Plus Minus Ingkar Janji

Matius 21:28-32

 Plus Minus Ingkar Janji

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Beberapa hari yang lalu saya mendapat link tentang seorang gadis kecil Yueyue yang tinggal di kota Foshan, propinsi Guandong di Cina. Gadis ini ditabrak sebuah van yang langsung meningkalkannya. Lalu lebih dari selusin orang melewati gadis cilik ini berdarah di jalan, sampai sebuah mobil lain melindas kakinya. Peristiwa ini direkam sebuah video pengawas CCTV di jalan tersebut. Dari video kita bisa melihat bahwa orang sengaja melewati gadis ini dan pura-pura tidak melihatnya sampai seorang pemulung melihatnya lalu menolongnya. Orang-orang tidak mau menolong karena mereka tidak mau terlibat dalam urusan dengan polisi dan rumah sakit, karena di Cina mereka yang menolong/melapor sebuah peristiwa wajib untuk terlibat dalam peristiwa selanjutnya yang berhubungan dengan korban, bahkan wajib membayar rumah sakit orang yang ditolongnya. Karena hal ini, orang jadi enggan menolong sang gadis kecil. Sebuah kisah yang membuat hati nurani terusik terutama terjadi di dunia masa kini. Yueyue sekarang diumumkan telah mati otaknya sehingga tidak bisa berfungsi lagi. Apa hubungannya peristiwa ini dengan kisah tragis Yueyue? Kita akan kembali pada cerita ini di akhir khotbah kita.

Saudara-saudara,

Cerita kita ini harus kita lihat dalam konteks keseluruhan Matius 21. Di awal Matius 21 kita lihat bahwa banyak orang menyambut Yesus menaiki keledai ketika dia memasuki Yerusalem (Mat. 21:28). Lalu Yesus pergi ke bait Allah dan menyucikannya dari perdagangan orang yang menjadikan tempat itu seperti sarang penyamun (Mat. 21: 12). Yesus sedang berada di bait Allah ketika dia sedang menyampaikan cerita ini (Mat. 21:23). Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mengujinya dan menanyakan atas dasar kuasa apakah Yesus mengajar dan menyembuhkan. Yesus tidak menjawab mereka karena orang Farisi juga tidak bisa menjawab pertanyaan Yesus mengenai dasar kuasa baptisan Yohanes Pembaptis. Lalu Yesus justru bercerita mengenai cerita seorang bapak yang punya dua anak. Setelah cerita dua anak, Tuhan Yesus akan bercerita mengenai para penggarap kebun anggur. Penggarap kebun anggur ini tidak mau menyerahkan hasil panen kepada pemilik yang sah, malah mereka menangkap anak sang pemilik dan membunuhnya untuk mengambil warisan kebun anggur itu (ay 33-46).

Kita perlu mengetahui latar belakang cerita ini untuk tahu kenapa Tuhan Yesus menceritakannya dan kenapa cerita ini menjadi signifikan. Yesus sebenarnya sedang berbicara dengan para petinggi dari agama dan budaya Yahudi, yaitu para imam kepala dan orang-orang tua. Dan di akhir dari pasal 21, kita melihat bahwa imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mengerti bahwa Yesus sebenarnya sedang menyindir mereka (ayat 45), tetapi mereka tidak berani menangkapnya karena banyaknya pengikut Yesus (ay. 46). Kalau begitu kenapa Tuhan Yesus menyindir para petinggi agama Yahudi?

Tuhan Yesus bercerita tentang dua orang anak. Dua-duanya diminta untuk pergi bekerja ke kebun anggur. Anak pertama mengatakan ya, tapi tidak melakukannya. Anak kedua mengatakan tidak, namun melakukannya. Lalu Yesus bertanya sendiri kepada pendengarnya, “siapakah yang melakukan kehendak ayahnya?” Para petinggi agama menjawab, “yang terakhir.”

Setelah itu Yesus menyindir secara langsung bahwa para petinggi agama itu seperti anak yang pertama yang hanya berkata ya di mulut, namun tidak melaksanakan perintah Tuhan. Yesus bahkan dengan berani langsung menyampaikan bahwa justru orang yang tadinya dianggap remeh, hina, berdosa, seperti para pemungut cukai dan perempuan sundal akan masuk ke dalam kerajaan Allah. Merekalah orang-orang yang akhirnya melaksanakan Firman Allah, dan bukan petinggi agama yang hanya mengatakan ya di mulut namun tidak melakukannya. Ini juga adalah jawaban yang sangat baik atas pertanyaan, atas dasar apakah Tuhan Yesus mengajar. Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa meskipun Tuhan Yesus tidak bicara sebagai ahli agama/taurat, namun Yesuslah yang melaksanakan firman Allah.

Saudara-saudara, mari kita kembali dalam cerita Tuhan Yesus. Kita bisa mengatakan bahwa anak pertama sudah ingkar janji karena dia mengatakan ya, tapi tidak melakukannya. Tetapi anak kedua juga ingkar janji, karena dia mengatakan tidak, tapi justru melakukannya.

Di Belanda, een afspraak is een afspraak. Kalau kita sudah membuat janji, maka kita harus menepatinya. Saya belajar banyak dari orang Belanda yang selalu tegas dalam janji mereka. Kalau tidak bisa memenuhi sebuah undangan, mereka akan bilang tidak bisa. Orang yang masih berlatarbelakang Indonesia kadang-kadang masih merasa tidak enak untuk menolak janji. Karena tidak bisa menolak sebuah undangan, maka orang Indonesia mengatakan akan mengusahakan, atau mencoba untuk datang.  Dalam cerita ini kita tidak tahu apa alasan anak pertama  untuk tidak pergi bekerja. Kita hanya tahu alasan anak kedua untuk pergi, karena dia merasa menyesal. Coba kita pikirkan lagi cerita ini lebih dalam lagi.

menurut saya, ingkar janji juga memiliki sedikit sisi positifnya, meskipun lebih banyak negatifnya. Coba bayangkan kalau keluarga ini adalah keluarga Jawa/Indonesia. Sang anak tidak akan bisa mengatakan tidak karena dia tidak mau mengecewakan bapaknya yang memintanya. Bapak itu juga merasa senang mendengar bahwa permintaannya diterima anaknya. Sebaliknya sang bapak akan kecewa terhadap sang anak yang menolak permintaannya. Kalau kedua anaknya menolak, mungkin sang bapak juga lebih kecewa lagi karena tidak ada anaknya yang mematuhi kehendaknya. Sementara itu, anak kedua juga mungkin terpengaruh oleh jawaban anak pertama yang mengiyakan, sehingga terjadi perubahan sikap di dalam dirinya. Jadi jawaban anak pertama, meskipun dia akhirnya mengingkarinya, juga membawa penyesalan pada anak kedua. Pada akhirnya, sang bapak jadi lebih menghargai anak yang melakukan apa yang dimintanya.

Sekarang coba bayangkan kalau keluarga ini adalah keluarga Belanda. Sang anak mengatakan tidak karena dia pikir dia memang tidak akan bisa melakukan apa yang diminta bapaknya, sementara yang mengatakan iya memang merasa punya waktu untuk mengerjakannya. Kalau ini ternyata janji untuk makan misalnya, maka sang bapak hanya akan menyiapkan makanan untuk satu orang. Kalau tadinya dua anak datang, maka makanan akan kurang, kedatangan anak yang mengatakan tidak datang tapi ternyata datang juga akan menyebabkan kurangnya persiapan makanan. Ini juga bisa menimbulkan sedikit masalah, meskipun mereka bisa saja membagi makanannya. Kalau saja dua-duanya mengatakan tidak ada yang bisa datang, maka perasaan sang orangtua juga mungkin akan sedikit kecewa, namun sang bapak akan bisa menerimanya.

Kita bisa melihat bahwa jawaban kedua anak: ya dan tidak, meskipun akhirnya hanya anak kedua yang melakukan perintah bapaknya, memiliki keuntungan dan kerugian.

Tetapi pertanyaan Tuhan Yesus jelas, siapa yang melakukan perintah bapaknya? Siapa yang akhirnya melakukan perintah sang Bapak? Dalam hal perumpamaan Tuhan Yesus ini, kita bisa melihat bahwa yang penting bagi Allah adalah apa yang kita lakukan, dan bukan apa yang kita janjikan. Ini artinya, sikap melakukan perintah Allah adalah hal yang terpenting dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, dan bukan apa yang keluar dari mulut. Seperti yang sudah saya katakan tadi, apa yang keluar dari mulut manusia mungkin berguna untuk manusia lain, tetapi bukan bagi Allah. Sikap dan perbuatan kita dalam melakukan perintah Allah adalah yang terpenting. Hal ini sama dengan perumpamaan membangun rumah di atas batu dan pasir, di mana orang yang tidak hanya mendengar tapi juga melakukan Firman Allah adalah orang yang membangun rumahnya di atas batu sebagai dasar yang kokoh. Sebaliknya, orang yang tidak melakukan Firman Allah hanya membangun rumahnya di atas pasir, sehingga kalau ada badai, rumah tersebut akan roboh.

Saudara-saudara,

Di dalam kehidupan bergereja kita juga memiliki orang-orang yang selalu terlihat saleh, atau terlihat memiliki iman yang tinggi, namun sebenarnya kehidupannya penuh dengan kekuatiran. Ada juga orang yang merasakan besarnya kuasa Tuhan, lalu ingin melayani, namun tidak bersedia melayani penuh dan mengatakan akan mendukung dari belakang saja. Namun ada juga yang diam-diam, tidak pernah bersuara, namun ketika diminta untuk melayani, dia selalu siap dan membantu. Kedua tipe ini memang kita perlukan, namun bagi Allah yang penting adalah orang yang melakukan pekerjaan yang dimintaNya.

In the end, it is your action that matters and not your words. Apa yang saudara lakukan untuk Tuhan, itulah yang akan Tuhan dengar, dan bukan puji-pujian atau kata-kata kosong. Sebenarnya ini adalah pesan sederhana yang selalu Tuhan Yesus katakan dalam berbagai kesempatan. Aksi apa yang perlu kita lakukan? Mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Selama kita mengatakan bahwa kita beriman, namun tidak menolong saudara yang paling susah, maka kita tidak memiliki kasih. Kisah orang samaria juga merupakan contoh bagaimana orang yang justru tidak diharapkan menolong akan menolong kita. Di sini kita kembali ke kisah Yueyue. Apa yang terjadi dengan lebih dari selusin orang yang berjalan melewatinya? Bagaimana dengan kita sendiri, ketika kita melihat ada yang kesusahan, atau ada kesulitan, apakah kita akan melewatinya begitu saja atau akan menolongnya? Mungkin di mulut, kita akan mengatakan pasti saya akan menolong, tapi dalam praktek hal ini ternyata tidak terlalu mudah. Pernahkah saudara berhenti untuk menolong orang yang mencari tumpangan di tengah jalan? Atau pernahkah saudara membantu orang yang mobilnya sedang mogok?

Atau dalam cerita di gereja, ketika saudara sudah mengiyakan panggilan untuk melayani, apakah saudara masih bernegosiasi dan hanya melakukannya ketika anda sudah memiliki banyak waktu luang? Apa yang akan saudara lakukan ketika hati anda berkata, “ya Tuhan saya akan melayani Engkau,” namun kesibukan membuat anda mencari alasan untuk tidak melakukannya?

Saudara-saudara, pikirlah dahulu sebelum saudara membuat janji. Dalam cerita ini, ketika anda berjanji, yang terbaik adalah ketika pada akhirnya anda melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada saudara. Ingatlah cerita ini setiap anda harus mengambil keputusan untuk melayani Tuhan. Amin.

 

Viewed 12306 times by 3622 viewers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *