bulan lalu saya mendapat link tentang seorang gadis kecil Yueyue yang tinggal di kota Foshan, propinsi Guandong di Cina. Gadis ini ditabrak sebuah van yang langsung meningkalkannya. Lalu lebih dari selusin orang melewati gadis cilik ini berdarah di jalan, sampai sebuah mobil lain melindas kakinya. Peristiwa ini direkam sebuah video pengawas CCTV di jalan tersebut. Dari video kita bisa melihat bahwa orang sengaja melewati gadis ini dan pura-pura tidak melihatnya sampai seorang pemulung melihatnya lalu menolongnya. Orang-orang tidak mau menolong karena mereka tidak mau terlibat dalam urusan dengan polisi dan rumah sakit, karena di Cina mereka yang menolong/melapor sebuah peristiwa wajib untuk terlibat dalam peristiwa selanjutnya yang berhubungan dengan korban, bahkan wajib membayar rumah sakit orang yang ditolongnya. Karena hal ini, orang jadi enggan menolong sang gadis kecil. Sebuah kisah yang membuat hati nurani terusik terutama terjadi di dunia masa kini. Yueyue sekarang telah meninggal dunia karena keengganan orang untuk menolongnya.

Saudara-saudara,

Kisah yang kita baca ini berhubungan dengan kisah Yueyue. Hari ini adalah minggu advent ketiga dari rangkaian empat minggu sebelum natal. Advent ketiga adalah mengenai kegembiraan. Dalam tradisi gereja, lilin advent pertama dan kedua berwarna ungu untuk menyatakan harapan dan kasih Tuhan akan keselamatan kita. Advent ke-3 adalah spesial karena lilin hari ini berwarna merah muda/pink. Pda hari ini Paus akan memberikan setangkai mawar merah muda kepada warga yang berprestasi dalam gereja Katolik. Warna merah muda melambangkan peralihan dari harapan menjadi sukacita.

Dan hari ini kita akan bicara mengenai sukacita kita dalam penantian. Kita diingatkan akan janji kedatangan Kristus yang kedua kalinya untuk menyelamatkan dan memulihkan kita. Pada masa advent ini kita juga mempersiapkan diri untuk menyambut Kristus dalam dunia dan juga dalam hati kita.

Yohanes Pembaptis juga datang lebih dahulu untuk mempersiapkan kedatangan Yesus, seperti tertulis di kitab Yesaya. Cerita yang kita baca hari ini menunjukkan bagaimana Yohanes Pembaptis mempersiapkan orang-orang untuk menyambut kedatangan Kristus. Pada waktu itu ada banyak orang yang datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Baptisan pada waktu itu adalah tradisi yang normal bagi Israel karena itu juga adalah salah satu tanda penyucian diri dari dosa. Karena itu, panggilan untuk bertobat pasti diikuti oleh penyucian diri melalui air untuk menghapus dosa yang lama dan memulai hidup baru. Baptisan adalah hal normal bagi orang-orang waktu itu, ada juga orang yang melakukannya berulang-ulang.

Sekarang, coba bayangkan ketika anda datang kepada seseorang untuk melakukan pertobatan, lalu mendapatkan penghinaan. Apakah yang akan saudara lakukan? Ketika orang banyak datang kepada Yohanes, dia berkata, “Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang (ay. 8)?” Perkataan ini cukup keras di telinga karena ular adalah binatang yang dibenci orang Yahudi, misalnya dalam cerita Adam dan Hawa. Ular juga adalah salah satu binatang yang tidak boleh dimakan dalam tradisi Yahudi. Karena itu untuk dipanggil sebagai keturunan ular berarti sebuah panggilan yang sangat hina. Karena itu dengan keras Yohanes juga mengatakan bahwa orang yang tidak melaksanakan firman Tuhan akan ditebang dari akarnya. Ini adalah perkataan yang sangat keras.

Kenapa Yohanes mengatakan ini? Karena orang-orang Yahudi penuh dengan kemunafikan. Mereka sering dibaptis – lebih dari satu kali – sebagai tanda pengampunan dosa, tetapi mereka tetap melakukan kejahatan yang sama. Orang Yahudi sudah mengetahui apa yang mereka perlu lakukan dalam Taurat, tapi mereka tidak benar-benar melakukannya. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah bertobat, tetapi sebenarnya hati mereka tidak berubah. Apa buah pertobatan? Menurut Yohanes, “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.” Ini adalah buah nyata dari pertobatan. Hal ini sangat menarik karena Yesus juga di pengajarannya mengatakan hal yang sama dalam berbagai pengajaran.

Di Matius 25, Tuhan Yesus juga menyampaikan pesan yang sama seperti apa yang Yohanes pembaptis katakan. Pada akhir zaman, akan ada pemisahan antara mereka yang melakukan perintah Allah dan mereka yang tidak melakukannya. Melakukan perintah Allah berarti menolong orang-orang yang dalam kesusahan, memberi makan mereka yang lapar, memberi tumpangan kepada yang membutuhkan, dan mengunjungi mereka yang dipenjara. Pesan menolong orang lain adalah salah satu hal yang konsisten yang diajarkan dalam kekristenan.

Kita lihat bahwa Yohanes juga mengatakan hal ini kepada para pemungut cukai…”Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu (ay. 13).” Dan kepada prajurit “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu (ay. 14).”

Apa yang Yohanes katakan ini sebenarnya hampir sama dengan apa yang terjadi di masa kita sekarang. Orang yang mengatakan dirinya pengikut Kristus seharusnya mengubah juga perilakunya dan mempraktekkan kasih di dalam kehidupan sehari-hari. Yang terutama adalah menolong mereka yang kesusahan, tidak menipu atau memeras orang, dan merasa cukup dengan penghasilan kita.

Siapakah sesamaku manusia? Kita tentu masih ingat cerita penyamun dan orang samaria yang baik hati. Seorang Samaria menolong orang yang terluka. Seorang imam, orang farisi, tidak menolong orang yang dirampok itu, sementara orang Samaria yang tidak dikenal, mau menolong orang tersebut. Kalau pada kita ditanya, siapakah sesama manusia yang layak kita tolong, apakah jawaban kita? Siapakah sesamamu?

Terkadang kita juga suka memilih orang yang akan kita tolong. Ada juga orang yang menolong dengan harapan bahwa kita akan mendapatkan balasannya. Lukas 14:12-13 mengingatkan kita, “Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh, dan orang-orang buta.”

Kita menolong bukan karena mereka butuh tapi karena menurut kita mereka layak ditolong. Kalau kita menolong karena kita mengharapkan imbalannya, apakah kelebihan kita?

Lebih dari sekedar memberikan bantuan finansial, hal yang lebih penting untuk kita bagikan adalah kemurahan hati dan perhatian kepada yang lain. Mother Teresa, dalam buku A Simple Path mengatakan: “Cinta bukanlah merendahkan dan kemurahan hati, bukanlah soal belas kasihan, tetapi tentang cinta. Kemurahan hati dan cinta adalah sama – dengan kemurahan hati anda memberikan cinta, maka jangan hanya memberikan uang, tetapi ulurkanlah juga tangan anda. Ketika saya di London, saya pergi mengunjungi orang-orang gelandangan di mana para suster kami memiliki dapur umum. Seorang lelaki, yang tinggal di rumah kotak kardus memegang tangan saya dan berkata, ‘sudah begitu lama semenjak saya terakhir kali merasakan kehangatan tangan manusia.’ Yang penting adalah memperlakukan manusia seperti manusia. Itulah cinta.”

Karena itu, di dalam masa penantian Kristus ini, terutama di advent ketiga, minggu sukacita ini, kita juga diingatkan kembali untuk membagi sukacita kepada orang lain. Dengan semangat yang sama, Nicholaas dari Myra, yang kemudian kita kenal sebagai sinterklaas, membagi hadiah kepada orang untuk berbagi kesukaan Kristus, dan membagi harapan akan Kristus. Yohanes mempersiapkan kita dalam penantian akan kedatangan orang yang akan membaptis kita dengan api, yaitu Kristus, dengan menolong sesama dan hidup dalam kasih.

Di sini kita kembali ke kisah Yueyue. Apa yang terjadi dengan lebih dari selusin orang yang berjalan melewatinya? Bagaimana dengan kita sendiri, ketika kita melihat ada yang kesusahan, atau ada kesulitan, apakah kita akan melewatinya begitu saja atau akan menolongnya? Mungkin di mulut, kita akan mengatakan pasti saya akan menolong, tapi dalam praktek hal ini ternyata tidak terlalu mudah. Pernahkah saudara berhenti untuk menolong orang yang mencari tumpangan di tengah jalan? Atau pernahkah saudara membantu orang yang mobilnya sedang mogok?

Mereka yang mengasihi sesamanya akan masuk ke dalam kehidupan yang kekal. Mereka yang tidak mengasihi sesamanya akan masuk ke dalam penderitaan kekal. Sudahkah saudara menolong sesama manusia? Sudahkah saudara mengasihi Kristus yang wajah-Nya tercermin di antara mereka yang paling hina tersebut? Mungkin ini juga waktu yang baik bagi GKIN untuk lebih mengembangkan Komisi Diakonia Marturia, terutama dalam mempersiapkan diri membantu mereka yang berada dalam posisi lebih sulit dari kita. Ingatlah, pertolongan bukan hanya kita berikan dalam bentuk materi, tapi juga dalam bentuk perhatian. Semoga Tuhan menguatkan kita menolong sesama kita, agar nama Kristus dimuliakan dari kekal sampai kekal. Amin.

De medemens helpen

Geliefde broeders en zusters in Christus,
Vorige maand kreeg ik een link over het kleine meisje Yueyue dat in de stad Foshan woonde, in de provincie Guangdong in China.

Dit meisje werd aangereden door een busje dat direct verder doorreed. Meer dan een dozijn mensen gingen daarna dit kleine meisje – bloedend op straat – voorbij, totdat een andere auto over haar voetje reed. Dit incident is opgenomen op een video surveillance CCTV in de straat. Op de video kunnen we zien dat de mensen daadwerkelijk dit meisje passeren en doen alsof ze het meisje niet zien, totdat er een scavenger haar ziet en helpt. Mensen willen niet helpen omdat ze niet betrokken willen raken bij zaken die met de politie en ziekenhuizen te maken hebben. In China zijn mensen die behulpzaam zijn en zo’n incident melden, ook verplicht om betrokken te blijven bij de verdere zaken die verband houden met het slachtoffer, zelfs het betalen van de kosten van het ziekenhuis. Hierdoor zijn mensen terughoudend om het meisje te helpen.

Een verhaal dat het geweten verstoort vooral omdat het voorkomt in de wereld van nu. Yueyue is gestorven als gevolg van de terughoudendheid van mensen om haar te helpen.

Broeders en zusters,
Ons verhaal heeft betrekking op het verhaal van Yueyue. Vandaag is de derde week van de vier Adventweken voor Kerst. De derde Advent gaat over vreugde. In de traditie van de kerk, hebben de eerste en tweede Adventkaarsen de paarse kleur. Deze geeft aan dat de hoop en de liefde van God onze redding zal zijn. De derde Advent is bijzonder omdat op deze dag de kaars de kleur roze heeft. Vandaag zal de Paus een roze roos overhandigen aan burgers die veel hebben gepresteerd binnen de katholieke kerk. De kleur roze staat symbool voor de overgang van hoop naar vreugde.
En vandaag gaan we praten over onze vreugde in het wachten. We worden herinnerd aan de belofte van de tweede komst van Christus om ons te redden en te herstellen. Tijdens deze Advent bereiden we ons ook voor om Christus in de wereld en ook in ons hart te verwelkomen.

Johannes de Doper kwam ook op voorhand om de komst van Jezus voor te bereiden, zoals beschreven in het boek van Jesaja. Het verhaal dat we vandaag hebben gelezen laat zien hoe Johannes de Doper de mensen op de komst van Christus voorbereid heeft. In die tijd kwamen er veel mensen tot Johannes om gedoopt te worden. Toen was doop een normale traditie voor Israel omdat het ook een teken van zuivering van de zonde was. Daarom moet een oproep tot bekering gepaard gaan met een zuivering door het water om de oude zonden te reinigen en een nieuw leven te beginnen. De doop was een normale zaak voor de mensen van toen; er zijn er ook die het herhaaldelijk lieten doen.

Nu, stel u eens voor als u naar iemand kwam om zich te laten bekeren maar u wordt juist beledigd. Wat zou u doen? Toen de menigte tot Johannes kwam, zei hij: “Addergebroed, wie heeft jullie wijsgemaakt dat je veilig bent voor het komende oordeel (vers 8)?” Deze uitspraak kwam behoorlijk hard aan, want de slang is een gehaat dier voor de Joden, bijvoorbeeld in het verhaal van Adam en Eva. De slang is ook een van de dieren die niet gegeten mag worden in de Joodse traditie. Om genoemd te worden als een afstammeling van een slang is zeer beledigend. Johannes zei ook dat de mensen die niet het woord van God uitdragen zullen afgesneden worden van hun wortels. Dit zijn hele harde woorden.

Waarom heeft Johannes dit gezegd? Omdat de Joden vol hypocrisie zijn. Ze zijn vaak gedoopt – meer dan een keer – als een teken van vergeving van zonden, maar zij blijven zondigen. De Joden weten al in de Thora wat ze moeten doen, maar ze doen dit niet echt. Ze zeiden dat ze zich bekeerd zijn, maar in feite blijven hun harten onveranderd. Wat is de vrucht van de bekering? Volgens Johannes: “Wie twee stel onderkleren heeft, moet delen met wie er geen heeft, en wie eten heeft moet hetzelfde doen (vers 11).” Dit is de werkelijke vrucht van bekering. Dit is zeer interessant, omdat Jezus in Zijn leer iets soortgelijks ook verscheidene keren heeft gezegd.

In Mattheüs 25 richt Jezus zich ook tot dezelfde boodschap als Johannes de Doper. Aan het einde van de tijd, zal er een scheiding komen tussen degenen die naar de geboden van God leven en zij die dat niet doen. Naar Gods gebod leven betekent het helpen van mensen in nood, het eten geven aan de hongerige, het onderdak geven aan de armen, en het bezoeken van mensen die gevangen zitten. De boodschap om de medemens te helpen wordt consistent onderwezen in de leer van het christendom.
We zien dat Johannes dit ook heeft gezegd tegen de tollenaars … “Vorder niet meer dan wat jullie is opgedragen (v. 13).” En tegen de soldaten “Jullie mogen niemand afpersen en je ook niet laten omkopen, neem genoegen met je soldij (v. 14).”

Wat Johannes zegt is eigenlijk bijna identiek aan wat er gebeurt in onze hedendaagse tijd. Iemand die beweert dat hij een volgeling van Christus is zou ook zijn doen en laten moeten veranderen en de liefde in praktijk brengen in het dagelijks leven. Het voornaamste is om diegenen in nood te helpen, niemand te bedriegen of af te persen, en tevreden zijn met ons inkomen.

Wie is “mijn medemens”? Natuurlijk herinneren we ons nog het verhaal van de rovers en de barmhartige Samaritaan. Een priester en een Farizeeër hielpen de beroofde en gewonde man niet, terwijl de onbekende Samaritaan die man wel ging helpen. Als ons gevraagd wordt, wie van onze medemensen ons hulp verdienen, wat zal ons antwoord zijn? Wie is uw medemens?

Soms kiezen wij graag de mensen die wij willen helpen. Er zijn ook mensen die anderen helpen met de hoop dat ze er iets voor terug krijgen. Lucas 14:12-13 waarschuwt ons, “Wanneer u een maaltijd aanbiedt of een feestmaal geeft, vraag dan niet uw vrienden, uw broers, uw verwanten of uw rijke buren, in de verwachting dat zij u op hun beurt zullen uitnodigen om iets terug te doen. Wanneer u mensen ontvangt, nodig dan armen, kreupelen, verlamden en blinden uit.”

Als wij mensen helpen, niet omdat ze het nodig hebben, maar omdat naar onze mening ze verdienen om geholpen te worden. Als we gaan helpen omdat we een beloning verwachten, wat voor deugd hebben we?

Meer dan alleen het bieden van financiële ondersteuning, wat nog belangrijker voor ons is om vrijgevig en zorgzaam te zijn voor anderen. Moeder Teresa, in het boek A Simple Path, zegt: “Liefde is geen nederigheid en geen verlangen om te geven, is ook geen zaak van mededogen, maar gaat over liefde. Vrijgevigheid en liefde zijn hetzelfde – met de vrijgevigheid geeft u liefde. Geef dus niet alleen geld, maar reik uw handen uit. Toen ik in Londen was, ging ik de daklozen opzoeken bij de gaarkeuken van onze nonnen. Een man die in een huis van kartonnen doos leefde hield mijn hand vast en zei: ” Het is zo lang geleden dat ik voor het laatst de warmte voelde van een mensenhand.” Wat belangrijk is, is om mensen menselijk te behandelen. Dat is liefde.”

In de verwachting van Christus, in het bijzonder in de derde Advent, de week van de vreugde, worden we er daarom ook aan herinnerd om de vreugde met anderen te delen. In diezelfde geest deelden Nicolaas van Myra, die we nu kennen als Sinterklaas, giften aan mensen om de vreugde van Christus en de hoop in Christus te delen. Johannes zal ons voorbereiden in het afwachting van de komst van diegene die ons met vuur zal dopen, welke is Christus, door de medemens te helpen en door in liefde te leven.

Hier gaan we terug naar het verhaal van Yueyue. Wat gebeurde er met de meer dan een dozijn mensen die haar zijn voorbijgelopen? Hoe zit het met onszelf, als we iemand zien die in narigheid of in problemen zijn? Zullen we hen voorbijlopen of gaan we hen helpen? Misschien zullen we mondeling met zekerheid zeggen, “Ik zal je helpen!”, maar dit blijkt niet makkelijk in praktijk te brengen. Hebt u ooit onderweg gestopt om mensen een lift te geven? Of hebt u ooit iemand geholpen met autopech?

Zij die de medemens liefhebben zullen gaan in het eeuwige leven. Zij die de medemens niet liefhebben zullen gaan in het eeuwige lijden. Hebt u al uw medemens geholpen? Hebt u Christus liefgehad, wiens gezicht weerspiegeld is tussen hen die vernederd zijn? Misschien is dit ook een goede tijd voor GKIN om de Commissie Diakonia Marturia verder te ontwikkelen, in het bijzonder ter voorbereiding om hen te helpen die zich in een moeilijkere situatie bevinden dan wij. Denk er aan, onze hulpverlening moet niet alleen in materiële vorm zijn, maar ook in de vorm van aandacht. Moge God ons versterken in het helpen van ons medemens, zodat de naam van Christus verheerlijkt wordt van eeuwigheid tot eeuwigheid.

Amen.


Viewed 11273 times by 3022 viewers

One Comment

  1. Beste mensen,
    In het licht van de medemens helpen vraag ik U om even te kijken naar de casus van Erwin uit Bali, Indonesie.
    Graag zou ik jullie tussendaar willen vragen om, bij wijze van creationistische versnapering, Erwin krijgt geen geld bij elkaar krijgt om zijn gebroken been te laten behandelen. Indien hij niet snel een behandeling kan financieren zal hij heel zijn leven invalide blijven.
    Ik besef dat dit niet helemaal de plek is maar de officiele charitatieve fondsen zijn te druk met hun leasewagenpark. En dus nemen we het heft in eigen handen.
    Alvast bedankt om even te kijken naar het videoportret en eventueel wat voor een ander te betekenen vandaag!
    http://www.indiegogo.com/erwinsleg?a=959092

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *